Menuju konten utama

Khofifah Sebut Jokowi Perlu Kerja Keras untuk Menang di Madura

Khofifah menilai Jokowi-Ma'ruf masih harus bekerja keras untuk merebut suara pemilih di Madura. 

Khofifah Sebut Jokowi Perlu Kerja Keras untuk Menang di Madura
Gubernur Jawa Timur terpilih Khofifah Indar Parawansa menunjukkan berita acara yang diterimanya dari KPU Jatim saat rapat pleno terbuka penetapan pasangan calon terpilih pada Pilgub Jawa Timur 2018 di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (24/7/2018). ANTARA FOTO/Zabur Karuru.

tirto.id - Khofifah Indar Parawansa meyakini capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin dapat merebut lebih dari 60 persen suara di Jawa Timur. Meski demikian, Gubernur Jawa Timur tersebut mengakui daerah pemilihan di Pulau Madura memang sulit ditaklukkan.

Khofifah berpendapat Jokowi-Ma'ruf masih harus berjuang keras untuk meraih kemenangan di Madura. Apalagi, pada Pilpres 2014, Jokowi mendapat kekalahan telak di Madura. Bersama Jusuf Kalla, Jokowi hanya meraih meraih 692.631 suara di Madura, sedangkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa mendapat 830.968 suara.

“Madura memang pada posisi terakhir. Pak Jokowi masih harus bekerja keras untuk Madura,” kata Khofifah di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (19/12/2018).

Khofifah menambahkan Jokowi-Ma’ruf perlu menemukan strategi baru untuk meraup suara pemilih di Pulau Madura.

Menurut dia, Jokowi-Ma’ruf bisa lebih aktif menggelar pertemuan dengan para ulama di daerah itu untuk merebut hati pemilih di Madura. Khofifah berpendapat, Jokowi sempat kalah di Madura pada 2014 hanya karena masyarakat di sana saat itu belum mengenal eks Wali Kota Solo tersebut dengan baik.

“Ketika mereka mengenal lebih dekat, mudah-mudahan pilihan-pilihan itu kemudian akan memberikan format yang bisa memberikan penguatan pada Pak Jokowi,” kata Khofifah.

Sedangkan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga Suko Widodo mengatakan, strategi dalam mendekati ulama di Madura memang bisa berpengaruh besar di hari pemilihan.

Sebab, kata Suko, masyarakat Madura masih memegang prinsip “pendapat atau pilihan ulama merupakan suatu yang harus diikuti.”

Menurut Suko, kampanye yang akan dilakukan setiap pasangan capres-cawapres akan sia-sia bila tidak ada pengakuan dari ulama di Madura. Alasannya, kata Suko, para pemilih di Madura masih banyak yang berpedoman pada petunjuk para kiai.

“Kalau dapat dekat dengan tokohnya, masyarakat Madura, kan, bisa merujuk mana yang kiai pilih,” kata Suko.

Suko menilai wilayah Madura menjadi salah satu “kunci” untuk bisa memenangkan Pilpres secara keseluruhan di wilayah Jawa Timur. Karena itu, maka tak heran jika kedua pasangan calon sama-sama menargetkan menang di pulau garam itu.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom