tirto.id - Afghanistan mengalami krisis kemanusiaan setelah sebulan dikuasai kelompok Taliban. Meskipun keamanan di sebagian besar wilayah telah meningkat, tetapi ekonomi di negara itu hancur dan orang-orang mengalami kelaparan.
Aljazeera melaporkan, kekeringan dan kelaparan membuat ribuan orang berpindah dari pedesaan menuju kota, bahkan Program Pangan Dunia khawatir persediaan makanan akan habis di akhir bulan ini. 14 juta warga Afghanistan sedang rawan pangan yang bisa membuat mereka terancam kelaparan.
“Setiap orang Afghanistan, anak-anak, mereka lapar, mereka tidak punya sekantong tepung atau minyak goreng,” kata Abdullah yang merupakan penduduk Kabul.
Melalui sebuah video briefing dari Kabul di markas besar PBB, Direktur Kantor Darurat dan Ketahanan Organisasi Pangan dan Pertanian, Rein Paulsen mengatakan, empat juta warga Afghanistan sedang menghadapi darurat pangan.
Menurut Paulsen, 70 persen masyarakat Afghanistan mendiami daerah pedesaan, tetapi terjadi kekeringan parah yang turut mempengaruhi 7,3 juta warga di 25 dari 34 provinsi di negara itu. Di sisi lain, warga di pedesaan juga rentan terkena virus Covid-19.
“Lebih dari setengah asupan kalori harian warga Afghanistan berasal dari gandum,” kata dia.
Paulsen menjelaskan, musim tanam gandum terancam oleh tantangan uang tunai dan sistem perbankan serta terhadap pasar dan barang-barang pertanian. Apabila pertanian runtuh, maka kekurangan gizi akan terjadi, perpindahan ke kota menjadi meningkat dan memperburuk situasi.
Sampai saat ini, banyak perhatian di Barat masih terfokus pada pemerintahan baru Taliban, apakah mereka akan melindungi hak-hak perempuan dan menolak kelompok-kelompok seperti al-Qaeda. Namun, bagi sebagian besar masyarakat Afghanistan, prioritas utama mereka adalah kelangsungan hidup sederhana.
Harga bahan makanan pokok telah meningkat drastis, banyak keluarga Afghanistan terpaksa makan dengan nasi dan kacang-kacangan tanpa ayam dan daging lainnya.
Setelah pemerintahan baru Taliban berkuasa pada pertengahan Agustus lalu, mayoritas pedesaan di Afghanistan telah mengalami penurunan kekerasan. Selain tak ada lagi serangan udara dan pertempuran sengit, sebagian besar pos pemeriksaan pun telah hilang.
Situasi di Afghanistan Terkini
Namun demikian, seperti diwartakan BBC, jauh sebelum Taliban mendapatkan kekuasaan penuh, mereka sudah memerintah dan memberikan keadilan di banyak daerah, seringkali melalui sistem pengadilan mereka sendiri. Chak-e Wardak dan banyak bagian pedesaan Afghanistan telah berada di bawah kendali de facto mereka selama dua tahun.
“Sebelumnya, keamanan di sini sangat buruk, kami menderita di tangan militer,” kata Fazl Ur-Rahman, 55, merujuk pada tentara Afghanistan. “Mereka memukuli orang, mereka meminta orang untuk membawa air dan makanan ke pos pemeriksaan mereka.”
Menurut dia, situasi telah membaik di bawah Taliban dalam beberapa pekan terakhir, dan orang-orang dapat kembali bekerja dengan aman. “Sebelumnya, orang tidak bisa pergi ke mana pun pada malam hari, mereka berisiko tertembak,” katanya. “Sudah lama sejak peluru menghantam rumah kita.”
Editor: Iswara N Raditya