Menuju konten utama

Histeria Anti-Komunis Juga Pernah Menggila di Amerika

Angkatan Darat AS bahkan tidak luput dari tuduhan komunis.

Histeria Anti-Komunis Juga Pernah Menggila di Amerika
Red scare gelombang pertama di AS. FOTO/Gamma-Keystone/Getty Images

tirto.id - Pada tahun 1950an ketika Partai Republikan berkuasa di Amerika Serikat, senator Joseph McCarthy jadi salah satu orang kuat dengan cara membangkitkan ketakutan kepada hal-hal berbau komunis. Bahaya laten komunis didengungkan sangat keras oleh McCarthy. Segala rupa hal diatur dan dipastikan agar tidak terkontaminasi komunis melalui House Un-American Activities Committee (HUAC), sebuah panitia yang terdengar seram pada masanya.

Pasca Perang Dunia II, Amerika diliputi kekhawatiran tentang ancaman komunisme yang baru saja berkuasa di Eropa Timur dan Cina. McCarthy sukses menyita perhatian publik dengan membuat tuduhan bahwa ratusan anggota Departemen Luar Negeri Amerika Serikat adalah kader atau simpatisan komunis. Banyak masyarakat AS mempercayai klaim McCarthy.

Sebelum McCarthy muncul, Presiden AS Harry S. Truman mengeluarkan perintah khusus pada 1947 agar tiap pegawai pemerintahan dianalisis kesetiaannya kepada pemerintah. Para pegawai pemerintahan juga diminta bersumpah kesetiaan kepada negara.

Baca juga: Pertemuan dengan Rosidi, "Hantu Komunis" yang Bukan Komunis

Produksi film Hollywood juga tidak luput dari seleksi ketat di bawah HUAC. Sepuluh penulis dan sutradara film yang pernah menolak menjawab pertanyaan penyidikan HUAC dan akhirnya dihukum.

Film-film yang sudah tayang seperti Mission to Moscow, The North Star, dan Song of Russia mendadak dianggap sebagai propaganda pro-Soviet. Studio pun bereaksi dengan memproduksi film propaganda anti-komunis dan anti-soviet seperti misalnya Big Jim McLain, Guilty of Treason, The Red Menace, The Red Danube, I Married a Communist, Red Planet Mars, dan I Was a Communist for the FBI.

Baca juga: Film 'G30S' yang dianggap Narasi Sejarah oleh TNI & Sekolah

FBI juga tak mau kalah dalam bersih-bersih komunis. Direktur FBI J. Edgar Hoover memang dikenal sejak dahulu sebagai seorang anti-komunis. Hoover dan para penyidiknya menggunakan taktik spionase untuk menemukan terduga komunis, termasuk melakukan penyadapan dan penyusupan ke organisasi-organisasi kiri saat itu.

Untuk menyokong agenda ini jumlah anggota FBI meningkat dari 3.559 pada tahun 1946 menjadi 7.029 pada 1952. Di sisi lain, ribuan pegawai pemerintah dipecat karena dituduh komunis.

Antara 1951- 1955, FBI menerapkan Responsibilities Program, sebuah misi rahasia untuk mencari dokumen-dokumen yang diduga bisa menguak hubungan antara gerakan komunis dengan kalangan guru dan pengacara. Jika FBI mampu membuktikan hubungan itu, mereka akan dipecat dari pekerjaannya.

Baca juga: Inggris juga Tunggangi G30S untuk Gulingkan Sukarno

Gilanya lagi, layanan kesehatan masyarakat, khususnya vaksinasi dan layanan perawatan kesehatan mental semuanya dianggap sejumlah pihak sebagai agen komunis yang bertugas meracuni dan mencuci otak rakyat Amerika.

Perburuan terhadap kaum LGBT juga dilakukan. Alasannya, LGBT dianggap sebagai konspirasi Soviet untuk melemahkan AS dari dalam.

Infografik Merah itu anu

Histeria anti-komunis memuncak saat perburuan pemerintah terhadap siapapun yang dianggap komunis makin meluas. McCarthy sendiri semakin sering melempar tuduhan liar, rumor dan intimidasi agar namanya semakin melambung sebagai politisi yang sukses memukul komunis.

Baca juga: Jejak-jejak CIA di Indonesia

Para korban McCarthy—termasuk pejabat pemerintah sendiri, intelektual hingga selebriti—kehilangan nama baik, dipecat dari pekerjaan, dan sulit mendapat pekerjaan baru.

Banyak warga AS yakin bahwa langkah pemerintah beralasan, lantas memberikan dukungan terhadap perburuan komunis. Pada Januari 1954 sebuah jajak pendapat menunjukkan bahwa 50 persen rakyat Amerika mendukung langkah McCarthy. Hanya 29 persen saja yang berpendapat bahwa tindakan sang senator merugikan khalayak.

Mulai pertengahan 1950-an, berbagai pelanggaran terhadap hak-hak sipil mulai menggerakkan publik Amerika untuk memprotes negara. Hanya segelintir pers yang berani melawan propaganda McCarthy.

Di antara mereka ada nama-nama besar seperti komedian Mort Sahl dan wartawan Edward R. Murrow yang lantang mengkritik McCarthy. Pengaruh propaganda anti-komunis McCarthy perlahan meluruh terutama karena tuduhan yang makin liar dan tidak berdasar.

Baca juga: S. Parman, Korban G30S yang Justru Adik Petinggi PKI

Pada 1953, McCarthy bahkan menuduh Angkatan Darat AS telah memberikan perlindungan bagi komunis. Ucapan agresif yang terus dilontarkan ke publik dan disambut represi politik ternyata bak senjata makan tuan. Lambat laun, McCarthy tidak lagi dipercaya lantaran sering membuat tuduhan palsu.

Secara umum, histeria anti-komunis melunak pada akhir 1950-an. Ketika itu, aktor dan penulis skenario yang dituduh komunis dapat kembali bekerja seperti semula. Meski begitu banyak orang Amerika masih terus menyimpan rasa takut kepada komunisme sepanjang era Perang Dingin.

McCarthy sendiri meski akhirnya mendapat banyak kritik keras dan popularitasnya anjlok. Kendati demikian, ia tetap menjabat sebagai senator sampai ajal menjemputnya pada 2 Mei 1957.

Anti-Komunis Sejak Revolusi Bolshevik

Red scare tak hanya terjadi di era senator McCarthy saja. Sebelumnya pada 1917 sampai 1920 histeria anti-komunis pernah melanda AS. Hal ini dipicu oleh kemenangan Rusia dalam Revolusi Bolshevik 1917. Amerika juga kecewa pada Rusia karena menarik diri dari Perang Dunia I.

AS khawatir ideologi komunis dan revolusi menular di kalangan kelas pekerja Amerika Serikat. Peristiwa Pemogokan Buruh Baja pada 1919 di Ohio dianggap oleh pemerintah AS sebagai wujud nyata ancaman komunis. Sejak itu, pemerintah federal maupun negara bagian menangkap dan mengawasi orang, kelompok, atau lembaga yang dianggap berpotensi menyebarkan komunisme.

UU Spionase (1917) dan UU Penghasutan (1918) disahkan untuk menuntut siapapun yang dianggap terindikasi berpaham komunis. Orang-orang yang menggerakkan massa menuntut kondisi yang lebih manusiawi di pabrik-pabrik pun diadili. Kebebasan berbicara dihalangi dan mengkritik keterlibatan AS untuk terjun di Perang Dunia I bisa dianggap melanggar hukum.

Sebaliknya, sentimen anti-komunisme yang terlembaga ini menyebabkan banyak pelanggaran terhadap kebebasan sipil. Beberapa pentolan dari tokoh sosialis terkemuka seperti Eugene V. Debs (1855-1926) dan Victor Berger (1860-1929), didakwa oleh Undang-Undang Spionase yang juga digunakan untuk menyensor pers.

Histeria anti-komunis berakhir di penghujung dekade 1920an. Dampaknya terbukti sangat besar dan merugikan.

Baca juga artikel terkait KOMUNISME atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf