Menuju konten utama

Grand Serpong Mall Yang Sunyi

Grand Serpong Mal pernah menikmati masa-masa kejayaan. Di masa awal beroperasinya 2005 silam, mal ini menjadi destinasi utama warga Tangerang berbelanja. Namun seiring munculnya pesaing baru di sekitarnya, Grand Serpong Mal mulai ditinggalkan pengunjung.

Grand Serpong Mall Yang Sunyi
Sebuah usaha laudry yang terlihat masih beroperasi di lantai satu Grand Mall Serpong. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0602copycopy_ratio-16x9.JPG
Eskalator yang tidak berfungsi di Grand Serpong Mall, Tangerang. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0589copycopy_ratio-16x9.JPG
Hanya beberapa gerai yang buka di lantai dua Grand Serpong Mall. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0577copycopy_ratio-16x9.JPG
Sebuah usaha laudry yang terlihat masih beroperasi di lantai satu Grand Mall Serpong. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0555copycopy_ratio-16x9.JPG
Dari empat lantai, satu-satunya aroma kehidupan ada di lantai dasar mal (low ground). Di sana ada satu perusahaan ritail berkonsep grosir. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0552copycopy_ratio-16x9.jpg
Pusat Hp yang terletak di lantai 2 yang sudah tidak beroperasi. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0551copycopy_ratio-16x9.JPG
Tidak ada satupun gerai yang buka di Food Court yang terletak di lantai 3. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0538copycopy_ratio-16x9.jpg
Sebagian besar pedagang menutup gerainya karena sepi pengunjung. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0528copycopy_ratio-16x9.JPG
Eskalator yang tidak berfungsi dan taman bermain anak di lantai dua yang sepi. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0529copycopy_ratio-16x9.JPG
Grand Serpong Mall yang sepi pengunjung. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0534copycopy_ratio-16x9.JPG
Lorong-lorong di lantai 3 yang sudah tidak ada aktivitas jual beli. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/04/10/GOPR0522copycopy_ratio-16x9.jpg
Lantai porselen yang rusak dan tidak ada satupun toko yang buka di lantai 3. Tirto.id/Andrey Gromico
Di mal kita bisa menemukan apa saja: restoran, kedai kopi, taman bermain anak, toko buku, pusat kebugaran, pusat perawatan tubuh, dokter kecantikan, supermarket, karaoke, galeri seni, bioskop, gereja, hingga mushala. Namun, jika mengunjungi Grand Serpong Mall di bilangan Tangerang anda tidak akan menemukannnya. Mal tersebut lebih mirip kuburan ketimbang pusat perbelanjaan. Sunyi dan seram. Tak ada seorang pun petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk

Situasi di dalam mal lebih mengenaskan. Gelap dan nyaris hening. Lampu-lampu ruangan mati. Kebanyakan eskalatornya juga tak berfungsi. Ratusan toko tampak tutup tak berpenghuni.

Dari empat lantai, satu-satunya aroma kehidupan ada di lantai dasar mal (low ground). Di sana ada satu perusahaan ritail berkonsep grosir dan beberapa lapak warung makan. Hanya ada dua mini market dan sebuah usaha laudry yang terlihat masih beroperasi.

Sebelum menghadapi situasi suram seperti sekarang, Grand Serpong Mal pernah menikmati masa-masa kejayaan. Di masa awal beroperasinya 2005 silam, mal ini menjadi destinasi utama warga Tangerang berbelanja. Namun seiring munculnya pesaing baru di sekitarnya, Grand Serpong Mal mulai ditinggalkan pengunjung.

FOTO: Andrey Gromico
Baca juga artikel terkait FOTO-TIRTO atau tulisan lainnya

Editor: Andrey Gromico