Menuju konten utama

Industri Sawit Beri Kontribusi Rp88,7 Triliun ke Kas Negara

Kemenkeu mencatat kontribusi sektor industri perkebunan sawit terhadap APBN mencapai Rp88,7 triliun pada 2023.

Industri Sawit Beri Kontribusi Rp88,7 Triliun ke Kas Negara
Foto udara Candi Teluk 2 yang lokasinya d ikelilingi perkebunan kelapa sawit di Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/Spt.

tirto.id - Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mencatat kontribusi sektor industri perkebunan sawit terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp88,7 triliun pada 2023. Rinciannya pajak menyumbang Rp50,2 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pungutan ekspor sebesar Rp32,4 triliun, dan Bea Keluar (BK) sebesar Rp6,1 triliun.

"Ini yang ada impact terhadap penerimaan negara yang terjadi diakibatkan oleh kebijakan," ujar Analis Kebijakan Madya PKPN BKF, Nursidik Istiawan, dalam acara Press Tour Belitung 2024: Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian, di Belitung Timur, Selasa (27/8/2024) malam.

Nursidik mengatakan, dari sisi perdagangan nilai ekspor sawit dan turunannya meningkat dari 16,8 miliar dolar AS pada 2015 menjadi 23,9 miliar dolar AS pada 2023. Sebanyak 58 persen dari produksi CPO Indonesia pada 2023 dialokasikan untuk ekspor, dengan 90 persen di antaranya merupakan produk turunan yang sudah diolah (refined).

Sejak 2011, ekspor produk turunan sawit mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2023, hanya 10 persen dari ekspor sawit berupa CPO mentah, sementara 90 persen lainnya merupakan produk turunan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

"Terlihat ada pergeseran dari tahun 2010 sampai 2023 dimana terjadi pergeseran dari ekspor ataupun produksi sawit yang kemudian bergeser menjadi produksi turunannya ke belakang," ujar dia.

Dalam aspek ketahanan energi, lanjut dia, pemerintah juga telah menerapkan kebijakan mandatori biodiesel sejak 2015, yang dimulai dari B15 dan meningkat menjadi B35 pada 2023. Kebijakan itu bertujuan untuk menjaga permintaan CPO domestik dengan meningkatkan penyerapan di dalam negeri.

"Kita juga melihat bahwa ada hubungannya dengan program-program energi terbarukan yang dalam hal ini adalah program B35," ujarnya.

Saat ini, sekitar 64,1 persen produksi biodiesel digunakan untuk konsumsi domestik sebagai bagian dari program mandatori biodiesel, sementara sisanya diekspor.

Penyaluran biodiesel juga meningkat dari 0,92 juta kiloliter (KL) pada 2015 menjadi 2,24 juta KL pada 2023, menghasilkan penghematan devisa impor solar sebesar Rp121,5 triliun pada 2023. Selain itu, program biodiesel berhasil mengurangi emisi sebesar 32,7 juta ton CO2e pada 2023, dibandingkan dengan 2,4 juta ton CO2e pada 2015.

Baca juga artikel terkait SAWIT atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang