tirto.id - Presiden Joko Widodo mengaku bangga dengan kondisi Indonesia yang pertumbuhan ekonomi masih stabil. Akan tetapi, Jokowi mengaku ada masalah peredaran uang di masyarakat.
“Kita bangga banget loh dengan pertumbuhan ekonomi kita yang masih di kisaran 5 persen. Meskipun kalau kita lihat kadang-kadang di bawah, saya tadi sampaikan ke Pak Gub, ‘Pak Gub, saya mendengar dari banyak pelaku-pelaku usaha, ini kelihatannya kok peredaran uangnya makin kering di pelaku-pelaku,” kata Jokowi dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023 di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (29/11/2023) malam.
Jokowi menduga publik tidak menggunakan uang mereka untuk belanja, melainkan untuk membeli surat berharga negara (SBN).
“Jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN atau terlalu banyak yang dipakai membeli SRBI atau SVBI, sehingga yang masuk ke sektor riil menjadi berkurang,” tutur Jokowi.
Jokowi juga melihat masalah peredaran uang dari sisi fiskal. Ia mengatakan realisasi belanja daerah masih di angka 64 persen, sementara pemerintah pusat baru 76 persen. Ia pun kerap membahas keberadaan uang di masyarakat dengan posisi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
“Hal-hal seperti ini hampir setiap hari selalu saya ikuti dan selalu saya telepon, tapi enggak telepon Pak Gubernur, nanti mengintervensi. Menteri keuangan pasti saya telepon. Ini kondisinya seperti apa sebetulnya. Kembali lagi, pertumbuhan ekonomi kita terjaga di kisaran 5 persen," kata mantan Walikota Solo itu.
Jokowi mengakui bahwa pengelolaan keuangan harus hati-hati, tetapi ia berharap agar uang bisa bergerak ke UMKM daripada SBN.
“Saya mengajak seluruh perbankan memang harus prudent, memang harus hati-hati, tetapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama bagi UMKM. Jangan semuanya ramai-ramai membeli yang tadi saya sampaikan ke BI maupun ke SBN, meskipun juga boleh-boleh saja, tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu," kata Jokowi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz