tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa peningkatan impor barang asal China turut berkontribusi pada defisit neraca dagang Indonesia yang mencapai 63,5 juta dolar AS pada Juli 2019 lalu. Beberapa barang yang mengalami lonjakan di antaranya adalah bawang putih, buah-buahan Longan, sampai kepiting beku atau frozen crab.
Selain itu, bahan baku industri juga mengalami lonjakan karena kenaikan impor seperti komponen air conditioner, hingga handphone tanpa baterai. "Ini ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan besar," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantornya, Kamis (15/8/2019).
Secara rata-rata, impor non-migas dari China memang melonjak secara bulanan (month to month) yakni sebesar 57,6 persen.
Pada Juni 2019, nilai impor non-migas China ke Indonesia tercatat sebesar 2,6 miliar dolar AS, sementara di bulan lalu nilainya meningkat menjadi 4,1 miliar dolar AS. Dengan nilai sebesar itu, barang China berkontribusi 29,08 persen dari total keseluruhan impor Indonesia.
Sayangnya, impor yang cukup besar itu tidak diimbangi dengan ekspor nonmigas Indonesia ke China. Pada Juli lalu, ekspor ke negeri tirai bambu hanya naik 25,92 persen menjadi 2,281 miliar dolar AS.
Praktis, neraca perdagangan Indonesia terhadap China kembali mengalami defisit dan membuat surplus neraca perdagangan non-migas terpangkas. Padahal, rata-rata impor non-migas sendiri sudah turun secara tahunan, dari 15,63 miliar dolar AS pada Juli tahun 2018 menjadi 13,76 miliar dolar AS pada Juli tahun ini.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana, belum bisa memastikan penyebab lonjakan impor barang asal China tersebut.
Yang jelas, kata dia, hal itu bisa terjadi lantaran izin impor diberikan sebelum dirinya menjabat pada awal bulan ini. "Saya lihat dulu, ya, kan bisa jadi itu impor dari bulan-bulan sebelumnya, tapi baru masuk barangnya bulan lalu," ucapnya saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (15/8/2019).
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto