tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada seluruh Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk mengantisipasi isu-isu yang meresahkan masyarakat, seperti munculnya radikalisme, terorisme hingga tudingan simpatisan PKI terhadap dirinya.
Jokowi menjelaskan, saat ini berkembang kabar di masyarakat yang menudingnya sebagai bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Padahal, kata dia, PKI sudah dibubarkan pada tahun 1965. Sementara Jokowi lahir pada tahun 1961.
Artinya, kata Jokowi, saat itu usianya baru berumur 4 tahun. Untuk itu, Jokowi meminta kepada Babinsa agar menjelaskan bahwa dirinya bukan PKI karena tidak ada yang namanya PKI balita.
“Logikanya itu saja, yang lain orang tuanya kakek-neneknya ini yang namanya politik tapi bisa meresahkan masyarakat,” ungkap Jokowi saat menghadiri apel Babinsa se-Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/7) pagi, seperti dikutip Setkab.
Jokowi mengatakan, informasi mengenai latar belakang keluarganya bisa dicek dengan gampang di masjid dekat rumah orang tuanya, Cabang NU, Cabang Muhammadiyah, Cabang Persis, cabang Al Irsyad.
“Gampang sekali jangan sampai isu-isu meresahkan rakyat kita menjadi kewajiban kita bersama untuk menjelaskan dengan logika dan nalar,” tegas Presiden.
Sehingga, ia menekankan kepada Babinsa untuk berada di garis depan dalam mengantisipasi isu-isu yang bisa meresahkan masyarakat. “Isu-isu yang menyebabkan keresahan jangan sampai berkembang di mana-mana karena bisa meresahkan masyarakat,” tegas Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga meminta Babinsa agar terlibat dalam mewujudkan gagasan atau ide memanfaatkan Dana Desa untuk membangun infrastruktur di desa.
“2015 sudah kita kucurkan Rp20 triliun, 2016 sudah kita kucurkan Rp47 triliun, 2017 sudah kita kucurkan Rp60 triliun, 2018 kita kucurkan lagi Rp60 triliun. Artinya, sampai sekarang yang kita gelontorkan Dana Desa, daerah-daerah desa-desa, sudah Rp187 triliun, jumlah yang sangat besar sekali,” kata Jokowi.
Jokowi juga berpesan kepada Babinsa agar menyampaikan hal-hal penting apabila diajak berbicara oleh perangkat desa dan masyarakat.
“Membangun jembatan untuk anak-anak sekolah. Sangat ironis sekali Rp187 triliun sudah kita ke Lontar ke desa tetapi masih ada jembatan seperti itu. Kalau sulit keuangan tidak mencukupi. Ya sampaikan ke atas, ke atasan,” kata Jokowi.
Editor: Alexander Haryanto