tirto.id - Teks khotbah Jumat 31 Oktober 2025 bertepatan dengan tanggal 9 bulan Jumadil Awal kalender Hijriah. Salah satu tema yang dapat disampaikan khatib kepada para jemaah salat Jumat ialah tema tentang menyucikan jiwa dan menjernihkan akhlak.
Di tengah banyaknya kesibukan dan tuntutan hidup yang harus dijalani, seseorang perlu menjaga kesucian jiwa agar tetap merasa tenang dan terhubung kepada Allah.
Adapun cara menyucikan jiwa atau tazkiyatun nafs telah tertuang dalam ayat Al-Qur’an. Hal ini dapat diteladani oleh seseorang agar memiliki jiwa yang tenang di dunia dan mendapat keselamatan di akhirat.
Teks Khotbah Jumat 31 Oktober 2025 tentang Menyucikan Jiwa Menjernihkan Akhlak
Tema menyucikan jiwa menjadi sangat relevan disampaikan kepada para jamaah salat Jumat untuk memperbaiki diri meningkatkan amal kebaikan di tengah gejolak hati yang terus berubah.
Berikut adalah contoh materi lengkap teks khotbah Jumat, 31 Oktober 2025 yang sesuai dengan rukun-rukun khotbah:
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
Hadirin jamaah Jumat Rahimakumullah.....
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkan berbagai macam kenikmatan, nikmat Islam, iman, hingga kesehatan, sehingga pada hari ini dapat memenuhi panggilan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Mari bersama-sama selalu meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt. hingga menjadi umat yang berharga.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw, juga para keluarga, sahabat, serta kepada kita selaku umatnya. Aamiin ya Rabbal’alamin.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah...
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yakni melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena takwa adalah sebaik-baik bekal yang akan kita bawa menghadap-Nya kelak.
Pada kesempatan siang hari ini, khatib ingin mengajak bersama-sama untuk merenungi sebuah topik yang sangat penting bagi kita semua, yaitu tentang menyucikan jiwa.
Penyucian jiwa menjadi hal penting. Sebab, iman dan kebaikan seseorang bukan sesuatu yang ajek. Melainkan dapat berubah dan mengalami naik turun.
Di tengah rutinitas hidup, perasaan manusia tidak selamanya stabil. Rasa gembira, sedih, khawatir, kurang semangat silih berganti. Sebab itu, penyucian jiwa menjadi penting untuk kita lakukan untuk menjaga hati yang bersih.
Hati yang bersih dan jiwa yang suci dengan hati yang selamat menjadi modal penting dalam menjalani kehidupan di dunia. Sebab, hati yang bersih menjadi modal penting dalam mengahadap kepada Allah.
Hal ini termaktub dalam Al-Qur'an surah Asy-Syu'ara ayat 88-89:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ . إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (selamat)."
Ayat tersebut menjadi pengingat bahwa kemegahan dunia akan sirna. Yang bisa menjadi penentu keselamatan adalah kondisi jiwa kita. Sebab itu, menyucikan jiwa menjadi kebutuhan yang perlu dikerjakan untuk merengkuh kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Jiwa manusia ibarat cermin. Fitrahnya bersih dan berkilau, mampu memantulkan cahaya petunjuk Allah. Namun, setiap kali kita melakukan maksiat, ibarat satu noda hitam yang menempel di cermin itu. Semakin banyak maksiat, semakin kotor dan gelap cermin itu, hingga ia tidak lagi mampu memantulkan cahaya hidayah.
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
"Sesungguhnya seorang mukmin jika berbuat dosa, maka akan ada satu titik hitam di hatinya. Jika ia bertaubat, berhenti, dan beristighfar, maka hatinya akan kembali bersih. Namun jika ia mengulanginya, maka titik hitam itu akan bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah 'Ar-Raan' (penutup hati) yang disebutkan Allah dalam firman-Nya: 'Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka'." (QS. Al-Muthaffifin: 14)
Jiwa yang kotor akan dipenuhi penyakit. Ada penyakit kibr (kesombongan) yang membuat kita merasa lebih baik dari orang lain. Ada penyakit hasad (iri dengki) yang membuat kita tidak senang melihat nikmat pada saudara kita. Ada penyakit riya' (pamer) yang merusak keikhlasan ibadah kita. Dan ada penyakit cinta dunia (hubbud dunya) yang membuat kita lupa akan akhirat.
Jiwa yang sakit bisa saja menjadi sumber kegelisahan, permusuhan, dan kehancuran, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat.
Lantas, bagaimana cara menyucikan jiwa yang benar? Dalam Al-Qur'an surah Asy-Syams ayat 9-10, Allah menegaskan bahwa orang yang memilki jiwa yang suci termasuk orang yang beruntung.
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
"Sungguh beruntunglah orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya."
Adapun beberapa cara praktis yang dapat dilakukan oleh umat Islam untuk menyucikan jiwa yaitu dengan membersihkan jiwa yang kotor dengan Taubat Nasuha dan memohon ampun kepada Allah.
Setelah membersihkan jiwa, umat Islam dianjurkan untuk menghiasi jiwa dengan amalan-amalan yang baik. Amal baik tersebut diantaranya menjaga ibadah wajib, memperbanyak zikir, dan membaca Al-Qur’an.
Setelah jiwa bersih dan terhiasi dengan amal kebiakan, maka umat Islam perlu melakukan Muhasabah atau introspeksi diri dan merasa selalu diawasi oleh Allah.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah...
Perjuangan menyucikan jiwa adalah jihad terbesar yang berlangsung seumur hidup. Ia membutuhkan kesabaran, keistiqomahan, dan pertolongan dari Allah. Namun, hasilnya sepadan. Hasilnya adalah ketenangan di dunia, dan keselamatan abadi di akhirat.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Temukan artikel lainnya seputar Khotbah Jumat bertema menarik pada laman berikut:
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Beni Jo
Masuk tirto.id






































