Menuju konten utama

Kapan Gerhana Bulan Terjadi dan Penjelasan Lengkap BMKG & Lapan

Lapan menjelaskan Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon pada 26 Mei ini akan menjadi sangat spesial.

Kapan Gerhana Bulan Terjadi dan Penjelasan Lengkap BMKG & Lapan
Bentuk sempurna dari gerhana bulan total dengan warna kemerahan, Thamrin, Jakarta (31/01/18). tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Gerhana Bulan Total (GBT) atau Bulan Merah Super atau Super Blood Moon akan dapat dilihat di Indonesia pada Rabu (26/5/2021) dan bertepatan dengan Hari Raya Waisak.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjelaskan Gerhana Bulan Total pada 26 Mei ini akan menjadi sangat spesial karena beriringan dengan terjadinya Perige, yaitu ketika Bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi.

Sehingga Bulan akan tampak merah karena pembiasan cahaya Matahari oleh lapisan atmosfir Bulan dan biasa disebut dengan istilah Bulan Merah Super atau Super Blood Moon.

Pada Super Blood Moon kali ini lebar sudutnya akan lebih besar 13,77% bila dibandingkan dengan ketika berada di titik terjauhnya (apoge). Kecerlangannya juga 15,6% lebih terang dengan rata-rata dan 29,1% lebih terang dibandingkan dengan ketika apoge.

Menurut Lapan, Gerhana Bulan Total atau Super Blood Moon kali ini juga bertepatan dengan detik-detik Waisak, yakni pada 15 Suklapaksa (paroterang) Waisaka 2565 Era Buddha yang jatuh pada 26 Mei pukul 18.13.30 WIB dengan jarak 357.461 kilometer dari Bumi.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan Gerhana Bulan Total Perigee atau Super Blood Moon pada 26 Mei mendatang, fase-fasenya akan tampak di sejumlah wilayah di Indonesia.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono mengatakan proses Super Blood Moon sejak fase awal (P1) hingga fase akhir (P4) akan berlangsung selama 5 jam 5 menit dan 2 detik.

“Sedangkan proses Gerhana Totalnya, sejak awal fase Total (U2), puncak Total hingga akhir fase Total (U3) akan berlangsung selama 18 menit 44 detik,” ujar Triyono melansir laman Antara.

Fase P1 atau pada Awal Gerhana Bulan mulai pukul 15.46.12 WIB , 16.46.12 WITA , 17.46.12 WIT yang melintas memotong Papua bagian tengah, sehingga pengamat di provinsi Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya Gerhana Bulan Total ini.

Kemudian fase U1 atau Gerhana Bulan Sebagian mulai pukul 16.44.38 WIB , 17.44.38 WITA ,18.44.38 3 WIT, melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara, sehingga pengamat di wilayah Indonesia Timur, Pulau Sulawesi bagian Timur dan Nusa Tenggara Timur dapat menyaksikan kejadian ini.

Fase U2 atau Gerhana Bulan Total mulai masuk pukul 18.09.21 WIB , 19.09.21 WITA , 20.09.21 WIT melintas memotong Provinsi Riau dan Sumatera Barat, sehingga seluruh pengamat di Indonesia dapat mengamati awal fase Totalitas ini, kecuali di sebagian Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

Selanjutnya Fase Puncak Gerhana Bulan terjadi pukul 18.18.43 WIB , 19.18.43 WITA , 20.18.43 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

Fase U3 atau Gerhana Bulan Total berakhir pukul 18.28.05 WIB , 19.28.05 WITA , 20.28.05 WIT melintas membelah Sumatera Utara, sehingga pengamat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali sebagian Sumatera Utara dan Aceh, dapat menyaksikan fenomena ini.

Fase U4 atau Gerhana Bulan Sebagian berakhir pukul 19.52.48 WIB , 20.52.48 WITA , 21.52.48 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, dan pada Fase P4 atau Gerhana Bulan berakhir pukul 20.51.14 WIB , 21.51.14 WITA , 22.51.14 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

Triyono menjelaskan Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak Gerhana Bulan Total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah yang terkenal dengan istilah Blood Moon.

“Sementara karena posisi Bulan saat terjadi Gerhana berada di posisi terdekat dengan Bumi (Perigee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon. Sehingga, Gerhana Bulan Total tanggal 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat Bulan di Perigee Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi,” kata dia.

BMKG akan melakukan pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 di lokasi-lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menggunakan teleskop yang dipadukan dengan detektor dan teknologi informasi dan disebarluaskan melalui https://www.bmkg.go.id/gbt.

Gerhana Bulan Total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan dan aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus Gerhana.

Pada puncak Gerhananya, di sebagian besar wilayah Indonesia posisi Bulan dekat dengan horizon di bagian Timur sehingga memungkinkan pengamat untuk dapat mengabadikan kejadian Gerhana ini dengan latar depan bangunan yang bersejarah atau ikonis.

Masyarakat dapat mengikuti proses pengamatan ini dengan mengakses https://www.bmkg.go.id/gbt.

"Masyarakat yang berada di pesisir atau pinggir laut (pantai) perlu mewaspadai terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari pasang normalnya," kata Triyono.

Baca juga artikel terkait GERHANA BULAN TOTAL atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH