Menuju konten utama

Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Dalam Mendidik Anak

Bersikap tidak konsisten dalam pengasuhan anak juga menjadi salah satu kesalahan yang sering terjadi.

Kesalahan yang Sering Dilakukan Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Ilustrasi orang tua marah ke anak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Mengasuh anak adalah proses seumur hidup saat Anda sudah memuliki anak. Proses ini penuh suka duka dan tak jarang menguras emosi.

Mengasuh anak juga merupakan proses belajar yang luar biasa dan memerlukan peran serta ayah ibu dan anak.

Spesialis psikolog anak dari SOS Children's Villages International, Teresa Ngigi, menegaskan bahwa orang tua harus membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengurus dan membahagiakan anak.

"Emosi dapat lebih menular daripada virus Corona. orang tua yang bahagia dapat membuat anak-anak mereka bahagia juga. Jaga diri dan perhatikan kesehatan pikiran sendiri terlebih dahulu, dengan begitu, anak-anak juga akan baik-baik saja," kata Teresa dalam keterangan resmi seperti diwartakan Antara News.

Sementara itu, dalam proses mengasuh anak sering kali ada hal tak sesuai atau kesalahan yang dilakukan oleh orang tua, di antaranya.

1. Memberi contoh yang buruk

Tugas pertama dan terpenting orang tua adalah menjadi teladan yang baik. Namun, banyak orang tua yang justru melakukan hal buruk dan itu menjadi contoh bagi anaknya, seperti dilansir Psychology Today.

Misalnya, orang tua yang meledak dalam kemarahannya, menyalahkan orang lain, mengatakan ketidakbenaran, atau bermain sebagai korban secara tidak sadar itu justru melatih anak-anak Anda untuk melakukan hal yang sama.

Menyalahkan anak-anak Anda atas perilaku dan kebiasaan buruk yang Anda ajarkan kepada mereka sama seperti menyalahkan cermin atas refleksi Anda.

Berperilaku seperti yang Anda inginkan untuk anak Anda. Jadilah orang yang Anda inginkan untuk anak Anda. Di atas segalanya, sebelum Anda menyalahkan anak-anak Anda atas tingkah laku mereka, pertimbangkan untuk mengubah perilaku Anda sendiri.

2. Memiliki harapan yang tidak realistis

Jika Anda memiliki ekspektasi yang tidak realistis tentang apa yang seharusnya dilakukan anak Anda, Anda sebenarnya dapat menciptakan masalah sendiri.

Dilansir dari Very Well Family, hal ini sering terjadi ketika orang tua merasa frustrasi atau tidak sabar dengan anak berusia 1,5 tahun yang masih tidak tertarik dengan latihan menggunakan toilet, anak berusia 5 tahun yang mengompol, atau remaja yang murung.

Sehingga, pastikan ekspektasi Anda sesuai dengan kemampuan atau harapan anak Anda dalam perkembangannya.

3. Menjadi tidak konsisten

Bersikap tidak konsisten dalam pengasuhan anak juga menjadi salah satu kesalahan yang sering terjadi.

Jika Anda terkadang sangat ketat, tetapi mengalah di lain waktu atau sepertinya tidak peduli dengan apa yang dilakukan anak-anak Anda, anak akan kesulitan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana seharusnya anak bertindak.

4. Tidak memiliki aturan atau menetapkan batasan

Anda mungkin berpikir bahwa Anda membantu anak-anak dengan membiarkan mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi kebanyakan anak yang lebih kecil merasa sangat sulit untuk hidup tanpa batasan apa pun.

Memiliki aturan, menetapkan batasan, rutinitas yang konsisten, dan menawarkan pilihan terbatas akan membantu anak Anda mengetahui dan mengharapkan apa yang akan terjadi sepanjang hari.

5. Kritik berlebih dan suka membandingkan

Tidak ada yang menyukai kritik berlebihan atau perbandingan dengan orang lain. Namun banyak orang tua secara kompulsif mengkritik dan membandingkan anak-anak mereka setiap hari.

Misalnya, "Mengapa kamu tidak bisa lebih seperti A?" atau "Kenapa kamu begitu bodoh?" Ketahuilah bahwa hal ini justru bisa menjadi cara jitu untuk merusak harga diri anak Anda dan merusak ego rapuh mereka.

Anak-anak yang dikritik berlebih dengan kasar justru tumbuh dengan menganggap diri mereka sebagai orang kurang berprestasi.

6. Melakukan penindasan

Orang tua yang mengintimidasi cenderung menjadi orang yang suka mengontrol. Alih-alih memahami anak-anak, mereka justru membanjiri anaknya dengan perintah, arahan, ancaman kekerasan, atau kekerasan nyata.

Mereka mungkin bertujuan untuk membentuk dan mendefinisikan anak-anak dengan mengintimidasi, daripada membiarkan anak-anak menggali potensi yang dimiliki.

Sayangnya, anak-anak dari orang tua yang melakukan intimidasi sering kali menderita masalah kepercayaan diri yang rendah dan kecemasan.

Mereka sering kali kesulitan mempercayai orang lain dan takut akan keintiman. Orang tua yang melakukan intimidasi mungkin mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi anak-anak mereka sangat menderita karenanya.

7. Mengabaikan anak-anak

Para orang tua mungkin tidak berniat mengabaikan anak-anak mereka, tetapi banyak yang tanpa sadar telah mengabaikannya.

Orang dewasa asyik dengan pekerjaan mereka, mendelegasikan tanggung jawab pengasuhan kepada anak-anak tertua atau kakek-nenek, melewatkan acara-acara penting dalam kehidupan anak-anak mereka, atau yang terburuk, mereka menjadi pendengar yang buruk - semua bentuk pengabaian emosional bisa merusak seorang anak.

Anak-anak yang terabaikan secara emosional selalu mengalami masalah mood dan perilaku. Tindakan sederhana mendengarkan anak Anda memiliki efek penyembuhan yang mengatasi banyak dilema pengasuhan.

Anak-anak yang merasa dipahami oleh orang tuanya tidak bertindak untuk mendapatkan perhatian dan cenderung tidak terlibat dalam perilaku yang merusak.

Habiskan waktu berkualitas untuk mendengarkan, memahami, dan mengidentifikasi dengan anak Anda. Anda tidak perlu mengeluarkan biaya apa pun, dan ini akan menghemat banyak uang dalam tagihan terapi di masa mendatang.

Baca juga artikel terkait ORANG TUA atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH