Menuju konten utama

Junk Food Dapat Menyebabkan Stunting pada Balita

Sering memakan junk food bisa menyebabkan stunting pada balita.

Junk Food Dapat Menyebabkan Stunting pada Balita
Ilustrasi cegah stunting. ANTARA FOTO/Maulana Surya

tirto.id - Obesitas muncul karena terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji atau junk food. Obesitas memiliki dampak buruk bagi tubuh, termasuk anak-anak di bawah usia 5 tahun atau balita.

Pertumbuhan anak akan terhambat dan bisa mengalami stunting jika kerap mengkonsumsi junk food. Hal ini terungkap dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal media The Lancet.

Pertumbuhan yang terhambat disebabkan adanya gizi buruk yang mempengaruhi Indeks Massa Tubuh (IMT) atau berat badan pada anak.

Journal of Nutritiontelah melakukan penelitian terhadap 745 anak berusia 12 sampai 23 bulan di Lembah Kathmandu, Nepal. Ditemukan bahwa sebanyak 745 anak di sana sering dikasih makan junk food.

Anak-anak yang sering makan junk food memiliki kadar gula, garam, dan lemak yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang jarang diberi makanan cepat saji.

Kurangnya asupan nutrisi ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan linear, tetapi juga berpengaruh pada proses lain, seperti perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh.

Hasil perkembangan otak anak pada usia dua tahun berada pada fase di mana nutrisi memainkan peran besar serta menentukan sebagian besar kapasitas mental seseorang untuk bertahan hidup.

Manusia membutuhkan sekitar 40 nutrisi berbeda untuk bisa tumbuh, berkembang, dan tetap sehat. Setiap orang membutuhkan konsumsi makanan yang beragam, termasuk ASI, sumber makanan nabati seperti sayuran dan buah-buahan, serta sumber makanan hewani seperti susu, telur, ikan, daging.

Indonesia Rentan Stunting

Anak-anak dengan rentang usia satu sampai dua tahun seharusnya banyak mengonsumsi makanan atau minuman dengan protein, kalsium, zat besi, vitamin A dan seng.

Dilansir dari laman WHO, Stunting atau rendahnya tinggi badan atau tinggi badan tidak ideal disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan berulang. Selain konsumsi junk food berlebihan, kondisi ini terjadi karena masalah ekonomi keluarga yang rendah, masalah kesehatan, dan buruknya gizi ibu menyusui.

Indonesia menjadi negara ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di regional Asia Tenggara. Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia dalam kurun tahun 2005 - 2017 adalah 36,4%

WHO mencatat, pada 2007 riset kesehatan dasar (RISKESDAS) menemukan 36,8% dari semua anak balita di Indonesia mengalami stunting. Riset ini dilakukan dengan menggunakan standard pertumbuhan WHO.

Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi dengan tingkat prevalensi tertinggi stunting di Indonesia, mencapai 46.7%.

Selain itu, terdapat 9 provinsi dengan prevalensi stunting melebihi 40%, WHO mengategorikannya sebagai angka stunting yang sangat tinggi.

Baca juga artikel terkait STUNTING atau tulisan lainnya dari Risma Ayu Anggraini Anantasari

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Risma Ayu Anggraini Anantasari
Penulis: Risma Ayu Anggraini Anantasari
Editor: Iswara N Raditya