tirto.id - Direktur Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak menerangkan bahwa banjir rob Semarang pekan lalu merupakan hasil dari beberapa faktor. Antara lain fenomena alam dan mengindikasikan telah terjadinya kerusakan lingkungan.
“Saya kira banjir rob di Semarang adalah hasil dari beberapa faktor, baik yang merupakan fenomena alam maupun yang mengindikasikan sudah terjadinya kerusakan lingkungan,” kata dia kepada Tirto, Senin (30/5/2022) malam.
Untuk fenomena alam, Leonard menjelaskan bahwa posisi bulan yang dekat dengan bumi menyebabkan pasang ekstrim, tinggi gelombang pada saat itu, serta kecepatan dan arah angin yang menyebabkan tekanan pada tanggul yang akhirnya jebol. Akan tetapi, dia mengira kerusakan lingkungan memang sudah terjadi.
“Saya kira kerusakan lingkungan juga sudah terjadi,” ujar Leonard.
Misalnya, beber dia, hilangnya hutan-hutan mangrove yang merupakan penahan alami. Tidak hanya di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), tetapi sudah terjadi di berbagai wilayah Pantai Utara (Pantura) lainnya yaitu Demak, Pekalongan, dan lain-lain.
Lalu contoh lainnya adalah penurunan muka air tanah, karena eksploitasi yang berlebihan dari industri, menyebabkan kerawanan akan banjir meningkat secara signifikan.
Leonard kemudian menjelaskan bahwa beberapa studi sudah membuktikan di berbagai wilayah Pantura, termasuk Kota Semarang, penurunan air tanah ini sudah cukup ekstrim. Selain itu, kenaikan tinggi muka air laut juga sudah terjadi karena adanya pemanasan global.
“Walaupun porsinya dalam bencana banjir rob ini mungkin masih kecil, tetapi tanpa upaya yang serius dari pemerintah, sektor industri, dan kita semua, kenaikan tinggi muka air laut ini akan terus terjadi, dan pada saatnya nanti akan menjadi faktor yang signifikan,” pungkas dia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri