tirto.id - Zhang Pengfei seorang kepala sekolah di Cina Utara memimpin dengan energik para muridnya melakukan tarian shuffle.
Video yang viral di media sosial itu memperlihatkan seorang pria berumur 40 tahun [Zhang Pengfei] mengenakan pakaian hitam dengan mikrofon di tangan kiri. Ia memimpin murid-muridnya melakukan gerakan "guibu", atau langkah-langkah hantu. Umumnya, gerakan tersebut dikenal dengan nama "Shuffle Dance" (https://www.youtube.com/watch?v=UkaJrzd6-hw)
Tarian acak tersebut menggabungkan gerak jazz modern, dengan tumit, jari kaki, dan tangan bergerak lentur. Video itu telah ditonton sebanyak tujuh juta kali dalam satu hari.
Sebagaimana dilaporkan SCMP, tarian dilakukan di Sekolah Dasar Xi Guan di daerah Linyi, Provinsi Shanxi. Di tengah murid-murid yang berseri, para guru juga terlihat mengambil bagian dalam tarian. Di belakang mereka, sebuah slogan di lantai dua sekolah bertuliskan: “Selamat Menikmati Pendidikan”.
Apa yang dilakukan Zhang tersebut bukanlah tipikal olaraga di sekolah Cina. Murid-murid dibantu Zhang melakukan gerakan sinkronisasi, serta mengembangkan kekuatan, fleksibilitas, ketangkasan, dan kerja sama.
“Saya ingin mengenalkan tarian shuffle, karena murid-murid dan guru tidak tertarik pada semua tayangan kalistenik,” kata Zhang sebagaimana dikutip SCMP, Minggu (20/1/2019).
Tarian kalistenik merupakan gerak latihan rutin di sekolah Cina. Sebuah tarian kaku yang dilakukan di setiap sekolah dasar, menengah, dan tinggi sejak tahun 1951. Bentuk olahraganya memaksimalkan proses pembentukan otot.
Kalistenik dalam sejarahnya digunakan tentara Jepang selama Perang Dunia II. Asal-usulnya dapat ditelusuri kembali di abad ke-19 di Jerman.
Tari tersebut juga dimodifikasi dan terinspirasi oleh olahraga rutin yang dilakukan mantan Kesatuan Soviet.
Apa yang dilakukan Zhang merupakan gebrakan yang berbeda. Waktu istirahat menjadi kesempatan bagi anak-anak untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan tanpa campur tangan guru, apalagi kepala sekolah.
Kepala sekolah hanya akan datang untuk pemeriksaan mendadak atau mengumumkan sesuatu yang penting.
“Ini hanya aktivitas kecil di sekolah kami. Saya ingin menawarkan latihan yang berbeda selama jam istirahat,” kata Zhang. Ia tidak pernah berharap video tarian shuffle tersebut dipublikasikan di sosial media dan menimbulkan ketertarikan yang besar.
Beberapa pengguna internet mengkhawatirkan Zhang akan kehilangan pekerjaannya karena melawan pemerintah yang mewajibkan program kalistenik. Zhang tidak segera memberikan komentarnya terkait hal itu.
Melansir dari Republic World, program harian pemerintah tersebut bukan masalah kecil. Sekolah-sekolah di Cina biasanya memiliki siswa yang bekerja. Rutinitas itu telah menjadi latihan berat.
Namun tarian tersebut di sisi lain juga memprioritaskan gerak tubuh bagi anak-anak agar aktif. Sebab di kalangan kelas menengah terjadi kenaikan obesitas pada anak-anak di Cina.
Menurut penelitian dari Peking University School of Public Health memperkirakan pada tahun 2030, sebesar 28 persen (50 juta) anak-anak di Cina yang berumur antara 7-18 tahun mengalami obesitas.
Editor: Yandri Daniel Damaledo