tirto.id - Amerika Serikat merayakannya tanggal 4 Juli sebagai sebagai hari kemerdekaan. Kendati penandatanganan “Declaration of Independence” dilakukan pada 2 Juli 1776, akan tetapi Kongres baru mengesahkan dua hari setelah itu atau pada 4 Juli 1776. Itulah mengapa 4 Juli ditetapkan sebagai hari kemerdekaan AS.
Ketika merdeka, Amerika Serikat hanya terdiri dari 13 negara bagian. Selama periode 1776 hingga 1787, penyelenggaraan negara diatur dalam Articel of Confederation atau UU Konfederasi. Barulah pada 1787 Amerika membuat konstitusi atau Undang-Undang Dasar dalam sebuah pertemuan di Philadelphia.
Kemudian pada 1788, Amerika Serikat mengadakan pemilihan umum untuk memilih presiden. George Washington dipilih menjadi presiden pertama Amerika Serikat dan dilantik pada Januari 1789. Setelah 241 tahun merdeka, Amerika Serikat sudah dipimpin oleh 45 orang presiden. Mulai dari George Washington hingga Donald Trump yang baru dilantik pada Januari lalu.
Di awal kepemimpinan George Washington, tantangan terbesarnya adalah pembentukan pemerintahan pusat serta organ-organ di bawahnya. Selain itu, Amerika Serikat sedang menghadapi masalah di bidang perdagangan sebab Eropa menutup diri untuk melakukan perdagangan dengan Amerika Serikat. Ada juga masalah perbatasan yang masih belum dijaga dan masih menjadi rebutan Perancis dan Inggris.
Sebagai sebuah adikuasa yang besar, masalah yang dihadapi Amerika Serikat silih berganti datang. Sejak kepemimpinan Franklin Roosevelt, persisnya pada 1935, Gallup -- sebuah organisasi yang masyhur karena polling-polling yang menangkap opini masyarakat terkait berbagai masalah publik -- secara berkala melakukan polling yang memetakan masalah-masalah terpenting yang dihadapi Amerika Serikat saat itu menurut warganya.
Saat itu, Gallup melakukan polling lantaran setumpuk permasalahan yang menerpa Amerika Serikat. Hasilnya memperlihatkan jika masalah pengangguran adalah yang terpenting. Angka pengangguran di Amerika Serikat di era Roosevelt mencapai 15 juta penduduk pada 1933. Pemerintah tak mampu menyediakan lapangan kerja, salah satunya karena Great Depression atau Depresi Besar.
Pada 1941, masalah penting yang dihadapi Amerika Serikat menurut hasil polling Gallup bukan lagi pengangguran tetapi perang. Saat itu, Roosevelt masih memimpin Amerika Serikat. Sebagian besar permasalahan berhubungan dengan perang, pertahanan dan operasi perdamaian. Permasalahan itu berkaitan dengan serangan Jepang di Pearl Harbour di Hawai sehingga Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang. Amerika kemudian terlibat aktif, bahkan menjadi penentu, akhir Perang Dunia II.
Di bawah kepemimpinan Donald Trump, masalah yang dihadapi Amerika semakin pelik. Masalah domestik mulai dari ketidakpuasan terhadap pemerintah, imigrasi, tindak kejahatan hingga media menjadi permasalahan penting yang dihadapi oleh Amerika Serikat saat ini.
Ketidakpuasan warga Amerika terhadap pemerintah mencapai 25 persen pada Juni 2017, sangat tinggi dibandingkan permasalahan lainnya. Masalah yang datang dari pemerintah ini kembali hadir setelah absen cukup lama dari hasil polling. Pada 1973 dan 1974, hal sama pernah terjadi karena krisis Watergate.
Kali ini, ketidakpuasan warga Amerika Serikat terhadap pemerintah berhubungan dengan sang presiden sendiri, Donald Trump. Pada bulan-bulan pertama pemerintahan Trump, sentimen terhadap pemerintah dan kepemimpinan yang buruk terus menguat. Sebagian besar warga Amerika Serikat mengatakan bahwa Trump adalah sumber masalahnya. Sebagian besar warga Amerika Serikat merasa tidak puas dengan keadaan yang terjadi di AS saat ini, mulai dari masalah politik yang terpecah belah hingga pemberitaan media yang dianggap sangat partisan.
Masalah lain yang juga dianggap sangat penting saat ini adalah soal terorisme. Sejak Tragedi WTC pada 2001, masalah terorisme tak kunjung habis mengancam Paman Sam. Dalam beberapa waktu terakhir, keamanan nasional Amerika Serikat diguncang oleh beberapa aksi teror. Misalnya, serangan di Universitas Ohio pada November tahun lalu atau tragedi Orlando yang menewaskan sekitar 49 orang pada Juni tahun lalu.
Tindak terorisme yang terjadi di berbagai belahan dunia Amerika Serikat, yang oleh The Guardian disebut mencapai 78 serangan sepanjang periode 2014-2016, masih menjadi salah satu ketakutan dan permasalahan penting bagi warga Amerika Serikat.
“Hari ini kita memulai pembicaraan tentang cara membuat Amerika kembali aman. Pada abad ke-20, Amerika Serikat mengalahkan fasisme, nazisme dan komunisme. Kini, ancaman yang berbeda menantang dunia kita: terorisme islam radikal,” ujar Trump seperti dikutip Politico.
Meski demikian, dalam jajak pendapat yang dilakukan CBS pada Februari 2017, masalah imigrasi rupanya dianggap sangat penting dan harus segera diselesaikan dibandingkan masalah ekonomi dan kesehatan yang berada di posisi kedua dan ketiga. Permasalahan imigrasi ini berhubungan dengan pandangan sebagian besar penduduk Amerika yang mengungkapkan kekhawatiran tentang potensi risiko kemanan nasional terkait para pendatang dari negara lain yang masuk ke Amerika.
Di sisi lain, ada sejumlah warga yang mendukung agar imigran gelap diterima sebagai warga negara Amerika Serikat. Enam dari sepuluh orang Amerika mendukung agar pemerintah memberi izin untuk tinggal dan mengajukan kewarganegaraan Amerika bagi para imigran gelap. Ada juga yang mengungkapkan bahwa mereka bisa diperbolehkan untuk tinggal di Amerika tetapi tidak dapat mengajukan permohonan kewarganegaraan.
Kendati demikian, Trump punya sikap tersendiri yang cenderung agresif dalam isu imigran. Trump sudah mulai membuat kebijakan mendeportasi orang-orang yang tinggal di Amerika tanpa memiliki dokumen yang lengkap.
Tak hanya itu, masalah rasisme pun masih terus terjadi di Amerika Serikat, dan tentu saja masalah pengangguran yang belum terselesaikan. Pada usianya yang ke-241, Amerika masih dihimpit dengan berbagai permasalahan domestik di atas.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Zen RS