tirto.id - Bertepatan dengan hari pemakaman Paus Fransiskus, Sabtu (26/04/2025), Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar menyelenggarakan misa requiem dipimpin oleh Uskup Denpasar, Mgr. Silvester San.
“Hari ini Keuskupan Denpasar merayakan misa requiem dalam rangka mendoakan Sri Paus Fransiskus yang telah meninggal dunia dan pada hari ini memang beliau dimakamkan. Saya kira sekarang hampir selesai misa pemakamannya yang berlangsung di Basilika Santa Maria Maggiore,” ucap Uskup Silvester ketika ditemui setelah misa di Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar, Sabtu (26/04/2025).
Uskup Silvester mengatakan bahwa umat Katolik sedunia, termasuk Keuskupan Denpasar, merasa kehilangan sosok gembala utama. Oleh sebab itu, sesuai amanat Gereja Vatikan, umat Katolik di seluruh dunia berduka dan berkabung selama sembilan hari.
Di Keuskupan Denpasar, para pastor yang tersebar di masing-masing paroki menyelenggarakan misa requiem sejak Selasa (22/03/2025). Dalam Keuskupan Denpasar sendiri terdapat lebih dari 30 paroki yang tersebar di Pulau Bali, Lombok, dan Sumba.
“Misa Requiem itu misa peringatan untuk orang yang sudah meninggal dan juga mendoakan bagi yang meninggal itu supaya Tuhan berkenan. Sebagai manusia, pasti ada salah dan dosa, kita mohon pengampunan atas kerahiman Tuhan terhadap dosa-dosa dan kiranya Tuhan mengampuni dan memberinya istirahat kekal dalam Kerajaan Surga,” jelas Uskup Silvester.
Misa di Keuskupan Denpasar tersebut berjalan selayaknya perayaan ekaristi biasa, tanpa adanya prosesi khusus. Namun, menurut Uskup Silvester, misa requiem yang diselenggarakan spesial karena bertepatan dengan hari terakhir masa Paskah. Saat ini, umat Katolik masih ada dalam masa Paskah yang berlangsung selama delapan hari sejak Minggu Paskah.
“Pada hari terakhir kita merayakan pesta Paskah, kita mendoakan secara khusus Paus Fransiskus. Hari ini merupakan hari yang baik dan saya kira umat di Katedral bisa hadir pada sore hari ini,” kata Silvester.
Dalam homilinya sewaktu misa requiem, Uskup Silvester mengenang teladan Paus Fransiskus. Semasa hidupnya, Paus Fransiskus merupakan sosok yang menaruh perhatian kepada kaum pinggiran, orang-orang yang teraniaya, imigran, dan orang miskin.
“Sosok dari Sri Paus Fransiskus sangat fenomenal. Beliau menghayati betul nama yang dia sandang, Fransiskus dari Asisi. Fransiskus dari Asisi adalah Santo yang menghayati kesederhanaan. Keluarganya adalah orang yang berada, tetapi dia memilih untuk hidup miskin demi Kerajaan Allah. Demi melayani umat Allah,” terang Uskup Silvester.
Gembala Keuskupan Denpasar itu juga mengungkapkan bahwa Paus Fransiskus merupakan sosok yang dapat menjadi teladan sekaligus pemimpin yang baik bagi umatnya.
Berkaca dari kiprah Paus Fransiskus, Uskup Silvester berharap Sri Paus berikutnya dapat menunjukkan keutamaan Gereja Katolik. Para Paus dalam Gereja Katolik sesungguhnya meneladani kepemimpinan Yesus Kristus yang hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan, dan memiliki perhatian besar kepada sesama manusia.
“Perhatian Yesus Kristus kepada orang-orang miskin, sederhana, tertindas, itu luar biasa. Saya kira Gereja Katolik berusaha meneladani itu, khususnya para pemimpin,” ungkapnya.
Uskup Silvester juga berharap Bapa Suci berikutnya dapat meneladani Paus Fransiskus dalam memperjuangkan kedamaian dunia, sebab hingga saat terakhir hidupnya, Paus Fransiskus masih menyerukan perdamaian, terutama perihal peperangan di Timur Tengah.
Selain itu, dia juga berharap pemimpin Gereja Katolik berikutnya dapat memperhatikan lingkungan hidup, seperti Paus Fransiskus yang mengeluarkan ensiklik Laudato Si (Perawatan Rumah Kita Bersama) dan nasihat apostolitik Laudate Deum (Puji Tuhan). Dokumen-dokumen tersebut merupakan harapan Paus Fransiskus agar umatnya berjuang untuk kelestarian lingkungan hidup.
“Setiap pemimpin punya kekhasan. Kita tidak bisa menyamakan setiap pemimpin akan seperti Sri Paus Fransiskus. Yang jelas, bahwa dengan identitasnya masing-masing, mereka bisa menjadi pemimpin yang baik bagi umat Allah dan juga bisa membangun dialog dengan dunia yang sekarang mengalami banyak kesulitan,” pungkasnya.
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Fadrik Aziz Firdausi
Masuk tirto.id


































