tirto.id - Kementerian Keuangan akan memberlakukan cukai plastik dan cukai minuman berpemanis pada 2024. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, menuturkan pemberlakuan cukai ini akan berdampak pada produk fast-moving customer goods (FMCG) seperti minuman ringan, kosmetik perawatan tubuh, dan barang kelontongan.
"Dalam jangka pendek tentu ini akan meningkatkan biaya produksi pengusaha produk FMCG karena kemasan harus segera shifting ke non-plastik, yang selama ini didominasi oleh kemasan dari plastik. Ujungnya, konsumen memang bisa terdampak oleh kenaikan harga akibat beban kemasan dialihkan ke harga produk yang naik," kata dia kepada Tirto, Jumat (17/11/2023).
Eko mengatakan industri FMCG harus mampu beradaptasi. Salah satunya dengan mencari alternatif kemasan yang ramah lingkungan.
"Karena kalau dari industri tidak mulai mencari alternatif kemasan yang ramah lingkungan maka seiring makin meningkatnya kesadaran generasi millenial dan gen Z ke isu lingkungan, produk mereka lama-lama bisa ditinggalkan," ucap dia.
Dia pun menilai positif langkah pemerintah untuk memberlakukan cukai plastik. Dia menilai kebijakan tersebut secara esensi baik untuk menunjukkan keseriusan Indonesia menuju pembangunan berwawasan lingkungan dan mengendalikan konsumsi plastik.
Lebih lanjut, Eko menilai selain menggunakan instrumen cukai plastik, perlu juga sosialisasi dan edukasi masif ke konsumen agar semakin sadar lingkungan.
Edukasi yang dilakukan yaitu memilih produk-produk yang kemasannya bisa di daur ulang maupun bisa digunakan ulang. Dia optimistis jika dilakukan upaya dua arah, baik produsen dan konsumen, maka efektifitas kebijakan tersebut akan optimal.
Senada dengan Eko Listiyanto, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, mengatakan adanya cukai plastik akan menambah biaya produksi produk-produk. Dia juga menilai langkah tersebut bisa membebani konsumen.
"Adanya cukai akan menambah biaya yang ujungnya akan dibebankan ke konsumen. Harga akan meningkat dan konsumsi atau penjualan berpotensi turun. Tapi dampak ini biasanya hanya temporer," kata dia.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Intan Umbari Prihatin