Menuju konten utama

Jemaah Haji Hilang Tiba-Tiba Datang usai Dikirimi Al-Fatihah

Lansia itu mengeluh telah terpisah dari keluarganya. Masalahnya, barcode kartu identitasnya tidak terbaca aplikasi petugas haji.

Jemaah Haji Hilang Tiba-Tiba Datang usai Dikirimi Al-Fatihah
Suasana Masjidil Haram usai pelaksanaan shalat zuhur di Makkah, Arab Saudi, Selasa (4/6/2024). Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Daker Makkah mengimbau bagi jamaah calon haji Indonesia yang tiba di Makkah pada 06.00 hingga 17.00 waktu Arab Saudi (WAS) untuk melaksanakan umrah wajib pada 22.00 WAS, sementara yang tiba pukul 18.00 hingga 05.00 WAS dapat melaksanakannya pada 09.00 WAS dalam rangka menjaga kesehatan jamaah serta menghindari kepadatan di Masjidil Haram. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.

tirto.id - Ada-ada saja cerita para petugas haji Indonesia di Tanah Suci. Salah satunya pengalaman Burhan, lelaki Bawean petugas haji yang diperbantukan menjaga pos-pos pantau di Masjidil Haram. Setiap hari Ia mengawal pos, memantau perjalanan ibadah para jemaah.

Sabtu siang selepas salat zuhur, seperti biasa Burhan menjalankan rutinitas kerjanya sebagai petugas di pos enam. Silih berganti jemaah haji mecoleknya, bertanya arah menjadi makanan sehari-hari. Namun, siang itu tiba-tiba seorang jemaah haji lansia datang padanya.

Lansia itu mengeluh telah terpisah dari keluarganya. Masalahnya, barcode kartu identitasnya tidak terbaca aplikasi petugas haji. "Nama jemaah saya lupa, tapi dia jemaah SUB (Surabaya) asal Madura," kata Burhan.

Si bapak lupa hotelnya, tidak juga ingat wilayah sektornya. Burhan pun berusaha membantunya. Kurang lebih dua jam Ia membantu, mulai dari menenangkannya, kemudian mengumumkan posisinya di grup, meminta bantuan petugas lain sampai mencarinya di sekitar masjid.

Sampai azan Asar berkumandang, si Lansia masih sendirian mematung di tepi toilet (WC) tiga Masjidil Haram. Sambil menunggu kabar baik dari grup WhatsApp, Burhan sesekali mengajaknya bicara apa saja.

Dari situ terungkap kalau sebenarnya si Lansia datang ke Haram bersama enam orang, di antaranya ada anak dan adiknya. Selepas salat zuhur, rombongan itu terpisah akibat membludaknya jemaah yang menjalankan ibadah salat di sana. Langkah kakinya tidak mampu mengejar ketertinggalan dari rombongan.

Dicari ke sana kemari rombongan tidak ketemu juga. Akhirnya Ia terus berjalan meminta bantuan siapa saja, sampai akhirnya bertemu Burhan. Selepas azan Ashar, belum ada kabar dari rombongan si kakek.

"Lalu saya suruh istighfar, mengirimi anaknya yang hilang itu Surat Al-fatihah. Setelah dibacakan, tidak sampai lima menit rombongan datang," katanya.

Ternyata rombongan juga sibuk mencari keberadaan si kakek. Mereka mengelilingi Masjidil Haram, termasuk beberapa kali datang ke WC tiga yang telah disepakati menjadi titik kumpulnya.

"Setelah ketemu ya biasa, jemaah menyampaikan terima kasih terus pergi ke hotel mereka," kata Burhan dengan ramah.

Jemaah diimbau terus bawa identitas diri

Sebelumnya, Petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) terus mengingatkan para jemaah haji Indonesia agar terus membawa tanda pengenal ke mana pun saat berada di luar hotel. Tanda pengenal yang dimaksud adalah kartu dan gelang haji, visa haji, paspor, serta pengenal diri lainnya.

Hal itu disampaikan Anggota Media Center Kementerian Agama, Widi Dwinanda, merespons kian ketatnya pemeriksaan terhadap jemaah, khususnya untuk mengidentifikasi jemaah yang menggunakan visa nonhaji. Otoritas Arab Saudi, kata dia, pada penyelenggaraan haji tahun ini menerbitkan kebijakan yang mewajibkan seluruh jemaah haji harus memiliki smart card.

Program ini mendapat perhatian secara khusus dari Kementerian Haji, Kementerian Dalam Negeri, dan pihak Keamanan Umum Arab Saudi, terutama menjelang puncak haji pada 15 Juni 2024.

"Jemaah yang tidak memiliki smart card, dilarang masuk ke Armuzna, apa pun kedudukannya. Pemerintah Arab Saudi menyiapkan sanksi berat bagi para pihak yang melanggar," kata Widi, Jumat (07/06/2024).

Widi juga mengimbau para jemaah haji Indonesia agar segera melapor ke petugas sektor bila kehilangan smart card. Petugas nantinya akan melakukan penggantian.

Di masa tunggu jelang puncak haji, PPIH juga melakukan persiapan pelaksanaan safari wukuf jemaah di Arafah. Persiapan tersebut melibatkan para petugas layanan lansia, disabilitas, dan tim penanganan krisis dan pertolongan pertama pada jemaah haji (PKP3JH) dan klinik kesehatan haji Indonesia (KKHI).

Saat ini, program safari wukuf ini terus disosialisasikan ke hotel-hotel tempat jemaah menginap. Widi mengatakan bahwa PPIH mengalokasikan 300 kuota bagi jemaah lansia yang tidak mampu melaksanakan wukuf di Arafah. Kuota tersebut telah mempertimbangkan jumlah petugas yang akan membersamai jemaah yang disafariwukufkan.

"Setiap satu petugas akan mengurus lima jemaah lansia nonmandiri, termasuk memandikan, menyuapi, dan kebutuhan individu lansia lainnya. Mekanisme pendorongan jemaah safari wukuf dilakukan pada 9 Zulhijjah pagi, jemaah lansia di hotel transit dibawa dengan 10 bus menuju Arafah," katanya.

Widi juga berpesan pada jemaah muda dan sehat agar membantu jemaah lain, khususnya jemaah lansia yang membutuhkan bantuan dan pertolongan selama di Tanah Suci.

"Saling peduli antarjemaah ini diharapkan menumbuhkan kebersamaan yang kuat dan menjadi ladang amal yang diperoleh selama menjalani ibadah haji," katanya.

PPIH, ujar Widi, terus mengingatkan jemaah agar menjaga kesehatan tubuhnya dengan istirahat yang cukup, makan tepat waktu, mengonsumsi vitamin yang dibutuhkan, dan melakukan konsultasi ke dokter kloter atau klinik sektor bila mengalami keluhan kesehatan.

"Mengingat cuaca panas saat ini di Kota Makkah, aktivitas ibadah jemaah dapat dilakukan di musala hotel atau masjid sekitar hotel, mendalami manasik haji dan mengikuti bimbingan dan konsultasi ibadah yang diselenggarakan di musala hotel," ujarnya.

Baca juga artikel terkait PELAKSANAAN HAJI 2024 atau tulisan lainnya dari Muhammad Taufiq

tirto.id - Flash news
Reporter: Muhammad Taufiq
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Anggun P Situmorang