Menuju konten utama

Kepolisian Dapat Gunakan Data dari Google untuk Melacak Penjahat

Google menerima lonjakan permintaan terkait riwayat lokasi penggunanya dari kepolisian guna memudahkan mereka dalam mengungkap kasus hukum.

Kepolisian Dapat Gunakan Data dari Google untuk Melacak Penjahat
Aplikasi GPS Google Maps pada hSamsung S5. [Foto/Shuttestock]

tirto.id - Google menerima lonjakan permintaan dari aparat penegakan hukum untuk membagikan data riwayat lokasi pada beberapa penggunanya. Database riwayat lokasi yang disebut Sensorvault tersebut digunakan untuk kepentingan hukum.

Tidak dijelaskan bagaimana polisi meminta Google untuk membagikan database tersebut, yang menyediakan info spesifik mengenai geografis, lokasi, pada waktu-waktu tertentu, terutama di sistem operasi Android, dan beberapa sistem operasi iOS milik perangkat Apple, seperti dilansir Giozmondo.

Teknik tersebut dianggap dapat memberikan arahan dan bukti penting bagi kepolisian untuk memecahkan beberapa kasus kejahatan.

Tahun lalu, sebuah kasus pembunuhan dipecahkan oleh kepolisian melalui pelacakan data lokasi oleh Google. Jorge Molina ditangkap pada 12 Desember 2018 atas pembunuhan terhadap korban pada bulan Maret di tahun yang sama.

Kepolisian meminta data dari Google untuk memperlihatkan akun mana saja yang berada di lokasi tersebut pada waktu pembunuhan terjadi, dan akun Google Molina salah satunya, seperti dilansir dari Fox News.

Kabar ini cukup melegakan bagi pihak penegak hukum, karena kejahatan akan lebih mudah dilacak. Namun, hal ini juga berarti bahwa Google selama ini mengetahui apa yang dilakukan penggunanya, kemana mereka pergi, dengan siapa, dan berapa lama. Semua informasi aktivitas pengguna terekam oleh sistem database Google.

Perusahaan teknologi selama ini tidak pernah menolak memberikan informasi penting bagi para penegak hukum untuk penanganan kasus tertentu. Hal tersebut memungkinan penuntasan kasus meskipun bukti di lapangan atau saksi tidak cukup, seperti kasus pembunuhan di atas. Bahkan, perusahaan teknologi memberikan data ribuan akun di tempat dan waktu kejadian tertentu.

“Ini tidak memberikan jawaban seketika seperti mesin perekam, mengatakan bahwa orang ini bersalah,” kata Gary Ernsdorff, jaksa penuntut senior di Negara Bagian Washington yang juga menangani beberapa kasus terkait dengan penggunaan database ini, seperti dilansir New York Times.

Dia juga menambahkan bahwa pihak hukum tidak akan menuntut semua orang hanya karena data Google menunjukkan mereka berada di lokasi kejadian.

Praktek ini pertama kali digunakan oleh agen federal pada 2016, dan dipublikasikan tahun lalu di Carolina Utara, kemudian merambah ke kawasan lain seperti California, Florida, Minnesota, dan Washington. Tahun ini, perusahaan Google menerima 180 permintaan dalam satu minggu, dan Google menolak beberapa.

Jika teknologi melahirkan sebuah fitur pengawasan, maka pihak hukum tetap akan mengetuk pintu untuk beberapa data. Sensorvault, yang memberikan data spesifik mengenai lokasi jutaan akun dalam paling tidak satu dekade adalah salah satu contoh.

Bagaimana cara operasi permintaan data oleh penegak hukum ini?

Pesanan data yang juga disebut “geofence” tersebut meminta area dan waktu spesifik, dan Google mengumpulkan informasi dari Sensorvault tentang akun-akun yang ada di tempat tersebut. Setiap akun memiliki nomor ID anonim, dan jika detektif tampak di lokasi tersebut dan adanya pola pergerakan terkait dengan kejahatan, maka Google akan mengerucutkan perangkat-perangkat yang dianggap tersangka atau saksi, dan Google akan membuka nama akun tersebut dan informasi lainnya.

Hal tersebut tentu menimbulkan pertanyaan terkait privasi pengguna.

“Ada kekhawatiran terkait privasi kalau-kalau perangkat kita sedang dilacak, dan hal semacam itu relevan dengan kasus kriminal, yang membuat semua orang berhati-hati,” kata Catherine Turner, seorang pengacara pembela di Minnesota yang juga menangani kasus yang menggunakan teknik tersebut.

Masih menurut New York Times, para investigator hukum tidak meminta informasi semacam itu dari perusahaan lain selain Google, dan Apple mengatakan bahwa pihak mereka tidak memiliki memiliki akses semacam itu.

Lebih lanjut, Google tidak menyebut bahwa mereka tidak akan memberikan detail dari Sensorvault, namun Aaron Edens, seorang analis intelijen di kantor kepolisian Daerah San Mateo County, California mengatakan bahwa banyak ponsel Android maupun iPhone menyediakan data spesifik jika dalam perangkat tersebut memiliki akun Google.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Teknologi
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Ibnu Azis