tirto.id - Suasana berkabung masih terasa di Puri Cikeas kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Senin, 3 Juni 2019 usai wafatnya sang istri Ani Yudhoyono pada 1 Juni 2019 di Singapura. Doa dan ucapan bela sungkawa dari keluarga maupun kolega terus berdatangan untuk menguatkan SBY.
Salah satu kolega yang datang hari itu ke kediaman SBY ialah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Kehadiran Prabowo ke kediaman SBY agaknya memang menjadi momen yang dinanti publik. Sebab sejak Ani Yudhoyono wafat dan dimakamkan, Prabowo menjadi salah satu tokoh politik nasional yang belum bertakziah. Ini karena ia sedang berada di luar negeri dan pesawatnya baru mendarat di Jakarta pada Senin (3/6/2019).
Informasi Prabowo akan datang ke rumah SBY sudah disampaikan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan. Informasi itu pun menjadi kenyataan pada pukul 16.10 WIB saat Prabowo tiba dengan menaiki Toyota Alphard putih B 108 PSD.
Prabowo datang mengenakan kemeja putih dan didampingi Sekjen Gerindra Ahmad Muzani. Begitu tiba, mantan Danjen Kopassus itu disambut pertama kali oleh Andi Arief. Di teras rumah terlihat SBY menunggu bersama mantan Menko Perekonomian Hatta Rajasa dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Pandjaitan. Kedua tokoh nasional itu pun berpelukan dan saling hormat.
Tidak sampai 30 menit, Prabowo pun menyampaikan isi pembicaraannya dengan SBY. Ia mengucap bela sungkawa sekaligus meminta maaf tidak bisa hadir dalam acara pemakaman Ani Yudhoyono. Selain itu, ia juga menceritakan tentang niatan untuk menjenguk Ani, tetapi batal setelah mendengar kondisi anak Sarwo Edhie itu membaik.
"Saya minta maaf, saya juga, walaupun saya sudah sempat nengok beliau di Singapur, tapi saya ada niat kembali. Waktu itu saya mendengar kondisi Ibu Ani membaik, jadi saya menunda. Ternyata terlambat," kata Prabowo usai bertemu SBY di Cikeas, Jawa Barat, Senin (3/6/2019).
Namun bukan itu ucapan Prabowo yang menjadi sorotan. Di depan awak media dan tentu saja di sebelah SBY, mantan Danjen Kopassus itu menyinggung pilihan politik Ani Yudhoyono pada Pilpres 2019. Setelah menyampaikan karakter Ani, Prabowo menyebut kakak Pramono Edhie itu memilihnya dalam Pilpres 2014 dan 2019.
"Saya juga diberitahu bahwa Ibu Ani mendukung saya, memilih 2014 dan 2019 memilih saya. Jadi saya bisa dapat merasakan gimana Pak SBY sekarang kondisinya," kata Prabowo.
SBY Tidak Berkenan
Mendengar pernyataan Prabowo, wajah SBY berubah masam. Ia terlihat langsung melipat lengan tangannya. Tidak sampai 5 menit, begitu selesai memberikan pernyataan pers, Prabowo langsung dipersilakan pulang oleh SBY. Tak sampai 5 menit usai Prabowo pulang dengan Toyota Alphard-nya, SBY langsung memberikan keterangan kepada awak media. Di depan media, Presiden RI ke-6 itu meminta agar ujaran Prabowo tentang pilihan politik Ani tidak disampaikan ke publik.
"Teman-teman, ya, itu statement Pak Prabowo yang kaitannya dengan politik, ya, tentang Ibu Ani, please tidak disampaikan. Ini hari yang penuh (menarik napas) ujian bagi saya, Ibu Ani jangan dikait-kaitkan dengan politik," kata SBY usai menerima Prabowo di kediamannya.
"Jadi please saya mohon statement Pak Prabowo yang Ibu Ani milih apa, milih apa itu tentu tidak tepat, tidak elok untuk disampaikan. Saya mohon itu saja, tolong mengerti perasaan kami yang berduka. Ibu Ani yang baru saja berpulang, jadi kami tidak ingin dikaitkan dengan politik apapun," lanjut SBY.
Ingin Menarik Simpati Publik
Pengamat politik Adi Prayitno menduga aksi Prabowo di Cikeas sebagai manuver Gerindra menarik simpati publik. Prabowo dinilai sedang berupaya membangun kembali koalisi 02 yang sudah mulai terpecah setelah pengumuman hasil Pemilu 2019 oleh KPU. Salah satunya dengan menggaet kembali gerbong Cikeas ke koalisi 02.
"Kalau saya membaca Prabowo sedang membangun legitimasi dukungan dari berbagai kalangan. Seakan-akan bahwa sampai detik ini pun poros Cikeas Demokrat SBY dan keluarganya sedang mendukung dirinya," kata Adi kepada Tirto, Senin (3/6/2019).
Pria yang juga Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini mengatakan banyak anggota koalisi 02 mulai pecah setelah hasil pemilu diumumkan. Saat ini, hampir seluruh partai mayoritas, yakni PAN, PKS, dan Demokrat menerima hasil pemilu, sementara Gerindra masih ngotot ada kecurangan pemilu. Narasi-narasi ini seolah tidak direspons tiga partai besar sehingga Gerindra seperti petarung tunggal.
Langkah Prabowo mengunjungi Cikeas pun dinilai sebagai upaya Gerindra merangkul kembali koalisi SBY. Sayang, Prabowo salah dalam menentukan bahan pembicaraan sehingga menimbulkan masalah. "Makanya momentum takziah di Cikeas hari ini dijadikan sepertinya untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan politik, tapi blunder karena suasana enggak pas, momentumnya enggak pas," Kata Adi.
Adi pun memandang, aksi Prabowo bisa memicu dampak lebih luas. Sebab, Ani relatif sudah menjauhi politik, tetapi Prabowo malah menarik Ani ke ranah politik. Sikap ini menimbulkan emosi bagi SBY. "Makanya setelah Prabowo sambutan, SBY langsung take over press conference bahwa omongan Pak Prabowo tidak etis, tidak elok, dan tidak menghormati tuan rumah ynag sedang dirundung duka. Ini sebagai upaya untuk menetralisir sekaligus mengamputasi omongan Prabowo supaya tidak ditafsirkan ke mana-mana," kata Adi.
"Kalau melihat raut wajah SBY, cukup kecewa dengan omongan Prabowo itu. Makanya dia sambil ngomong sambil megang dadanya, sambil membungkuk, menahan gundah gulananya," tutur Adi.
Ia tidak memungkiri hubungan Demokrat dengan Gerindra akan semakin renggang setelah ujaran Prabowo. Sebelumnya, kubu Gerindra dan Demokrat sudah tidak mesra dengan isu yang menyerang Ani saat masih sakit. Sejumlah kader pendukung Prabowo dari Demokrat sudah balik kanan akibat sindiran Gerindra.
"Jadi omongan Prabowo di Cikeas sekalipun silaturahmi justru membuat suasana hubungan mereka ini makin enggak kondusif ke depan. Secara personal mungkin tidak ada masalah apapun terhadap SBY tapi secara institusi kepartaian statement-statement Prabowo ini tentu blunder yang akan membuat hubungan kedua partai gak mesra," lanjut Adi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Jay Akbar