Menuju konten utama

Kenapa Puasa NU Cuma 29 Hari & Lebaran Sama dengan Muhammadiyah?

Kenapa Puasa NU Ramadhan 2024 cuma 29 hari, tidak 30 hari, dan kenapa lebaran NU bisa sama dengan Muhammadiyah?

Kenapa Puasa NU Cuma 29 Hari & Lebaran Sama dengan Muhammadiyah?
Lampion Ramadhan. foto/Istockphoto

tirto.id - Kenapa puasa Nahdlatul Ulama (NU) diperkirakan cuma 29 hari pada Ramadhan 2024 ini? Apakah hari lebaran NU 2024 sama dengan Muhammadiyah yang sudah ditetapkan pada Rabu, 10 April 2024?

Puasa Ramadhan umumnya diperkirakan berlangsung selama 30 hari. Misalnya, pada 2023 lalu. Ketika itu bulan puasa dimulai pada Rabu, 22 Maret 2023. Kalangan NU menyelesaikan Ramadhan pada Jumat, 21 April 2023.

Pada tahun tersebut, Muhammadiyah yang memulai puasa pada hari yang sama dengan NU, mengakhiri Ramadhan lebih cepat pada Kamis, 20 April. Idul Fitri Muhammadiyah berlangsung pada Jumat (21/4) atau berarti kalangan tersebut hanya berpuasa selama 29 hari.

Namun, pada 2024, terjadi kondisi sebaliknya. Jika mengacu pada data hisab hilal pada saat matahari terbenam Selasa (9/4), Muhammadiyah dan NU akan sama-sama merayakan lebaran pada Rabu, 10 April 2024. Pasalnya, hilal pada tanggal tersebut sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan, baik oleh Muhammadiyah maupun NU, walaupun standar mereka berbeda.

Kenapa NU Puasa Ramadhan 2024 Hanya 29 Hari Tidak 30?

Dalam kalender Muhammadiyah untuk 1445 H, bulan Syaban berlangsung selama 29 hari. Tanggal 29 Syaban 1445 H bertepatan dengan Minggu, 10 Maret 2024. Normalnya, ketika Syaban sejumlah 29 hari, maka Ramadhan akan memiliki 30 hari.

Hal ini berkesesuaian dengan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Hasil penghitungan tersebut dituangkan dalam Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriah.

Berdasarkan hisab, pada Senin, 8 April 2024 yang bertepatan dengan 29 Ramadhan 1445 H, ijtimak yang menjadi penanda bulan baru, belum terjadi. Ijtimak jelang Syawal 1445 H terjadi pada Selasa, 9 April 2024 pukul 01:23:10 WIB.

Berikutnya, tinggi bulan pada saat matahari terbenam pada Selasa (9/4) di Yogyakarta adalah sebesar 6 derajat 8' 28'' atau hilal sudah wujud. Di wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam, bulan berada di atas ufuk.

Dalam menentukan bulan baru menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, ada 3 aspek yang diperhatikan oleh Muhammadiyah. Ketiga syarat itu adalah sudah terjadi ijtimak (konjungsi), ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam, dan saat matahari terbenam, piringan atas bulan di atas ufuk (bulan baru sudah wujud).

Dengan mempertimbangkan hasil hisab pada Senin (8/4) dan Selasa (9/4), didapati kesimpulan bahwa ijtimak belum terjadi hari Senin, lalu terjadi keesokan harinya. Oleh karenanya, bilangan hari Ramadhan 1445 H dalam kalender Muhammadiyah dibulatkan jadi 30 hari. Karena jumlah hari bertambah, otomatis tanggal 30 Ramadhan 1445 H bertepatan dengan Selasa, 9 April 2024.

Sementara itu, NU memang kemungkinan akan mengikhbarkan bahwa Idul Fitri akan terjadi pada Rabu, 10 April 2024. Namun, dengan metode yang berbeda dengan Muhammadiyah. NU sendiri menggunakan metode rukyatul hilal, dengan data hisab sebagai pedoman awal.

NU dan pemerintah (Kementerian Agama) baru mengambil kesimpulan kapan Idul Fitri 2024 pada Selasa, 9 April 2024. Hal itu terjadi karena metode rukyatul hilal membutuhkan bukti visibilitas hilal pada tanggal yang dianggap sebagai tanggal terakhir puasa Ramadhan. Pada tahun ini, tanggal tersebut adalah 29 Ramadhan 1445 H atau Selasa, 9 April 2024.

Rukyatul hilal pada tanggal yang diperkirakan sebagai tanggal terakhir Ramadhan, akan menghasilkan salah satu dari 2 kesimpulan. Pertama, jika kriteria bulan baru belum terpenuhi, Ramadhan akan dibulatkan jadi 30 hari. Artinya, jika ini terjadi, Rabu (10/4), umat Islam kalangan NU dan yang mengikuti pemerintah akan berpuasa.

Namun, jika kriteria bulan baru terpenuhi, Ramadhan akan berlangsung 29 hari. Ini berarti, NU dan yang mengikuti pemerintah, akan berlebaran pada Rabu (10/4) meskipun menggunakan metode dan kriteria berbeda dengan Muhammadiyah.

Jika membandingkan dengan data yang sudah dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memang data hisab menunjukkan kemungkinan lebaran akan terjadi pada Rabu, 10 April 2024.

Pasalnya, untuk penentuan bulan baru, NU dan Kemenag menggunakan kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS). Kriteria tersebut adalah tinggi hilal minimal 3 derajat dan sudut elongasi minimal 6,4 derajat.

Mengacu data BMKG, ketinggian hilal pada saat matahari terbenam pada Selasa, 9 April 2024, berkisar

4,88 derajat di Merauke, Papua sampai 7,63 derajat di Sabang, Aceh. Berikutnya, elongasi geosentris di Indonesia saat Matahari terbenam Selasa (9/4) berkisar 8,39 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 10,22 derajat di Sabang, Aceh.

Data tinggi hilal dan elongasi pada Selasa (9/4) menunjukkan bahwa angka yang muncul sudah lebih besar daripada kriteria MABIMS yang 3-6,4. Artinya, hilal pada tanggal tersebut seharusnya sudah visible atau dapat terlihat, baik melalui mata telanjang maupun dengan bantuan teknologi. Dengan demikian, Idul Fitri semestinya akan ditetapkan berlangsung Rabu, 10 April 2024 atau sama dengan Muhammadiyah.

Berikut tabel penjelasan kenapa NU hanya puasa 29 hari pada Ramadhan 2024.

AspekMuhammadiyahNU/Pemerintah
Awal RamadhanSenin, 11 Maret 2024Selasa, 12 Maret 2024
Jumlah hari30 hari29 hari
Akhir RamadhanRabu, 10 April 2024Rabu, 10 April 2024

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2024 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya