Menuju konten utama
Event Diajeng

Ketergantungan pada Influencer di Bisnis Skincare Era Digital

Dalam diskusi Diajeng “Tingle to Mingle Vol. I”, konsultan PR Dr. Ayu Cornellia membagikan strategi marketing yang efektif bagi pelaku usaha skincare.

Ketergantungan pada Influencer di Bisnis Skincare Era Digital
Diajeng Tirto menyelenggarakan sesi diskusi "Tingle to Mingle Vol. 1" dengan pelaku usaha di industri kecantikan pada Senin, 21 April 2025 di Yogyakarta. tirto.id/ Tediyanto

tirto.id - Dr. Ayu Helena Cornellia, PR dan Marketing Consultant dari Cornellia & Co., berbagi ilmu dalam “Tingle to Mingle Vol. I” yang diselenggarakan oleh Diajeng Tirto pada Senin (21/4/2025) di Royal Ambarrukmo, Yogyakarta.

Acara yang dikemas dalam diskusi santai ini membahas cara membangun dan mempertahankan usaha kecantikan agar senantiasa kuat dan kredibel di tengah gempuran misinformasi di dunia digital.

Dalam salah satu pemaparannya, Dr. Ayu mengulas tentang tren strategi pemasaran yang melibatkan influencer di media sosial.

Langkah tersebut menjadi jalan pintas yang saat ini kerap diambil oleh pelaku usaha untuk memperkenalkan produk dan usahanya.

Namun, Dr. Ayu justru menyebut bahwa pelaku usaha semestinya tidak terlalu bergantung pada influencer.

Dr. Ayu mengatakan bahwa hal utama yang pelaku dilakukan oleh pemilik usaha adalah memastikan program komunikasi marketing bisnisnya berjalan lancar.

Inflencer itu fungsinya untuk membantu, eksternal. Apabila ada budget lebih,” ujar Dr. Ayu.

Event Diajeng Tingle to Mingle

Diajeng Tirto menyelenggarakan sesi diskusi

Biaya dalam sekali endorsement tidaklah murah. Dr Ayu memperkirakan, perlu anggaran sekitar Rp1 juta untuk membayar influencer. “Sayang banget, kalau bahasa Jawa eman eman,” cetusnya.

Pelaku usaha dapat menyebarkan informasi positif terkait produknya melalui sosial media secara mandiri.

Citra tersebut dapat dilakukan melalui konten edukatif yang berkaitan dengan program

marketing yang tengah dilakukan.

Upaya tersebut dipandang dapat memperkuat posisi merek sebagai sumber informasi yang terpercaya dan bernilai.

Dr. Ayu lantas menyebut, influencer sebetulnya bukan hanya berkaitan dengan jumlah pengikutnya di sosial media.

Pelaku usaha, dapat berkolaborasi dengan tokoh masyarakat dalam memperkenalkan produknya. Misalnya saja, penggerak pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).

“Bisa juga terlibat dalam CSR, kemudian kegiatan tersebut diunggah di sosial media sebagai citra positif brand,” sebut Dr Ayu.

Oleh sebab itu, Dr. Ayu menekankan pentingnya memantapkan PR perusahaan. Pelaku usaha harus mampu melihat timnya yang berpotensi jadi PR Marketing Communication (marcom).

“Bisa edit video dan lain-lain. Memang harus punya satu orang yang berdedikasi di bidang itu,” tegasnya.

Event Diajeng Tingle to Mingle

Diajeng Tirto menyelenggarakan sesi diskusi 'Tingle to Mingle Vol. 1' dengan pelaku usaha di industri kecantikan pada Senin, 21 April 2025 di Yogyakarta. tirto.id/ Tediyanto

Ulasan dari Dr. Ayu memantik diskusi.

Salah satu peserta, Anita, bertanya terkait personal branding di media sosial: apakah pemilik brand dapat menggabungkan akun pribadi dengan akun bisnisnya?

Menanggapi itu, Dr. Ayu menganjurkan agar akun pribadi dan usaha dipisah. Pemisahan akun menjadi penting, sebab profesionalitas brand dapat terpengaruh oleh setiap unggahan pribadi.

Misalnya, pemilik usaha kecantikan memiliki anak yang sedang dalam masa bertumbuh dan kerap membagikan perkembangan anak. Unggahan tersebut, tentu tidak selalu relevan dengan brand kecantikan miliknya.

“Harus konsisten. Kalau tidak bisa [konsisten hanya membagikan unggahan terkait brand], lebih baik bikin dua [akun],” tandas Dr. Ayu.

Baca juga artikel terkait SUPPLEMENT CONTENT atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Sekar Kinasih