Menuju konten utama

Indonesia Target Masuk 10 Besar Pengekspor Ikan Dunia di 2029

KKP akan fokus pada komoditas seperti udang, tuna, tongkol dan cakalang, cumi-cumi,gurita, hingga kepiting atau rajungan untuk mencapai target tersebut.

Indonesia Target Masuk 10 Besar Pengekspor Ikan Dunia di 2029
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan, Ishartini (tengah) dalam konferensi pers di Kantor KKP, Kamis (24/10/2024). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi

tirto.id - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan Indonesia masuk dalam 10 negara besar pengekspor perikanan di dunia dalam kurun waktu 5 tahun ke depan atau 2029.

Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan, Ishartini, menerangkan, Indonesia berada di peringkat ke-13 dengan berdasarkan data impor ITC Trademap per September 2024. Indonesia memberikan kontribusi 3,03 persen dan total ekspor sebesar 5,63 miliar dolar AS pada 2023. Angka ini lebih rendah dibanding 5 negara teratas seperti Tiongkok, Norwegia, Ekuador, Chili, dan Vietnam. Tiongkok, sebagai negara terbesar eksportir perikanan dunia, memegang 11,18 persen shares penjualan perikanan dunia dengan nilai transaksi mencapai 20,68 miliar dolar AS.

“Ini tentu jadi fokus utama perhatian kita sehingga kita nanti bisa tingkatkan ranking 10 negara besar eksportir di dunia,” kata Ishartini dalam konferensi pers di Kantor KKP, Jakarta, Kamis (24/10/2024).

Ishartini menuturkan, trout dan salmon menjadi komoditas perikanan yang paling diminati pada 2023, baik dalam bentuk segar atau dingin, fillet, beku, dan hidup. Kemudian disusul oleh udang, tuna, tongkol dan cakalang, cumi-cumi, sotong, gurita, tepung, tepung kasar, pellet, kepiting atau rajungan, dan Cod.

Meski Indonesia tidak memiliki trout dan salmon, Ishartini mengatakan, pemerintah akan fokus pada komoditas lain untuk meningkatkan hasil perikanan Indonesia ke pasar global, seperti udang, tuna, tongkol dan cakalang, cumi-cumi, sotong, gurita, tepung, tepung kasar, pellet, kepiting atau rajungan, dan Cod. “Untuk target ekspor tentu ini target 5 tahun, 2025-2029,” ungkapnya.

Kendati demikian, dia mengaku banyak tantangan untun menjadikan Indonesia sebagai top 10 eksportir perikanan di dunia. Di antaranya, hambatan ekspor baik bersifat tarif maupun non-tarif.

Untuk hambatan non-tarif tidak lepas dari masalah penjaminan mutu. Ia mengatakan, hal ini yang banyak ditangani oleh Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan.

“Ini yang banyak ditangani oleh Badan Mutu. Salah satunya tadi mengenai kepatuhan (compliance) terhadap mutu. Ada juga compliance untuk pengelolaan perikanan. Jadi permintaan untuk ikan ini diambil dari perairan yang ada sustainable fisheries, ada fisheries management di sana," katanya.

Sementara itu, Ishartini mencontohkan, Indonesia masih dikenakan tarif ekspor sebesar 20 persen ke Uni Eropa. “Itu yang jadi tantangan kita sehingga tentu penjaminan mutu harus dimulai sejak hulu,” ungkapnya.

Adapun, tren ekspor produk perikanan Indonesia dalam lima tahun terakhir meningkat meski terjadi penurunan pada 2023. Dalam rentang waktu tersebut atau 2018-2023, pertumbuhan ekspor perikanan tertinggi terjadi pada 2022, yang tercatat tumbuh 6,24 persen.

Namun, pertumbuhan ekspor perikanan mengalami penurunan di tahun berikutnya. Merujuk data KKP, ekspor perikanan di 2023 tumbuh sebesar 5,63 persen. Secara terperinci, top 3 komoditas ekspor Indonesia yakni udang dengan nilai US$1,73 miliar, tuna-cakalang-tongkol US$927,13 juta, dan cumi-sotong-gurita US$762,58 juta.

Di sisi lain, Uni Eropa, Amerika Serikat, China, Jepang, dan Asean menjadi top 5 pasar perikanan dunia di 2023. Menurutnya, kelima negara tersebut, utamanya Uni Eropa menjadi salah satu pasar yang menjanjikan untuk Indonesia. “Jadi ini pasar-pasar yang harus kita garap,” pungkasnya.

Ishartini juga memaparkan, jumlah volume ekspor produk perikanan Indonesia ke Uni Eropa sepanjang 2023 mencapai 55.880 ton. Angka ini turun sebesar 5,6 persen jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai 59.220 ton.

“Sementara nilai ekspor produk ikan perikanan Indonesia ke Uni Eropa mencapai 335 juta dollar AS atau turun sebesar 11,2 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu,” katanya.

Ia menambahkan, Indonesia mengekspor produk perikanan ke Uni Eropa dengan produk perikanan terbesar atau yang paling banyak diekspor ke Uni Eropa adalah tuna dan cakalang dengan nilai ekspor mencapai US$101 juta.

“Kemudian disusul dengan komoditas cumi, sotong dan gurita yang nilai ekspornya bisa mencapai 59 juta dollar AS,” ujarnya.

Kemudian, produk perikanan ketiga yang paling banyak diekspor ke Uni Eropa adalah udang dengan nilai ekspor yang mencapai US$43 juta. Lalu rumput laut dengan nilai ekspor US$27 juta, dan paha kodok yang mencapai US$14 juta.

Berdasarkan data yang dia paparkan, tercatat Ekspor perikanan Indonesia didominasi oleh komoditas tuna, tongkol dan cakalang dengan kontribusi sebesar 30,3 persen, diikuti oleh komoditas cumi, sotong, dan gurita 17,8 persen, udang 13,1 persen, dan rumput laut 8,1 persen.

Sedangkan impor perikanan Uni Eropa didominasi oleh komoditas trout-salmon sebesar 32,4 persen dan udang 12,6 persen dengan supplier utama berasal dari negara Norwegia.

“Pasar Uni Eropa itu 2022, 36,88, 2023 36,15 miliar US dollar mereka pun turun 2 persen dari tahun lalu, tapi pertumbuhan 5 tahun masih positif 3,6 persen per tahun,” tuturnya.

Baca juga artikel terkait EKSPOR PERIKANAN atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher