tirto.id - ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan bom mematikan yang menargetkan pejuang Taliban di Afghanistan timur. Sebagaimana diketahui, Taliban dan ISIS telah lama menjadi musuh bebuyutan.
Diberitakan SCMP, serangkaian ledakan bom telah menyasar kendaraan Taliban di kota provinsi Jalalabad di Afghanistan selama akhir pekan. Setidaknya, insiden itu telah menewaskan delapan orang, beberapa di antaranya berasal dari kelompok Taliban.
Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, kelompok itu telah berada di bawah tekanan untuk menahan militan ISIS, sebagian untuk memenuhi janji kepada masyarakat internasional kalau mereka akan mencegah serangan teror dari tanah Afghanistan.
“Kami pikir sejak Taliban datang, perdamaian akan datang,” kata Feda Mohammad, saudara laki-laki dari seorang pengemudi becak berusia 18 tahun yang tewas dalam salah satu ledakan hari Minggu, bersama dengan sepupunya yang berusia 10 tahun.
“Tapi tidak ada kedamaian, tidak ada keamanan. Anda tidak dapat mendengar apa pun kecuali berita ledakan bom yang membunuh ,” kata Mohammad, berbicara di rumah keluarga tempat kerabat dan tetangga berkumpul untuk upacara peringatan.
Serangan ISIS itu diprediksi akan membuat Taliban menghadapi tugas berat, selain oleh karena perang, ekonomi pun ambruk, sistem kesehatan di ambang kehancuran dan ribuan anggota elit terpelajar telah melarikan diri. Kelompok bantuan internasional memperkirakan kekeringan, kelaparan, dan kemiskinan yang semakin parah.
Bom di Jalalabad dan Total Jumlah Korban
Reuters melaporkan, merujuk pada ledakan Sabtu dan Minggu, setidaknya ISIS mengklaim: "Lebih dari 35 anggota milisi Taliban tewas atau terluka dalam serangkaian ledakan yang terjadi."
Namun demikian, Taliban tidak berkomentar secara langsung tentang jumlah korban tewas dalam serangan bom yang dilancarkan ISIS itu.
Berdasarkan keterangan sumber kepada Reuters, pada hari Sabtu, setidaknya tiga orang meninggal dan sekitar 20 orang terluka dalam ledakan di Jalalabad. Sumber itu mengutip keterangan dari rumah sakit dan saksi mata.
Jalalabad adalah ibu kota provinsi Nangarhar yang merupakan benteng bagi kelompok militan ISIS yang telah aktif sejak jatuhnya Kabul ke kuasaan Taliban. Serangan pemboman di bandara Kabul pada 26 Agustus yang diklaim ISIS telah menewaskan lebih dari 180 orang. Serangan itu termasuk yang paling mematikan selama dua dekade Afghanistan berada di bawah pendudukan Amerika Serikat.
Respons Taliban Soal Klaim ISIS Atas Serangan Bom di Jalalabad
Masih menurut laporan Reuters, penguasa Taliban di Afghanistan mengatakan, tidak ada bukti kalau ISIS atau gerilyawan Al Qaeda berada di negara itu. Respons itu mereka ucapkan setelah ISIS mengaku bertanggung jawab atas serang bom di kota timur Jalalabad.
Sejak mengambil alih Kabul pada bulan Agustus lalu, Taliban telah menghadapi tekanan dari masyarakat internasional untuk melepaskan hubungan dengan Al Qaeda. Di saat yang sama, Taliban harus menghadapi serangkaian serangan yang diklaim oleh afiliasi ISIS, di mana mereka sudah berkonflik selama beberapa tahun karena perselisihan ekonomi dan ideologis.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid menolak tuduhan bahwa Al Qaeda mempertahankan kehadirannya di Afghanistan. Ia juga berulang kali berjanji bahwa tidak akan ada serangan terhadap Afghanistan dari gerakan militan.
"Kami tidak melihat siapa pun di Afghanistan yang ada hubungannya dengan al Qaeda," katanya dalam konferensi pers di Kabul. "Kami berkomitmen pada fakta bahwa, dari Afghanistan, tidak akan ada bahaya bagi negara mana pun."
Mujahid membantah gerakan itu ada di Afghanistan, meskipun dia mengatakan: "secara tak terlihat melakukan beberapa serangan pengecut".
"ISIS yang ada di Irak dan Suriah tidak ada di sini. Namun, beberapa orang yang mungkin warga Afghanistan kita sendiri telah mengadopsi mentalitas ISIS, yang merupakan fenomena yang tidak didukung oleh rakyat," katanya.
"Pasukan keamanan Imarah Islam siap dan akan menghentikan mereka," katanya.
Editor: Iswara N Raditya