tirto.id - Presiden Mahasiswa Politeknik Negeri Pontianak (Polnep), Syariful Hidayatullah, melaporkan dugaan tindak kekerasan aparat yang menimpanya ke Polresta Pontianak, pada Kamis (28/8/2025). Dia mengalami luka, lebam, dan memar dalam aksi demo menolak kenaikan tunjangan DPR RI.
Syariful melapor dengan diampingi kuasa hukumnya, Mulian Law Firm. Juru Bicara Mulian Law Firm, Shirat Nur Wandi, mengatakan laporan tersebut dilakukan agar dugaan kekerasan aparat tidak dibiarkan begitu saja. Dia menegaskan, aparat yang melakukan tindak kekerasan harus diproses sesuai aturan yang berlaku.
“Kami sudah melaporkan tindakan represif aparat ke Polresta Pontianak. Sekarang bola ada di tangan kepolisian. Jangan biarkan hukum tumpul ke atas dan tajam ke bawah,” sebutnya.
“Kami menuntut agar aparat yang terbukti melakukan kekerasan segera diproses secara transparan dan akuntabel. Jika tidak, ini akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi kita,” tegas Shirat.
Shirat pun menilai, tindakan represif aparat telah mencederai konstitusi, khususnya hak warga negara dalam menyampaikan pendapat di muka umum. Oleh sebab itu, pihaknya berkomitmen mengawal kasus ini baik melalui jalur hukum maupun advokasi publik.
Sebelumnya diberitakan, aksi unjuk rasa yang digelar oleh gabungan mahasiswa dan masyarakat di Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) pada Rabu (27/8/2025), berakhir ricuh.
Kericuhan dipicu apparat yang membubarkan paksa massa aksi dengan tembakan gas air mata dan water cannon. Tindakan tersebut mengakibatkan puluhan orang luka-luka. Salah satu korban tindak represif apparat adalah Syariful Hidayatullah.
Syariful bilang, aksi mahasiswa tersebut digelar sebagai bentuk penolakan terhadap sejumlah polemik kebangsaan. Salah satunya, kebijakan kenaikan tunjangan DPR RI yang dinilai mencederai rasa keadilan rakyat. Namun kejadian tersebut berujung pemaksaan mundur dengan cara-cara represif, brutal, dan tidak manusiawi.
Massa menolak kebijakan yang mengkhianati rakyat, salah satunya kenaikan tunjangan DPR RI. Datang dengan damai, massa malah dipukul dan ditindas aparat. “Ini adalah bentuk nyata pembungkaman terhadap demokrasi. Kami tidak akan tinggal diam, dan akan terus menuntut keadilan,” tegas Syariful.
"Saya sendiri menjadi saksi sekaligus korban langsung dari kebiadaban itu,” imbuhnya.
Syariful mengalami luka terbuka pada dahi kiri. Dia juga mengalami lebam dan memar yang membekas di pipi, leher, dada, paha, hingga lutut. “Sakitnya mungkin bisa sembuh, tapi ingatan atas kekerasan aparat ini akan terus hidup, menjadi bukti bahwa demokrasi dikhianati," tukas Ketua BEM Polnep.
=====
Mood Kalbar adalah akun IG City Info yang merupakan bagian dari #KolaborasiJangkarByTirto.
Penulis: moodkalbar
Editor: Siti Fatimah
Masuk tirto.id


































