tirto.id - Korea Selatan merupakan negara di Asia yang pertama kali memperkenalkan kebiri kimia pada pelaku kejahatan seksual. Di negara tersebut hukuman ini sudah ditetapkan undang-undang, yang menyatakan pelaku kejahatan yang berusia kurang dari 16 tahun akan dikenai kebiri kimia.
Dilansir NCBI, kebiri kimia dilakukan dengan menyuntikan hormon yang bisa mengurangi hasrat seksual. Pelaku penerima hukuman kebiri terjadi pada tahun 1944 dengan suntikan diethylstilbestrol untuk mengurangi kadar testosteron dalam tubuh.
Di Amerika Serikat, Kanada, dan sebagian negara Eropa menggunakan medroxyprogesterone acetate dan cyproterone acetate untuk mengurangi fantasi seksual dan impuls seksual kepada pelaku kejahatan seksual.
Berbeda dengan negara-negara tersebut, Indonesia baru mau memulai hukuman kebiri kimia. Pengadilan Negeri Mojokerjo dan Pengadilan Tinggi Surabaya menjatuhkan hukuman kebiri kimia terhadap Muhammad Aris, yakni pelaku pemerkosa sembilan anak yang berasal dari Kabupaten Mojokerto. Hal ini menjadikannya penerima hukuman kebiri kimia pertama di Indonesia.
Mengenai hukuman ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mempertanyakan putusan tersebut lantaran hukuman itu dianggap tak menjamin hasrat dan potensi pelaku untuk mengulangi perbuatannya bakal hilang. Sebenarnya apa efek dari kebiri kimia?
Obat-obatan seperti medroksiprogesteron asetat, siproteron asetat, dan agonis LHRH, ketika diberikan untuk pengebirian kimia dapat menyebabkan penurunan hormon testosteron dan esterogen secara signifikan.
Hal ini menyebabkan dorongan seksual menurun secara drastis, tetapi dorongan seksual yang menurun tidak dibarengi dengan kemampuan seseorang untuk berhubungan seks, sehingga pelaku yang dikenai hukuman kebiri kimia masih bisa berhubungan seksual.
Efek dari penerapan kebiri kimia ini tidak hanya pada penurunan hormon testosteron, tetapi juga hormon estrogen yang berperan penting untuk pria. Hormon tersebut memiliki peran pada pertumbuhan tulang, fungsi otak juga jantung dan pembuluh darah. Tak hanya itu hormon yang terganggu juga akan mempengaruhi metabolisme tubuh dan mengganggu keseimbangan glukosa.
Efek samping yang langsung bisa dirasakan tubuh meliputi perasaan depresi, kemandulan, anemia, disfungsi ereksi hingga efek lainnya berupa tubuh bisa mengalami hot flashes yakni kepanasan hebat yang asal panasnya berasal dari dalam tubuh.
Seperti yang diwartakan Science Direct, kebiri kimia bisa menyebabkan ketergantungan secara fungsional dan kematian kepada orang yang lebih tua.
Dilansir dari sumber yang sama, sebenarnya kebiri kimia lebih efektif apabila digunakan dalam konteks psikoterapi. Di mata hukum kebiri kimia masih ada di antara perawatan dan hukuman, permasalahan ini yang masih bertentangan dengan etika medis hingga saat ini.
Penulis: Rachma Dania
Editor: Dipna Videlia Putsanra