Menuju konten utama

Kembangkan EV, Indonesia-Kanada Bahas Perdagangan Mineral Kritis

Pembahasan berbagai hal terkait mineral kritis dilakukan, mulai dari nilai paling menguntungkan yang bisa didapatkan kedua negara hingga rantai pasok.

Kembangkan EV, Indonesia-Kanada Bahas Perdagangan Mineral Kritis
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan kata sambutan pada acara Strategic Forum Indonesia-Canada CEPA (ICA-CEPA) dan Indonesia-European Union CEPA (IEU-CEPA) di Auditorium Kemendag, Jakarta, Senin (29/9/2025). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/bar

tirto.id - Pemerintah Indonesia dan Kanada tengah membahas potensi kerja sama di bidang mineral kritis. Pembahasan tersebut dibuka usai pada Rabu (25/9/2025) lalu Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney telah menandatangani sejumlah kesepakatan, termasuk Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership (ICA-CEPA).

Perlu diketahui, mineral kritis adalah sumber daya mineral yang sangat penting bagi perekonomian, pertahanan keamanan negara dan teknologi modern, tetapi memiliki risiko gangguan pasokan dan sulit digantikan oleh material lain. Beberapa komoditas mineral yang termasuk dalam kelompok mineral kritis di antaranya, logam tanah jarang, litium, nikel, kobalt, tembaga, platinum, dan vanadium.

“Nanti kita ada kerja sama, ada kesepakatan, ada inisiatif untuk bekerjasama dengan Kanada. Untuk mensinergikan, membuat power house (pusat pengolahan komoditas mineral kritis) antara Kanada dan Indonesia, untuk mendorong masalah kerja sama mineral kritis, ya,” ujar dia, saat ditemui di sela-sela Strategic Forum Indonesia-Canada CEPA dan Indonesia-European Union CEPA, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin (29/9/2025).

Melelui dialog ini, pembahasan berbagai hal terkait mineral kritis dilakukan, mulai dari nilai paling menguntungkan yang bisa didapatkan kedua negara dari perdagangan komoditas mineral kritis, hingga terkait rantai pasok (value chain) industri mineral kritis.

“Mungkin dari nanti tidak hanya di nanti nilai yang paling bawah, tapi ke value chain yang mungkin yang tertinggi yang bisa lakukan. udah mulai kita bicarakan,” lanjut Djatmiko.

Tidak hanya itu, untuk mendukung pengembangan baterai dan kendaraan listrik, Indonesia juga tidak menutup kemungkinan untuk mengimpor litium dari Kanada. Meski begitu, dalam pembahasan kerja sama mineral kritis ini pula, kedua negara akan saling mengidentifikasi kebutuhan mineral kritis yang sekiranya akan dikerjasamakan.

“Ya, bisa-bisa aja (impor litium). Misal untuk membikin EV battery, untuk industri EV vehicle, bisa. Apa saja bisa kita lakukan. Ini kan dialog dulu, nanti kebutuhan saling identifikasi, ya. Ada gap-nya apa, kebutuhannya di mana yang paling sustainable, dari sisi project mana yang paling visible. Tapi udah ada (dialog),” tukas Djatmiko.

Baca juga artikel terkait MINERAL atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana