Menuju konten utama

Inggris Usir 23 Diplomat Rusia Usai Eks Intel Diserang Racun Saraf

Perdana Menteri Inggris Theresa May menuding Moskow bertanggung jawab atas penyerangan eks mata-mata Rusia bernama Sergei Skripal dengan racun kelas militer, Novichok.

Inggris Usir 23 Diplomat Rusia Usai Eks Intel Diserang Racun Saraf
Perdana Menteri Inggris Theresa May. ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville.

tirto.id - Pemerintah Inggris memberikan respon keras terhadap percobaan pembunuhan terhadap eks mata-mata Rusia berusia 66 tahun yang bermukim di negara itu, Sergei Skripal.

Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pemerintahnya akan mengusir 23 diplomat Rusia. Meski Rusia membantah terlibat di usaha pembunuhan Sergei Skripal, menurut May, Inggris tidak bisa menerima penjelasan itu. Dia juga menegaskan pengusiran ini yang terbesar dalam 30 tahun terakhir.

May menyatakan hal ini saat berbicara di depan parlemen Inggris pada Rabu (14/3/2018), waktu setempat sebagaimana disiarkan oleh The Guardian.

Selain itu, May mengatakan Inggris tidak akan mengirimkan menterinya maupun perwakilan keluarga kerajaan untuk menghadiri Piala Dunia Rusia 2018 mendatang. Inggris juga membatalkan undangan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk berkunjung ke negara tersebut.

Langkah Theresa May itu buntut dari upaya pembunuhan terhadap Sergei Skripal dan putrinya Yulia (33) di Kota Salisbury, Inggris Selatan pada 4 Maret 2018. Sergei dan Yulia ditemukan tidak sadar di bangku taman Kota Salisbury dan kini masih dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Pemerintah Inggris menyimpulkan Sergei Skripal dan Yulia menjadi korban serangan racun saraf kelas militer bernama Novichok. Racun ini dikembangkan di era Uni Soviet.

Theresa May telah meminta Moskow mengakui bertanggung jawab atas serangan itu. Jika memang tidak terlibat, May mendesak Moskow menjelaskan sebab racun itu bisa digunakan pihak lain. Hingga tenggat akhir dari pemerintah Inggris, May menilai tak ada penjelasan memuaskan dari Rusia.

“Respons mereka (Rusia) menunjukkan pengabaian pada pentingnya kasus ini. Tak ada kesimpulan lain selain bahwa Rusia bertanggung jawab atas percobaan pembunuhan Skripal dan putrinya. Penggunaan kekuatan secara tidak sah oleh Rusia itu bertentangan dengan Kerajaan Inggris," kata May.

Menurut May, pemerintah Inggris telah mengidentifikasi bahwa 23 diplomat Rusia di negara itu terlibat kegiatan intelijen tidak sah. Mereka akan mendapat waktu sepekan untuk segera meninggalkan Inggris.

“Kami tidak akan mentoleransi ancaman Rusia terhadap nyawa warga Inggris dan mereka yang bermukim di negara ini,” ujar dia.

Pemerintah Inggris, May mengimbuhkan, juga akan membekukan aset-aset milik Rusia jika terbukti digunakan untuk mengancam nyawa warga Inggris maupun fasilitas milik negara itu.

Kasus penyerangan Skripal juga mendorong pemerintah Inggris memperkuat sistem keamanan untuk mengadang aktivitas negara musuh di wilayahnya. May mengatakan akan mempersiapkan produk hukum baru yang memperketat pembatasan aktivitas intelijen negara tak bersahabat di wilayah Inggris.

Sebaliknya, Kementerian Luar Negeri Rusia menilai pernyataan Theresa May provokatif, tidak bisa diterima sekaligus tidak pantas diungkapkan, demikian sebagaimana dilansir BBC. Mereka menilai pernyataan itu memperburuk hubungan Rusia dan Inggris.

Sebelum pernyataan Theresa May keluar, juru bicara Presiden Rusia sudah menyatakan Moskow menolak tuduhan yang tidak berdasar dan tanpa bukti sekaligus pernyataan bernada ultimatum dari Inggris.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga telah menegaskan Moskow akan bersikap koperatif jika permintaan klarifikasi resmi dari Inggris tentang kasus Sergei Skripal sesuai dengan Konvensi Senjata Kimia yang menetapkan batas waktu 10 hari untuk pemberian tanggapan.

Baca juga artikel terkait MATA-MATA RUSIA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Politik
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom