Menuju konten utama

Karakteristik Bahasa Anak Usia 0-6 Tahun & Tips Cara Berkomunikasi

Para orang tua perlu memahami karakteristik bahasa anak usia 0-6 tahun dan menerapkan strategi yang tepat saat berkomunikasi dengan si buah hati.

Karakteristik Bahasa Anak Usia 0-6 Tahun & Tips Cara Berkomunikasi
Ilustrasi orang tua yang sedang mengasuh anak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Komunikasi efektif dengan anak merupakan hal penting yang harus dipahami orang tua. Tak jarang kita mendengar masalah hubungan orang tua dan anak berpangkal dari miskomunikasi.

Kendati orang tua pada umumnya mengharapkan hal yang terbaik bagi anaknya, niat yang tulus saja belum cukup. Sebab, orang tua perlu mengomunikasikan pesan itu secara tepat pula.

Di sisi lain, cara komunikasi dan kemampuan anak dalam menyampaikan dan memahami bahasa, berbeda-beda di setiap fase usia. Seiring dengan bertambahnya usia anak, perkembangan yang dinamis juga terjadi pada kemampuan mereka berkomunikasi dan berbahasa.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami hal ini agar tidak terjadi miskomunikasi dengan si buah hati.

Meskipun begitu, komunikasi dengan anak usia dini lebih mudah daripada ketika mereka sudah beranjak remaja. Namun, hal ini tidak mengurangi urgensi mengenali karakteristik bahasa anak agar orang tua bisa mengefektifkan interaksinya dengan si kecil.

Dilansir dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, berikut ini kategorisasi karakteristik bahasa anak usia dini.

1. Bayi Usia 0-1 Tahun

Pada rentang usia 0-1 tahun, bayi masih mengeluarkan suara atau bunyi-bunyian yang belum berbentuk bahasa dan tidak bisa dipahami orang dewasa.

Kendati demikian, anak usia 0-1 tahun amat senang meniru suara atau bunyi-bunyian dari orang yang mengajaknya bicara. Kerap kali, ia akan tersenyum atau matanya melebar bila diajak bicara.

Di rentang usia usia 0-1 tahun juga, ia mulai dapat melafalkan kata-kata sederhana seperti: "ibu", "mama", "bapa", dan lain sebagainya.

Menjelang berusia satu tahun, anak biasanya mulai mengetahui sedikitnya 20 kata sederhana, dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia si kecil.

2. Balita Usia 1-3 Tahun

Setelah melewati usia satu tahun, cara bicara anak sudah berkembang. Meskipun belum jelas, tapi ia sudah bisa ditangkap maknanya. Balita bisa saja menyebut "susu" menjadi "tutu" atau "mobil" menjadi "mbil", dan lain sebagainya.

Anak juga mulai menggunakan mimik wajah dan gerakan tubuh saat berbicara, misalnya melotot saat marah atau menunjuk barang yang diinginkan. Anak usia 1-3 tahun juga biasa menggunakan gerakan tubuh untuk menjelaskan keinginannya.

Di rentang usia 1-3 tahun, anak pun mulai menanyakan nama-nama benda, misalnya dengan cara mengatakan: “Apa itu?” Ketika bertemu hal-hal baru, ia akan menanyakan: "Apa ini?" Anak juga akan mulai mengetahui nama-nama benda di sekitarnya dan menguasai beberapa kata kerja yang sederhana.

3. Anak Usia 3-6 Tahun

Ketika beranjak ke usia tiga tahun, cara berbicara anak sudah semakin jelas dan dapat dipahami orang lain. Anak usia 3-6 tahun pun bisa menyampaikan maksud, keinginan, dan mengutarakan perasaannya kepada orang lain.

Di usia ini, anak mulai lancar pula berbicara dalam kalimat terdiri dari tiga kata, misalnya: “Adek mau minum” atau "Dede pengen pipis", dan terus berkembang seiring bertambahnya usia.

Kosa kata anak juga sudah bertambah banyak. Jika demikian, anak mulai banyak bertanya sebab-akibat atau kausalitas. Misalnya, pertanyaan: “Kenapa daun warnanya hijau?” dan lain sebagainya. Jika ia merasa mengetahui sesuatu, ia pun akan menjawab pertanyaan sederhana yang diajukan kepadanya.

Cara Berkomunikasi dengan Anak Usia 0-6 Tahun

Bagaimana cara komunikasi dengan anak usia dini? Dikutip dari Komunikasi Efektif dengan Anak Usia Dini (2018: 17-19) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, orang tua dapat menerapkan tips-tips sebagaimana diperinci di bawah ini.

Pertama, bagi bayi usia 0-3 tahun, orang tua mesti sering mengajak anak berbicara untuk menstimulasi kemampuan bahasanya.

Orang tua juga dapat membangun kedekatan dengan menatap mata anak saat berbicara dengannya. Kemudian, lakukan pengulangan kalimat agar anak dapat memahami atau menirukan kosa kata baru yang ia dengar.

Orang tua juga sebaiknya tersenyum dan menampilkan mimik menyenangkan ketika berbicara dengan anak.

Kedua, bagi balita usia 1-3 tahun, orang tua mesti menyimak dengan baik saat anak berbicara. Jangan potong kalimat anak, serta beri ia kesempatan untuk menyelesaikan bicaranya.

Jika orang tua ingin mengoreksi dan mengajari anak, contohkan kata dan kalimat dengan benar, terutama saat mengenalkan nama-nama benda, situasi, dan keterangan di lingkungan anak.

Ketiga, bagi anak usia 3-6 tahun, orang tua perlu menstimulasi kemampuan bahasa anak dengan memberi kesempatan si kecil untuk bercerita.

Di rentang usia ini, orang tua juga dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar cerita yang disampaikan oleh menjadi jelas, lengkap, dan bisa dipahami.

Jika anak bertanya, jawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Bila tidak tahu, orang tua dan anak dapat saling mencari tahu jawabannya di buku dan kamudian menerangkannya kepada anak.

Baca juga artikel terkait PERKEMBANGAN BAHASA ANAK atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom