Menuju konten utama

ILO: COVID-19 Membahayakan Jam Kerja dan Pendapatan Secara Global

Pandemi COVID-19 membawa dampak yang membahayakan bagi jam kerja dan pendapatan pekerja secara global.

ILO: COVID-19 Membahayakan Jam Kerja dan Pendapatan Secara Global
Direktur Jenderal Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Guy Ryder saat berbicara dalam konferensi pers untuk Dialog Meja Bundar Keempat 1 + 6 di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, Kamis 21 November 2019. Mark Schiefelbein/AP

tirto.id - Organisasi Buruh Internasional atau International Labour Organization (ILO) menyatakan, pandemi COVID-19 membawa dampak yang membahayakan bagi jam kerja dan pendapatan secara global.

Krisis COVID-19 diperkirakan dapat mengurangi 6,7 persen jam kerja secara global dalam kuartal kedua tahun 2020 yang setara dengan 195 juta pekerja penuh waktu.

Lebih dari empat dari lima orang (81 persen) dalam angkatan kerja global sebesar 3,3 miliar saat ini terkena dampak penutupan tempat kerja secara penuh atau sebagian.

“Para pekerja dan dunia usaha sedang menghadapi bencana, baik di perekonomian maju dan bekembang. Kita harus bergerak cepat, tepat dan bersama-sama. Langkah-langkah yang tepat dan cepat dapat memberikan perbedaan antara bertahan dan kehancuran," ujar Direktur Jenderal ILO Guy Ryder melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Selasa (14/4/2020).

Menurut ILO, pengurangan besar terjadi di Negara-negara Arab, yakni 8,1 persen atau setara dengan 5 juta pekerja penuh waktu, disusul Eropa dengan 7,8 persen atau 12 juta pekerja penuh waktu, serta Asia dan Pasifik yang berjumlah 7,2 persen atau 125 juta pekerja penuh waktu.

Kehilangan besar, jelas ILO, diperkirakan terjadi pada berbagai kelompok pendapatan yang berbeda-beda, terutama di negara-negara berpendapatan menengah ke atas (7,0 persen atau 100 juta pekerja penuh waktu).

Jumlah tersebut jauh melampaui dampak krisis keuangan tahun 2008-2009. ILO menyebutkan, sektor-sektor yang paling berisiko mencakup layanan akomodasi dan makanan, manufaktur, eceran, dan kegiatan bisnis dan administratif.

Peningkatan pengangguran global secara keseluruhan selama 2020 akan sangat tergantung pada perkembangan dan langkah kebijakan selanjutnya di masa mendatang. Ada risiko tinggi perkiraan angka di akhir tahun akan jauh lebih besar dari proyeksi awal ILO, yaitu sebesar 25 juta.

Dampak COVID-19 Bagi Pekerja

Sementara itu, laporan ILO edisi kedua dengan studi terbaru yang diterbitkan pada 18 Maret 2020 tentang COVID-19 dan dunia kerja, digambarkan sebagai “Krisis global terburuk sejak Perang Dunia II”. Versi terkini ini mencakup informasi sektor dan regional mengenai dampak pandemi.

“Ini merupakan ujian terbesar dalam kerja sama internasional selama lebih dari 75 tahun. Jika satu negara gagal, maka kita semua gagal. Kita harus mencari jalan keluar yang dapat membantu semua lapisan masyarakat global, terutama mereka yang paling rentan atau paling tidak mampu menolong diri mereka sendiri," kata Ryder.

Studi terbaru itu mencatat, 1,25 miliar pekerja berada di sektor-sektor yang dianggap berisiko tinggi terhadap peningkatan drastis dan mengenaskan dalam pemutusan hubungan kerja dan pengurangan upah serta jam kerja.

Banyak dari mereka berada dalam pekerjaan yang berupah rendah dan berketerampilan rendah sehingga hilangnya pendapatan secara mendadak menghancurkan kehidupan mereka.

Dilihat secara kawasan, proporsi pekerja dalam sektor-sektor yang berisiko ini bervariasi dari 43 persen di kawasan Amerika hingga 26 persen di Afrika.

Studi ini juga mengingatkan sejumlah kawasan, terutama Afrika yang memiliki tingkat informalitas lebih tinggi berpadu dengan kurangnya perlindungan sosial, tingginya kepadatan penduduk dan lemahnya kapasitas, sehingga bisa memperburuk tantangan kesehatan dan ekonomi yang dihadapi pemerintah.

Sedangkan secara global di seluruh dunia, ILO mencatat, sebanyak dua miliar orang yang bekerja di sektor informal (umumnya di perekonomian yang baru muncul dan berkembang) juga paling berisiko terkena dampak COVID-19.

Studi ILO ini pun menyarankan kebijakan dalam skala besar dan terpadu yang terfokus pada empat pilar, yakni mendukung perusahaan, pekerjaan dan pendapatan, kedua mendorong ekonomi dan pekerjaan.

Yang ketiga, melindungi pekerja di tempat kerja, dan keempat memanfaatkan dialog sosial antara pemerintah, pekerja dan pengusaha untuk mencari jalan keluar.

“Pilihan yang kita buat hari ini akan secara langsung mempengaruhi bagaimana krisis ini berkembang dan begitu pula dengan kehidupan miliaran orang,” jelas Ryder.

“Dengan langkah-langkah yang tepat kita dapat membatasi dampak dan akibat yang ditinggalkannya. Kita harus membangun kembali dengan lebih baik sehingga sistem kita lebih aman, lebih adil dan lebih berkelanjutan dari sebelum krisis ini terjadi,” pungkas Ryder.

Baca juga artikel terkait DAMPAK CORONA PADA BURUH atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH