tirto.id - Tren industri sepeda motor tampak berubah drastis, setidaknya dalam 15 tahun terakhir. Sepeda motor bebek yang dulu meraja, kini seolah-olah hampir tiada. Skuter otomatis (skuter matik) kini memimpin laju perubahan tren tersebut.
Penjualan skuter matik di Indonesia bisa dibilang mulai booming saat Yamaha Mio mulai diluncurkan sekitar tahun 2003. Mengusung jargon 'ringan dan mudah dipakai,' awalnya skutik ini diperuntukkan sebagai kendaraan bagi wanita. Tessa Kaunang dan Bunga Citra Lestari pun ditunjuk sebagai bintang iklan motor Yamaha yang dilepas Rp9 jutaan saat awal meluncur.
Mio rupanya tak hanya populer di kalangan ibu-ibu, remaja putri, atau siswi SMA saja. Berkat kemudahan dan kepraktisannya, laki-laki yang biasanya mengendarai motor bebek maupun sport, akhirnya menjadi tak canggung menggunakan sepeda motor jenis skuter matik (skutik) untuk kegiatan sehari-hari.
Berkaca dari kesuksesan Yamaha, Honda pun mulai meluncurkan motor matik pertamanya di Indonesia lewat Vario di tahun 2006. Produk tersebut juga sukses berat. Honda kemudian meluncurkan Beat pada 2008 dengan dimensi yang lebih kecil. Suzuki, sementara itu, turut terjun ke pasar skutik ini. Mereka mengenalkan Spin sebagai pesaing rival-rivalnya.
Segmen skutik di Indonesia sebetulnya telah dimulai jauh sebelum 2003. Pabrikan Vespa mulai lebih dulu dengan menjual Corsa. Skuter 2-tak dengan transmisi CVT ini disebut-sebut jadi motor matik pertama yang dijual secara massal di Tanah Air sekitar tahun 1991.
Mengisi segmen yang kecil, Corsa mulai ditemani beberapa skutik Taiwan lewat Kymco Jetmatic yang hadir awal tahun 2000. Segmen skutik lantas mulai mendapat banyak perhatian saat Yamaha mengimpor Nouvo 'Lele' pada 2002. Meski belum mampu mengimbangi penjualan bebek, kehadiran motor ini mampu membumikan kemudahan transmisi otomatis pada kendaraan roda dua.
Lambat laun, penjualan skutik mampu menyalip motor bebek, segmen yang sebelumnya begitu diandalkan pabrikan roda dua di Indonesia. Laporan Tirto sebelumnya mengatakan, tahun 2004 pangsa pasar moto bebek masih bisa menembus 90,87 persen. Di saat yang sama, segmen sport meraih 8,73 persen, sementara skutik baru menguasai 0,35 persen dari keseluruhan market share.
Tahun 2010 kemudian menjadi tonggak penting bagi skuter matik. Pangsa pasar skutik menembus 49,01 persen, hampir menjungkalkan pasar motor bebek yang sudah turun jauh menjadi 50,85 persen.
Motor bebek benar-benar sudah tak bisa berkutik pada 2018. Saat itu, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat sekitar 6,38 juta unit sepeda motor terdistribusi. Dilansir Kontan, motor bebek atau cub mendapat pangsa pasar sebanyak 7,9 persen dan sport sebanyak 7,5 persen. Skutik, sementara itu, mampu meraih hingga 84,6 persen atau lebih dari 5 juta unit dari pasar nasional. Situasi ini menjadi kebalikan dari kondisi pasar sepeda motor saat segmen skutik baru-baru muncul pada awal 2000-an.
Tren Global
Tak hanya di Indonesia, penjualan sepeda motor segmen skutik di beberapa negara kawasan Asia disebut turut mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Di India misalnya, Society of Indian Automobile Manufacturers mencatat pada tahun fiskal 2016 penjualan kendaraan roda dua mencapai 17,6 juta unit.
Dikutip dari Asian Nikkei, India bahkan menjadi pasar sepeda motor terbesar di dunia melampaui Cina. Segmen skutik mendapat raihan pangsa pasar 34 persen, dengan peningkatan 13 persen sejak 2011. "Orang-orang beralih dari sepeda motor konvensional ke skuter matik," ujar President of Honda Motorcycle and Scooter India, Minoru Kato.
Sementara di Vietnam, skutik disebut menyumbang hampir 60 persen dari total penjualan roda dua pada 2017, dengan total sebanyak 3,2 juta unit.
Martin Tonko dalam Motorcycle Growth Prospects in Southeast Asia: Rise of Business use two-wheelers (2018) menuliskan bahwa skutik punya beberapa kelebihan dibanding segmen motor lainnya. Pertama, skutik bagi masyarakat Asia Tenggara dinilai lebih serba guna, terutama untuk membawa barang bawaan seperti bahan makanan, tas belanja, dan lain sebagainya.
Selain itu, skutik juga punya keunggulan di sektor transmisi yang menggunakan CVT. Teknologi transmisi otomatis ini menawarkan kemudahan berkendara dan karakteristik yang halus. Studi tersebut juga menyebutkan beberapa skutik bahkan menawarkan bagasi ekstra lapang di bawah jok serta fitur untuk mengisi daya smartphone. Dengan tempat duduk yang nyaman bagi pembonceng, serta banyaknya laci penyimpanan, skutik juga dinilai lebih berguna saat dipakai di perkotaan.
Di Indonesia sendiri, Direktur Pemasaran PT AHM Thomas Wijaya mengatakan, tren peningkatan skutik mulai terasa signifikan sejak lima tahun terakhir meski pasar secara keseluruhan sebetulnya ada penurunan. Peningkatan penjualan di segmen skutik disebut meningkat hingga 85 persen sampai akhir 2018.
Ia menambahkan, segmen skutik berkembang pesat dengan pilihan beragam, mulai dari entry level, medium, mid-high, dan premium level. Namun, khusus untuk pasar entry level, potensinya masih sangat besar. "Pasar entry level ini masih cukup besar di Indonesia, dalam lima tahun terakhir [2014–2018], penjualannya selalu lebih dari dua juta unit dan ini jadi pasar yang sangat penting dan digemari oleh beragam kalangan," terangnya saat peluncuran Honda Genio di Jakarta, Jumat (21/6).
Selain Honda, Yamaha turut merasakan melonjaknya tren skutik dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan model-model yang mereka juluki Maxi Series, telah berhasil menyalip penjualan dari Mio Series, skutik yang dulu menjadi tulang punggung penjualan.
Menurut Deputy GM Marketing PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Yordan Satriadi, selain segmen entry level, pengguna skutik di level mid-high sampai premium pun bertambah. Ia mengatakan, terjadi pergeseran minat sebagian konsumen ke segmen yang lebih tinggi.
"Minat konsumen pada Maxi Series cukup besar. Peringkat pertama diisi NMAX, lalu disusul Lexi dan Aerox, itu saling balap mereka. Maxi Series jadi yang paling diminati saat ini, penjualan NMAX bahkan lebih tinggi dari Mio. Namun kalau dibandingkan peak-nya Mio waktu zaman dulu masih belum," jelasnya saat ditemui di Jakarta Fair 2019 pada awal Juni.
Motor Bebek Masih Bertahan?
Tren permintaan skutik terus berlanjut hingga awal tahun 2019. Selama periode Januari–April kemarin, PT AHM mencatat pertumbuhan wholesales sebesar 13 persen dengan jumlah 1,7 juta unit, dibanding periode yang sama tahun 2018 sebanyak 1,5 juta unit.
Thomas bahkan mengklaim, pangsa pasar skutik pada awal tahun ini mencapai di atas 90 persen. "Jadi selama empat bulan awal 2019, kontribusi kami, matik 90 persen, bebek kurang lebih 5 sampai 6 persen, kemudian sport juga sekitar 5 hingga 6 persen," katanya pada April lalu.
Moncernya penjualan skutik ini kemudian berpengaruh terhadap line-up produk Honda yang tersedia di dealer. Terpantau di segmen kendaraan otomatis itu, Honda menyediakan 12 model kendaraan. Di kelas bebek, hanya ada empat motor dan di segmen sport, tersedia tujuh model.
Hal yang sama juga terjadi pada merek Yamaha, pabrikan berlogo garpu tala ini sekarang hanya menyediakan tiga model motor bebek dan tujuh motor sport. Sementara untuk model skutik, tersedia hingga 11 model kendaraan.
Namun, Suzuki mengambil pendekatan yang berbeda. Saat ini, mereka menyediakan dua model skutik, dua motor bebek, dan tiga motor sport. Yohan Yahya, Sales & Marketing 2W Department Head PT Suzuki Indomobil Sales, menuturkan masyarakat Indonesia masih menggemari motor bebek karena memiliki kemampuan dan karakter yang beda dari motor lainnya.
Motor bebek, lanjutnya, dinilai lebih sanggup menghadapi kondisi jalan dan lingkungan daerah yang berbeda dengan ibu kota. Suzuki bahkan belum berniat untuk menghentikan penjualannya, sebab pasarnya disebut akan terus ada.
Yohan juga mengatakan, sepanjang Januari-April 2019, pihaknya sanggup membukukan penjualan sebanyak 38.000 unit. "Dari jumlah tersebut motor bebek memberikan penjualan yang lumayan, terutama Satria dan Smash masih cukup banyak peminatnya," ujarnya di media gathering Suzuki, Mei lalu.
Situasi ini berbeda dengan Honda. Menurut Thomas, pasar motor bebek mengalami penurunan pada awal tahun 2019. "Prediksi sampai akhir tahun masih stabil di angka 5 sampai 6 persen. Pasar bebek di Jawa masih besar, terutama Jawa Timur dan Jawa Barat. Kalau untuk Jakarta, pasarnya sudah mengecil," kata Thomas.
Padahal, lanjutnya, pada periode yang sama tahun lalu, kontribusi motor bebek pada penjualan Honda masih mencapai 7–8 persen.
Salah satu faktor yang membuat segmen skutik terus meningkat adalah kemampuannya yang telah menyamai sejumlah motor bebek. Thomas menyebut handling, performa mesin, serta keiritan bahan bakar antara skutik dan bebek saat ini relatif sama.
Meski begitu, walau penjualan dan tren permintaannya terus menurun, Honda memastikan tetap menyediakan sepeda motor di segmen cub atau underbone untuk ke depannya. "Sejauh ini market-nya masih ada, pecinta bebek masih ada," pungkas Thomas.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara