tirto.id - Jumlah korban tewas akibat bom bunuh diri di masjid Pakistan pada Senin, 30 Januari 2023 lalu bertambah menjadi 100 orang dan 225 orang dilaporkan mengalami luka-luka.
Tragedi di salah satu masjid terbesar di Kota Peshawar itu menjadi peristiwa terburuk di Pakistan dalam beberapa tahun terakhir. Padahal, masjid tersebut berada di zona tingkat keamanan tinggi.
Pejabat keamanan setempat mengatakan, pelaku bom bunuh diri itu terindikasi berada di barisan depan saat salat dzuhur pada hari Senin, kemudian meledakkan dirinya sendiri hingga merobohkan atap masjid yang kemudian menimpa para jemaat.
Setelah kasus bom bunuh diri yang merenggut ratusan nyawa itu, kepolisian setempat langsung melakukan penyelidikan, sebab kota Peshawar disebut sebagai zona yang memiliki tingkat keamanan tinggi di Pakistan. Penyelidikan itu ditujukan guna mengetahui bagaimana pelaku pengeboman bisa menyelinap masuk ke zona tersebut.
Seperti diberitakan Indian Express hari ini, Rabu, 1 Februari 2023, Petugas Kepolisian Ibu Kota Peshawar (CCPO), Ejaz Khan mengatakan kepada Geo TV bahwa kepala yang diduga pelaku bom bunuh diri telah ditemukan di lokasi ledakan.
Menurut Ejaz, tersangka pelaku bom bunuh diri di masjid Pakistan ini diidentifikasi bernama Mohammed Ayaz (37), putra Salim Khan dari agen Mohmand.
“Ada kemungkinan bahwa pelaku sudah berada di dalam garis polisi sebelum ledakan dan bahwa ia mungkin telah menggunakan kendaraan resmi untuk masuk,” ungkap Ejaz.
Masih diberitakan Indian Express, kelompok Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) mengaku bertanggung jawab atas serangan bunuh diri di masjid tersebut.
Serangan itu dilakukan sebagai bentuk balas dendam atas terbunuhnya komandan TTP, Omar Khalid Khorasani pada Agustus lalu di Afghanistan.
Di sisi lain, The Guardian memberitakan, juru bicara TTP justru mengaku tidak menargetkan masjid Peshawar sebagai aksi balasan dendamnya.
Menurut juru bicara TTP, kasus bom bunuh diri di masjid itu hanyalah eskalasi terbaru dalam serangan kekerasan di provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa yang sedang dalam cengkeraman Taliban.
Perlu diketahui, TTP sendiri merupakan kelompok yang terpisah dari Taliban di Afghanistan, namun memiliki ideologi Islam garis keras yang sama.
TTP melancarkan pemberontakan di Pakistan selama 15 tahun terakhir guna memperjuangkan penegakan hukum syariah Islam agar lebih ketat.
Masih mengutip pemberitaan The Guardian, TTP juga bertanggung jawab atas serangan paling mematikan di Pakistan, termasuk pembantaian pada tahun 2014 di sekolah Peshawar yang menewaskan 132 anak-anak tak bersalah.
Kronologi Kasus Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan
Kasus bom bunuh diri di Pakistan ini terjadi sesaat sebelum salat dzuhur, ketika masjid sedang dalam kondisi paling sibuk.
Pelaku pemboman memasuki masjid yang memiliki tingkat keamanan ketat di dalam garis polisi, di mana terdapat empat lapis keamanan yang sudah dipasang.
Sebelum pelaku meledakkan bom di dalam masjid, ratusan orang, termasuk polisi, sedang berada di dalam masjid. Tak lama dari itu, bom meledak sangat kuat hingga membuat atap dan dinding masjid roboh seketika, menimpa orang-orang yang berada di lokasi tersebut.
Sementara menurut laporan Al Jazeera, seorang korban bernama Naib Rehman (44 tahun) mengungkapkan peristiwa bom bunuh diri itu diawali saat lebih dari 300 jamaah hendak melaksanakan salat.
Tiba-tiba ada sebuah ledakan besar yang meluluhlantakkan masjid hingga menyebabkan 100 orang tewas serta 225 orang lainnya terluka.
“Saya sedang berdiri bersama teman-teman saya ketika ledakan itu membuat kami terlempar, dan ketika kami mencoba mencari posisi, dalam beberapa detik, seluruh atap gedung runtuh,” ungkap Naib Rehman kepada Al Jazeera.
“Meskipun saya kehilangan beberapa teman saya, hal itu tidak menghalangi saya. Saya akan kembali bekerja, ini adalah tugas saya. Saya tidak akan takut dengan serangan ini,” tambah Rehman.
Situasi Terkini Kasus Bom Bunuh Diri Pakistan
Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif, mengutuk serangan bom bunuh diri itu dan berjanji melakukan ‘tindakan tegas’ dengan melancarkan penyelidikan terlebih dahulu.
Sementara menurut Kepala Kepolisian Provinsi, Moazzam Jah Ansari menegaskan bahwa mereka tengah menyelidiki ledakan tersebut, sekaligus mencari tahu bagaimana pelaku pemboman bisa menyelinap masuk ke dalam masjid yang dibentengi dengan ketat di area garis polisi.
Moazzam mengungkapkan kekhawatirannya bahwa pelaku bom bunuh diri tersebut berkemungkinan telah berada di dalam garis polisi sebelum ledakan terjadi karena memang terdapat tempat tinggal keluarga di dalam garis polisi tersebut.
Sebuah komite investigasi tingkat tinggi telah dibentuk dan dikerahkan guna menyelidiki ‘kelalaian keamanan’.
Mengutip Indian Express, Presiden Pakistan Arif Alvi mengutuk serangan tersebut, “Saya mengutuk keras ledakan keji dan pengecut yang terjadi di masjid Peshawar. Para pelaku akan ditemukan dan dihukum."
"Belasungkawa kepada keluarga yang telah kehilangan anggota keluarga yang tidak bersalah & doa bagi mereka yang terluka. Terorisme harus dikubur selamanya,” ungkap Alvi melalui Twitternya.
Sementara menurut pemberitaan The Guardian, Michael Kugelman, seorang rekan senior untuk Asia Selatan di Wilso Center mengungkapkan bahwa serangan TTP yang semakin intensif itu dimaksudkan untuk mengirim pesan sederhana namun sangat meresahkan, tapi negara tak menghentikan pergerakan mereka.
Terlebih, kebangkitan TTP yang tak terkendali itu sempat diperingatkan oleh banyak pengamat menyusul kebangkitan Taliban di Afghanistan tahun 2020 lalu.
“Kesalahan Pakistan adalah berpikir bahwa Taliban akan bersedia membantunya mengekang TTP, rekam jejak Taliban telah konsisten: kelompok ini tidak menghidupkan sekutu-sekutu militernya,” ungkap Kugelman dikutip The Guardian.
"Mereka tidak menghidupkan al-Qaida, jadi mengapa menghidupkan TTP, yang secara ideologis bersekutu dengan Taliban selama bertahun-tahun?"
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto