Menuju konten utama

Juhanda Pelaku Bom Gereja Oikumen Dikenal Tertutup

Warga Kelurahan RT 04 Kelurahan Sengkotek, di Jalan Cipto Mangunkusumo, jalur Samarinda-Balikpapan mengenal Juhanda pelaku peledakan bom di Gereja Oikumene sebagai orang dengan kepribadian tertutup.

Juhanda Pelaku Bom Gereja Oikumen Dikenal Tertutup
Pelempar bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda ditangkap (Foto/Istimewa)

tirto.id - Warga Kelurahan RT 04 Kelurahan Sengkotek, di Jalan Cipto Mangunkusumo, jalur Samarinda-Balikpapan mengenal Juhanda pelaku peledakan bom di Gereja Oikumene sebagai orang dengan kepribadian tertutup.

"Selama dia tinggal di kawasan ini, Juhanda jarang berinteraksi dengan warga. Bahkan, sangat tertutup sehingga saya sendiri tidak banyak tahu tentang dia," kata Ketua RT 04, Kelurahan Sengkotek, Abdul Malik, seperti dikutip Antara, Selasa (15/11/2016).

Menurut Abdul Malik, selama ini Juhanda tinggal persis di belakang Masjid Al Mujahidin, dan kesehariannya sebagai "marbot" Masjid Al Mujahidin.

"Dia sudah dua tahun tinggal di sini dan menjadi petugas kebersihan di masjid itu tetapi saya tidak tahu banyak tentang dia karena orangnya sangat tertutup dan kami jarang berkomunikasi," ujar Abdul Malik.

Malik mengungkap sebenarnya keberadaan Juhanda sudah lama dipantau pihak intelijen. Bahkan sebelum Juhanda diketahui melempar bom ke geraja itu, Abdul Malik sudah tahu jika Juhanda merupakan narapidana kasus terorisme dan telah menjalani hukuman dari seorang intel.

"Saya tahu mereka itu intel dari kartu nama dan saat mereka memperkenalkan diri," kata Abdul Malik.

Selain sebagai marbot, keseharian Juhanda, kata Abdul Malik, juga dikenal sebagai penjual ikan dari hasil keramba yang ia kelola di belakang masjid.

Sesaat setelah terjadi ledakan di Gereja Oikumene, Abdul Malik sempat ragu melihat Juhanda yang ditangkap di atas perahu meski ciri-cirinya mirip.

"Memang ciri-cirinya sama, berambut gondrong tetapi wajahnya terlihat putih, tidak seperti biasanya. Saya baru yakin saat seorang anak yang sering ke masjid dan memperlihatkan foto yang diunggah dari Facebook dan mengatakan bahwa itu Juhanda," tuturnya.

"Kami tidak menduga dan sangat terkejut, ia melakukan perbuatan itu apalagi jarak antara tempatnya tinggal dengan Gereja Oikumene sangat dekat," ucap Abdul Malik.

Juhanda Dikunjungi Tamu Asing

Sebelum melakukan akisnya, lanjut Malik, tidak ada aktivitas Juhanda yang mencurigakan. Namun, Abdul Malik mengakui jika Juhanda kerap dikunjungi sejumlah orang dari luar wilayah itu.

"Saya tidak tahu pasti jumlahnya tetapi memang di tempatnya tinggal sering berkumpul orang tetapi bukan warga dari sini. Di tempat itu, ia hanya tinggal sendiri," jelas Abdul Malik.

Hal senada diungkapkan warga yang tinggal persis di sebelah Masjid Al Mujahidin.

"Saya tidak tahu aktivitas mereka karena mereka biasanya berkumpul di belakang atau tempat yang dihuni Juhanda. Kegiatan mereka bahkan sampai larut malam tetapi saya tidak tahu apa yang mereka lakukan dan yang jelas tidak sampai mengganggu karena tidak terdengar suara yang keras," ujar warga yang tidak ingin disebutkan namanya itu.

Warga yang berjualan kebutuhan pokok itu mengaku, tidak begitu mengenal sosok Juhanda dan hanya sesekali berbelanja di tokonya.

"Jarang ia berbelanja di toko saya dan kalau datang orangnya tidak banyak bicara. Kalau siang, aktivitasnya berjualan ikan di depan masjid dan kalau malam kerap berkumpul dengan orang-orang dari luar, entah dari mana," tuturnya.

"Memang, sebelum terjadinya ledakan itu, ia sudah lama dipantau intel dan ada beberapa yang sempat bertanya-tanya ke saya," ujarnya.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, Juhanda yang berusia 32 tahun itu, lahir di Kota Bogor, Jawa Barat dengan alamat sesuai kartu identitas atau KTP yakni, Perumahan Citra Kasih Blok E Nomor 030 Neohon, Kelurahan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Terduga pelaku bom Gereja Oikumene itu pernah menjalani hukumn terkait terorisme selama 3 tahun 6 bulan dan dinyatakan bebas bersyarat pada 28 Juli 2014.

Ledakan bom terjadi di Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo RT 03, Nomor 37, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, pada Minggu pagi sekitar pukul 10. 15 Wita, menyebabkan lima orang terluka, empat diantaranya menderita luka bakar serius dan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah IA Moeis Samarinda Seberang.

Empat korban terluka yang dirawat di RSUD IA Moes yang merupakan balita tersebut yakni, Intan Olivia Marbon (2,5), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), Triniti Hutahaya (3) serta Anita Kristabel Sihotang (2).

Sementara, terduga bernama Juhanda berhasil ditangkap warga saat hendak melarikan diri dengan cara berenang di Sungai Mahakam.

Dua balita yang menderita luka bakar cukup parah yakni Intan Olivia Marbun dan Triniti Hutahaya pada Minggu sore (13/11) sekitar pukul 16. 15 Wita dirujuk ke RSUD AW Syahranie.

Pada Senin pagi, Intan Olivia Marbun meninggal dunia akibat mengalami luka bakar hingga 78 persen.

Baca juga artikel terkait BOM SAMARINDA atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Hukum
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH