Di mal kita bisa menemukan apa saja: restoran, kedai kopi, taman bermain anak, toko buku, pusat kebugaran, pusat perawatan tubuh, dokter kecantikan, supermarket, karaoke, galeri seni, bioskop, gereja, hingga mushala. Namun, jika mengunjungi Grand Serpong Mall di bilangan Tangerang anda tidak akan menemukannnya. Mal tersebut lebih mirip kuburan ketimbang pusat perbelanjaan. Sunyi dan seram. Tak ada seorang pun petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk
Situasi di dalam mal lebih mengenaskan. Gelap dan nyaris hening. Lampu-lampu ruangan mati. Kebanyakan eskalatornya juga tak berfungsi. Ratusan toko tampak tutup tak berpenghuni.
Dari empat lantai, satu-satunya aroma kehidupan ada di lantai dasar mal (low ground). Di sana ada satu perusahaan ritail berkonsep grosir dan beberapa lapak warung makan. Hanya ada dua mini market dan sebuah usaha laudry yang terlihat masih beroperasi.
Sebelum menghadapi situasi suram seperti sekarang, Grand Serpong Mal pernah menikmati masa-masa kejayaan. Di masa awal beroperasinya 2005 silam, mal ini menjadi destinasi utama warga Tangerang berbelanja. Namun seiring munculnya pesaing baru di sekitarnya, Grand Serpong Mal mulai ditinggalkan pengunjung.
FOTO: Andrey Gromico
Situasi di dalam mal lebih mengenaskan. Gelap dan nyaris hening. Lampu-lampu ruangan mati. Kebanyakan eskalatornya juga tak berfungsi. Ratusan toko tampak tutup tak berpenghuni.
Dari empat lantai, satu-satunya aroma kehidupan ada di lantai dasar mal (low ground). Di sana ada satu perusahaan ritail berkonsep grosir dan beberapa lapak warung makan. Hanya ada dua mini market dan sebuah usaha laudry yang terlihat masih beroperasi.
Sebelum menghadapi situasi suram seperti sekarang, Grand Serpong Mal pernah menikmati masa-masa kejayaan. Di masa awal beroperasinya 2005 silam, mal ini menjadi destinasi utama warga Tangerang berbelanja. Namun seiring munculnya pesaing baru di sekitarnya, Grand Serpong Mal mulai ditinggalkan pengunjung.
FOTO: Andrey Gromico