tirto.id - PT Pertamina (Persero) mencatatkan pembelian minyak mentah (crude oil) dan kondensat dari 39 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sebesar 123,6 ribu barel minyak per hari (MBCD) hingga 2 Agustus 2019.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengklaim, upaya tersebut berhasil menekan impor minyak mentah Pertamina hingga 35 persen, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 339 ribu barel per hari (MBPD).
Fajriyah menambahkan, delivery untuk total volume minyak mentah dan kondensat yang disepakati akan dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati dan bisa berbeda-beda untuk setiap KKKS.
Begitu pula dengan jenis crude yang diserap Pertamina, juga bisa berbeda-beda karena disesuaikan dengan kebutuhan pengolahan di Kilang.
"Dari total volume tersebut, kami mengoptimalkan pasokannya sesuai dengan kebutuhan, jenis dan volume, serta kesepakatan bisnis yang dicapai," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Rabu (14/8/2019).
Penurunan impor, kata Fajriyah, juga terlihat pada data periode Januari-Juni 2019, di mana impor minyak mentah Pertamina tercatat hanya sebesar 220 MBPD.
Dengan volume impor minyak mentah sebanyak 220 MBPD, maka komposisi impor dibandingkan lifting domestik yang sebesar 681 MBPD mencapai sekitar 25 persen banding 75 persen.
"Kondisi ini membaik dibandingkan tahun 2018 di mana perbandingannya 37 persen (339 MBPD) impor dan 63 persen (571 MBPD) domestik,” tambahnya.
Selain menekan impor minyak mentah, Pertamina juga menekan impor produk BBM seperti Avtur dan Solar dengan melakukan optimasi kilang.
Sejak Mei 2019, sebutnya, Pertamina sudah bisa memenuhi kebutuhan Avtur dan Solar dalam negeri dari produksi kilang-kilang sendiri.
“Bahkan produksi Avtur dari Kilang Cilacap kini sudah diekspor ke luar negeri karena kebutuhan avtur domestik semua sudah terpenuhi," pungkas Fajriyah.
Editor: Dhita Koesno