tirto.id - Presiden Joko Widodo membandingkan Indonesia dengan Brasil yang "sejak 1970 sudah menggunakan energi bioetanol" dan "sekarang sudah 100 persen B100."
"Saya ingin kita tidak kalah dengan Brasil karena memiliki potensi jutaan liter minyak sawit," katanya dalam acara Rakornas Kemenristekdikti di Tangerang Selatan, Kamis (30/1/2020).
Bioetanol dan B100 atau biodiesel pada dasarnya sama-sama energi yang dapat diproduksi dari tumbuhan.
Jokowi mengatakan saat ini ada sekitar 13 juta hektare lahan sawit yang bisa menghasilkan minyak 60 juta ton. Potensi ini semestinya dimaksimalkan, kata Jokowi.
Berkaitan dengan itu, Jokowi lantas menyinggung soal pengadaan katalis di lingkungan Pertamina.
Katalisator bisa mengubah minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar untuk kendaraan bermotor, diesel, hingga industri penerbangan.
Dia mengatakan, Pertamina harus menggunakan katalisator buatan dalam negeri.
Hal ini menurutnya bisa mengurangi beban defisit anggaran dalam impor bahan bakar, negara menjadi mandiri, dan petani menerima manfaat lebih dari penjualan sawit.
Pertamina butuh 50 katalisator. Dan itu didapat dari impor. Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, Pertamina seharusnya membelinya dari produsen dalam negeri sekaligus berinvestasi mengembangkan teknologi pengolahan sawit.
"BUMN seperti Pertamina harus lebih berperan lebih besar dalam industri katalis ini. Jangan takut dan malah menghindar," kata Jokowi. "Banyak keuntungan Pertamina. Bukan hanya miliar, bukan hanya Rp1-2 triliun, tapi sudah di atas Rp20 triliun. Kalau dipakai untuk riset seperti ini saya kira tidak ada ruginya," katanya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Rio Apinino