tirto.id - Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) di Indonesia diperingati setiap tanggal 1 April. Perayaan ini ditetapkan setelah Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keppres Nomor 9 Tahun 2019 tentang Hari penyiaran Nasional. Lantas, bagaimana sejarahnya? Mengapa 1 April dipilih sebagai tanggal perayaannya?
Dalam sejarahnya, Hari Penyiaran Nasional ini tidak terlepas dari dibentuknya radio Solosche Radio Vereeniging (SRV) di Solo, Jawa Tengah. Berdirinya SRV tepat pada 1 April 1933 Sebagaimana dikutip laman Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Solo merupakan kota yang menghadirkan radio ketimuran pertama di Indonesia.
Kala itu, salah satu orang di balik berdirinya SRV adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunegara VII. Menurut KGPAA Mangkunegara, kehadiran SVR saat itu diperlukan untuk menjadi media pemersatu dan alat memperjuangkan kemerdekaan.
Sejarah Berdirinya Solosche Radio Vereeniging
Sebagaimana dikutip laman kemdikbud.go.id, berdirinya SRV berlangsung di Gedung Societed Sasana Soeka, dan dihadiri oleh Sarsito, RM Soetarto Hardjowahono, Lim Tik Liang, RT Dr Marmohoesodo, Tjan Ing Tjwan, Louwson, Wongsohartono, Tjiong Joe Hok dan Prijohartono.
Mereka adalah anggota dari paguyuban seni dan wartawan di Surakarta. Kala itu, mereka mengumpulkan uang kas untuk membeli pemancar, namun uang tersebut tidak cukup untuk membeli pemancar radio baru.
Atas kekurangan anggaran itu, mereka pun meminta bantuan Mangkunegara VII. Gayung bersambut, Mangkunegara VII pun setuju dan memberikan bantuan. Pemancar radio itu pun datang di Solo pada 5 Januari 1934. Kendati demikian, sebelum pemancar itu datang, SRV sudah bekerjasama terlebih dahulu sengan NIROM, yang merupakan milik pemerintahan Belanda di Batavia.
Sejak awal dibentuknya, SRV tidak mempunyai studio siaran, tetapi pekerjaan itu mereka lakukan di Pendopo Kepatihan Mangkunegara. Baru pada 15 September 1935, SRV membangun studio dan peletakan batu pertamanya diresmikan oleh Gusti Nurul.
Untuk pembangunan studio itu, SRV memiliki anggaran 800 gulden dan Mangkunegara VII diminta untuk menyumbangkan tanah di Kestalan seluas 5.000 meter.
Stasiun radio SRV pun semakin berkembang karena menyiarkan kebudayaan dan musik Jawa. Dalam perkembangannya, mereka pun mempunyai cabang di berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Setelah Indonesia merdeka, stadio SRV dipakai untuk stasiun RRI Solo.
Untuk memperingati Hari Penyiaran Nasional 2021 ini, Panitia pelaksanaan peringatan Harsiarnas 2021 Hardly Stefano Pariela menyatakan, pihaknya akan mengangkat tema “Penyiaran Sebagai Pendorong Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi”.
Dikutip laman KPI, pemilihan tema tersebut untuk menunjukkan optimisme bahwa pandemi Covid-19 ini akan segera berakhir dan lembaga penyiaran menjadi bagian yang ikut serta mendorong pemulihan ekonomi usai pandemi.
“Tema Harsiarnas kali ini juga merupakan agregasi komitmen seluruh insan penyiaran, termasuk industri penyiaran untuk menjadi kekuatan pendorong kebangkitan ekonomi nasional,” kata Hardly.
Editor: Iswara N Raditya