Menuju konten utama
Ramadhan 2021

Hukum Berpuasa Ramadhan saat Kondisi Bencana dan Wabah Covid-19

Hukum berpuasa di tengah bencana dan wabah COVID-19, bagaimanan pelaksanaannya?

Hukum Berpuasa Ramadhan saat Kondisi Bencana dan Wabah Covid-19
Petugas membagikan makanan untuk buka puasa (takjil) di Masjid Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta, Selasa (13/4/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.

tirto.id - Musibah dan bencana bisa datang kapan saja tanpa dapat diprediksi oleh manusia, termasuk bisa terjadi saat bulan suci Ramadan.

Bagi umat muslim, bulan Ramadan merupakan bulan di mana ada kewajiban bagi mereka yang mukallaf (berusia dewasa, berakal sehat dan mampu mengerjakannya) untuk melaksanakan ibadah puasa.

Lalu bagaimana hukum menjalankan ibadah puasa saat sedang terjadi musibah?

Allah SWT berfirman:

......وَجَاهِدُوۡا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖ‌ؕ هُوَ اجۡتَبٰٮكُمۡ وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِى الدِّيۡنِ مِنۡ حَرَجٍ‌ؕ

Wa jaahiduu fil laahi haqqa jihaadih; Huwaj tabaakum wa maa ja'ala 'alaikum fid diini min haraji...;

Artinya: "Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama..." (QS. Al-Hajj: 78)

Dikutip laman Muhammadiyah, ada orang yang diperbolehkan tidak berpuasa (dalam hal ini adalah puasa yang sifatnya wajib seperti puasa bulan Ramadan), seperti bagi orang yang sakit dan sedang melakukan perjalanan, mereka bisa menggantinya di hari yang lain.

Demikian pula hukum ini berlaku bagi orang yang sedang berada dalam kondisi bencana, baik relawan ataupun korban bencana.

Alasannya, karena orang-orang ini sedang berada dalam kesulitan dan kesukaran untuk berpuasa, di mana mungkin bencana yang dihadapi pada saat itu lebih berlipat dibandingkan bagi orang yang sekedar sakit atau berpergian.

Oleh sebab itu, adalah suatu tindakan yang kurang tepat jika tetap berpuasa padahal tidak mampu dan berada dalam situasi sulit, seperti kondisi ketiadaan logistik.

Puasa di Tengah Wabah Covid-19

Sementara mengenai berpuasa dalam kondisi Wabah Covid-19, Gus Yusuf melalui laman YouTubenya dalam "Puasa di Tengah Wabah" menyatakan, Ramadan adalah saatnya kita menenggelamkan diri dan mendekat kepada Allah.

"Ini (kondisi Pandemi) saatnya kita harus intim, mencoba mendekat dalam kesunyian Ramadan pada Allah. Kalau kita memahami hal i tu, kondisi Covid ini justru kita akan lebih menjiwai dan memaknai Ramadan dengan sungguh-sungguh," kata Gus yusuf.

Menurut Gus Yusuf, saat kita diminta untuk social dan physical distancing yang mengharuskan tinggal di rumah, maka ibadah justru seharusnya bisa lebih khusyuk dan tenang, karena segala sesuatunya bisa diselesaikan di rumah.

"Jika kita mengingat musibah-musibah yang menimpa saudara kita, maka kita pun juga harus lebih berhati-hati dan berserah diri pada Allah," ujarnya.

Banyaknya korban Covid-19 yang berjatuhan, lanjutnya, seharusnya menjadi nasehat untuk kita, bahwa kita pun nanti akan meninggal juga.

"Soal Covid atau bukan, bahwa kematian itu pasti. Apalagi kita sekarang dihadapkan pada berita-berita kematian, yang justru seharusnya ini adalah momentum untuk kita mendekat pada Allah," jelasnya.

Sementara dalam hal ibadah salat tarawih atau salat ied, kata Gus Yusuf, dalam situasi yang masih darurat kalau ada imbauan untuk tidak ke masjid, maka tetap masih bisa beribadah di rumah dan semuanya tidak perlu dipikirkan secara berlebih.

"Islam tidak pernah memperumit umatnya dalam hal beribadah, karenanya dalam kondisi wabah Covid ini, kita tetap harus mensyukuri, yang penting masih diberi iman, Islam. Cukup di rumah saja, jaga kesehatan, dan makan-makanan yang bergizi," tuturnya.

Dia menambahkan, saat ibadah dilaksanakan jangan sampai menganggap bahwa wabah adalah sesuatu yang buruk, tetapi ambil hikmahnya.

"Karena dalam kondisi ini, adalah saat yang tepat untuk melaksanakan puasa dengan lebih khusuk. Tidak perlu memikirkan hal-hal seperti baju baru, dan lain-lain. Tapi justru fokus bisa lebih dekat dengan Allah SWT," tutupnya.

Baca juga artikel terkait HUKUM PUASA SAAT BENCANA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom