tirto.id - Hari Dongeng Nasional diperingati tanggal 28 November setiap tahunnya. Dongeng telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Ada berbagai macam dongeng Indonesia yang diceritakan turun temurun.
Perlu diketahui, Dongeng Nasional berhubungan dengan hari kelahiran Drs. Suyadi atau yang dikenal masyarakat sebagai Pak Raden. Pak Raden dianggap sebagai tokoh yang telah berjasa menghidupkan dunia dongeng.
Bagi anak-anak, dongeng tidak hanya bermanfaat sebagai hiburan dan sumber pengajaran tentang budi pekerti. Membaca atau mendengar dongeng bisa pula membantu meningkatkan kemampuan bahasa, komunikasi, imajinasi anak-anak. Dongeng pun bisa mengenalkan budaya pada anak.
Kemendikbud menjelaskan tentang pentingnya dongeng bagi anak. Mendongeng tidak hanya kegiatan untuk menidurkan anak tetapi dapat meningkatkan perkembangan pada otak kanan anak, psikologis, kecerdasan emosional serta meningkatkan imajinasi pada anak.
Sejarah Hari Dongeng Nasional
Hari Dongeng Nasional dideklarasikan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Hari ini ditetapkan berdasarkan hari kelahiran Drs. Suyadi atau yang dikenal masyarakat sebagai Pak Raden. Pak Raden dianggap sebagai tokoh yang telah berjasa menghidupkan dunia dongeng.
Pada 1980-an muncul acara boneka sangat populer masa itu, Si Unyil, karakter legendaris ciptaan almarhum Suyadi yang orang kebanyakan mengenalnya sebagai Pak Raden.
Dalam serial boneka legendaris, suara Pak Raden diisi pencipta karakter Si Unyil yakni Drs. Suyadi. Sebagaimana ditulis Antara, Si Unyil yang tayang di TVRI sejak 1981 telah mencapai 603 seri film boneka pada masa jayanya.
Si Unyil karya Suyadi ini mendorong terlahirnya tokoh Si Komo ciptaan Kak Seto yang mengaku terinspirasi karakter ciptaan seniman yang belum lama dipanggil untuk selamanya oleh Tuhan Yang Maha Esa itu.
Meski Si Komo berbentuk komodo, ternyata boneka yang digunakan adalah boneka naga milik Kak Seto dari Disneyland, AS, yang dimodifikasi.
Namun apa pun bentuknya, entah wayang, Si Unyil dan Sesame Street, pesan dalam cerita-cerita yang dihidupkan oleh boneka-boneka itu begitu sarat nilai dan bahkan mentransformasikan kebudayaan kepada masyarakat nyata.
Untuk sumbangsih inilah para kreator inovatif seperti Suyadi atau Pak Raden selalu menempati posisi istimewa dalam masyarakat, setidaknya dalam berkesenian dan berkebudayaan, termasuk dalam menetapkan Hari Dongeng Nasional.
Daftar Dongeng yang Menarik Buat Anak
Berikut sejumlah dongeng Indonesia yang layak diceritakan atau menjadi bahan bacaan menarik untuk anak-anak sesuai rekomendasi laman Sahabat Keluarga Kemendikbud.
1. Balas Budi Tikus
Dongeng ini berkisah tentang seekor Induk Tikus yang membantu seekor serigala atas balas budi. Karena hutan yang telah rusak akibat ulah manusia, seekor Serigala kesulitan mendapat makanan. Ia pun terpaksa berburu hewan-hewan ternak di perkampungan manusia. Merasa terancam, para manusia kemudian membuat jebakan untuk menangkap serigala.
Disaat yang lain, seekor Induk Tikus sedang berburu makanan untuk anak-anaknya. Tiba-tiba ia berpapasan dengan Serigala yang siap menerkamnya. Namun Induk Tikus memohon pada serigala untuk tidak dimakan. Serigala yang iba langsung melepaskan induk tikus.
Suatu ketika saat Serigala melakukan perburuan lagi di perkampungan manusia, ia berhasil terjerat jebakan. Ia pun melolong hingga Si Induk Tikus mendengarnya. Melihat Serigala yang terjebak, Induk Tikus lalu berusaha menolong Serigala. Bersama dengan tikus-tikus lainnya Induk Tikus menggigit tali jebakan hingga putus sehingga Serigala bisa bebas. Dongeng selengkapnya dapat dibaca di sini.
2. Persahabatan Tupai dan Ikan Gabus
Dongeng ini menceritakan tentang persahabatan seekor Tupai dan Ikan Gabus yang saling menolong. Ketika Tupai sakit keras, ia meminta Ikan Gabus untuk mencarikannya telur ayam. Hal tersebut sulit mengingat Ikan Gabus tidak bisa berjalan di darat. Namun, Ikan Gabus tidak menyerah mencari cara untuk mendapatkan telur ayam. Atas bantuan temannya, Kepiting, ia mengetahui bagaimana cara untuk bisa pergi ke daratan. Ia lalu pergi ke sungai dan masuk ke dalam bumbung bambu seorang gadis yang sedang mandi dan mencuci pakaian.
Beruntungnya bumbung tersebut diletakkan di dekat sangkar ayam dimana ada banyak sekali telur. Ikan Gabus lalu mengambil telur ayam tersebut dan kembali menyelinap ke bumbung untuk bisa pergi ke sungai sore harinya. Ia pun berhasil membawa telur tersebut dengan selamat.
Beberapa minggu kemudian, Ikan Gabus jatuh sakit. Sahabatnya Tupai merasa ia harus membalas budi Ikan Gabus yang telah memberinya telur ayam. Ikan Gabus memerlukan hati buaya untuk bisa sembuh. Tupai lalu berjuang mencari hati buaya meski diperingatkan teman-temannya bahwa hal tersebut berbahaya. Tupai akhirnya menemukan sekumpulan buaya di tepi sungai berpasir. Berkat kecerdikannya, ia berhasil masuk ke dalam perut buaya dan mengambil hati buaya untuk sahabatnya Ikan Gabus. Dongeng Tupai dan Ikan Gabus dapat dibaca selengkapnya di sini.
3. Legenda Sultan Domas
Dongeng ini menceritakan seorang pemuda miskin bernama Domas yang sering dihina oleh penduduk kampung. Domas adalah pemuda yang sabar meski di hina dan rumahnya dibakar ia tidak dendam. Suatu ketika, Domas bermimpi diperintahkan oleh seorang kakek berjanggut untuk pindah ke arah selatan untuk menetap dan membangun ladang. Domas pun menurutinya.
Saat bertapa di pondoknya, Domas diberi ilmu kesaktian serta sebilah pedang dan tongkat kayu berbentuk ular. Dengan ilmu dan senjatanya ia menolong orang-orang yang kesulitan tanpa mengharapkan balas jasa apapun. Sejak saat itu ia dijuluki Sultan Domas.
Suatu hari, ada lima orang perampok yang mencuri harta serta pedang dan tongkat kayu Sultan Domas. Setelah itu mereka berupaya membakar rumah Sultan Domas tapi tidak berhasil. Ketika hendak melarikan diri, mereka diadang ular yang menyemburkan api dan seekor buaya ganas. Sultan Domas yang menemukan kelima perampok itu bukannya marah malah menyuruh mereka untuk menginap.
Di hari selanjutnya, kelima orang tersebut menceritakan tentang kebaikan Sultan Domas pada warga kampungnya. Setelah mendengar ada orang baik yang tinggal di sana, banyak orang yang pindah di dekat rumah Sultan Domas. Lama kelamaan daerah tersebut menjadi sebuah kampung dan Sultan Domas menjadi pemimpinnya. Simak dongeng selengkapnya di sini.
4. Kutukan Aki Monggar
Dongeng ini bercerita tentang seorang petapa sakti yang tinggal di kaki Gunung Pabeasana. Ia bernama Aki Monggor. Suatu hari warga kampung mengalami penyakit bisul-bisul dan jika pecah mengeluarkan nanah. Warga kampung lalu meminta pertolongan Aki Monggor untuk mencari tau cara menyembuhkan penyakit mereka.
Aki Monggor lalu melakukan semedi untuk mendapatkan petunjuk para dewa. Ia lalu mendapatkan petunjuk dari Dewa Penolak Bala, bahwa penyakit warga kampung merupakan peringatan untuk mereka karena sering mabuk-mabukan. Dewa Penolak Bala memberikan cupu berisi air khayangan yang digunakan untuk mengobati penyakit warga kampung. Syarat yang diberikan Dewa adalah warga kampung dilangan berpesta dan mabuk-mabukan lagi.
Selepas semedinya, Aki Monggor mengobati warga kampung satu per satu dengan air khayangan. Setelah seluruh warga sembuh, Aki Monggo menyampaikan syarat dari Dewa kepada mereka. Warga Kampung pun berjanji untuk tidak mabuk-mabukan. Sayangnya janji tersebut tidak ditepati. Warga kampung kembali berpesta dan mabuk-mabukkan. Melihat hal tersebut Aki Monggor menjadi marah dan berdoa kepada Dewa untuk menghukum warga kampung.
Tidak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya dan menenggelamkan penduduk. Kampung itu kini dikenal sebagai Kampung Cimoggor. Dongeng selengkapnya dapat dilihat di sini.
5. Legenda Nama Madura
Dongeng ini bercerita tentang seorang putri bernama Raden Ayu Tunjung Sekar anak dari Prabu Gilingwesi. Raden Ayu Tunjung Sekar belum menikah dan selalu menolak lamaran banyak orang. Suatu ketika ia bermimpi sebuah bulan yang masuk ke dalam perutnya. Tak lama kemudian ia pun hamil.
Prabu Gilingwesi marah menganggap Raden Ayu Tunjung Sekar telah menodai kehormatan kerajaan. Prabu Gilingwesi lalu memerintahkan Patih Pranggulang untuk membawa Raden Ayu Tunjung Sekar ke dalam hutan dan membunuhnya.
Sesampainya di hutan, Raden Ayu Tunjung Sekar mengingatkan Patih Pranggulang, apabila ia tidak bersalah tidak akan bisa dibunuh. Ucapan tersebut ternyata benar, tiga kali Patih Pranggulang menghunuskan pedangnya pada Raden Ayu Tunjung Sekar tidak ada satu pun yang berhasil.
Patih Pranggulang akhirnya percaya bahwa Raden Ayu Tunjung Sekar tidak bersalah. Dia lantas membuat sebuah rakit untuk alat Raden Ayu Tunjung Sekar melarikan diri.
Pada suatu malam bulan purnama, Raden Ayu Tunjung Sekar melahirkan seorang bayi di tengah laut yang diberi nama Raden Sagara. Beberapa hari kemudian rakit menepi di sebelah pulau.
Raden Sagara melompat ke pulau dan tubuhnya membesar seperti anak usia dua tahun. Dia lalu mendekati sarang lebah dan ajaibnya lebah-lebah tersebut memberi jalan untuk Raden Sagara.
Raden Sagara lalu mengambil madu tersebut untuk dinikmati bersama ibunya. Kemudian, tempat itu diberi nama Madura, yang berasal dari kata Madu era-era yang artinya madu di tanah daratan. Dongeng Legenda Nama Madura ini dapat dibaca selengkapnya di sini.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ibnu Azis