tirto.id - Tak perlu diperdebatkan lagi, sudah jelas bahwa Ambon merupakan tempat penghasil musikus papan atas yang turut meramaikan blantika musik di Indonesia. Singkat kata, industri musik tanah air berutang banyak pada musikus berdarah Ambon.
Pada 2019 lalu, Ambon, Maluku telah dinyatakan oleh UNESCO sebagai salah satu Kota Musik Dunia. Sebagai kota musik, Ambon masuk dalam Jaringan Kota Kreatif UNESCO (UCCN) yang beranggotakan 246 kota di seluruh dunia.
Kiprah musisi berdarah Ambon seperti--Utha Likumahuwa, Daniel Sahuleka, Franky Sahilatua, Bob Tutupoly, Broery Marantika, Harvey Malaiholo, Benny Likumahwa dan Ruth Sahanaya--tidak main-main. Dan Glenn Fredly ada di antara nama-nama besar itu.
Tentu saja, kematian penyanyi yang sering dipanggil "Kaka Glenn" ini menjadi kabar buruk bagi industri musik Indonesia, sekaligus memukul tempat asalnya Ambon.
Dari Ambon untuk Ambon
Semasa hidup, Glenn merupakan musikus yang paling aktif memperjuangkan tentang musik di tempat asalnya. Ia pernah mendorong pembangunan sekolah musik di Ambon untuk memajukan potensi anak muda di provinsi Maluku itu.
"Saya akan bekerjasama dengan Yamaha musik untuk membangun sekolah musik di Ambon. Saya belum bisa berjanji kapan terealisasi tetapi saya akan berupaya," kata Glenn Fredly di Ambon, 2015 lalu, seperti dilansir Antara.
Menurut Glenn, Maluku jangan hanya dikenal sebagai tempat penghasil penyanyi tapi juga harus memiliki sekolah musik. Sehingga, generasi muda Ambon tak perlu lagi merantau ke luar pulau atau ke Amerika untuk belajar musik.
Bila perlu, kata Glenn, pendidikan musik diprogramkan untuk menjadi kurikulum muatan lokal sekolah di Maluku. Sebab, Glenn juga yakin Maluku punya kekuatan seni budaya dan mampu bersaing dengan daerah bahkan negara lain di dunia di era globalisasi.
"Saat ini kekuatan seni budaya harus menjadi garda terdepan untuk menyampaikan misi perdamaian serta memberikan perubahan perkembangan musik di Maluku," katanya.
Menurut dia, pendidikan formal memang penting untuk menciptakan generasi yang pandai bidang seni, "tetapi bakat alam juga menjadi salah satu faktor penentu dan anak muda Ambon memiliki hal itu."
Kiprah lain Glenn untuk tempat asalnya itu adalah dengan menyumbangkan hasil konsernya untuk korban gempa Ambon dan korban asap di Riau. Selain itu, Glenn pun pernah menggagas konser tribute untuk musikus berdarah Ambon. Ia pernah membuat konser "80th Celebration Bob Tutupoly" dan konser apresiasi untuk 30 tahun berkarya Ruth Sahanaya.
Atas kecintaan tersebut, tak heran bila pada September 2017 lalu, ia bersama 23 musisi berdarah Maluku lainnya diganjar penghargaan dari Ambon Music Office (AMO) pada September 2017 lalu.
Dalam dunia musik, sumbangsihnya tak terbatas lagu. Ia ikut bagian dalam penolakan rancangan undang-undang (RUU) Permusikan yang berujung kemenangan musisi. DPR RI akhirnya mengurungkan niat pembahasan RUU.
Dalam wawancara khusus dengan Tirto pada Februari 2019, Glenn menyampaikan kekecewaannya kepada tim perumus RUU, kendati sejak tahap perancangannya pada 2015 telah dimintai pendapatnya.
“50 tahun musik Indonesia ini, yang kelewat adalah penghitungan dan pengelolaan industri. Ada yang di depan sekarang hanya bisnisnya saja. Ini bikin gap makin besar antara musisi sejahtera dan tidak. Ini yang bikin apatisme musisi terbentuk dengan sendirinya, maka ada kesan elitis. Kalau ada bahasa termarjinalkan, saya termasuk ke situ. Masalah keberimbangan kontrak yang masih saya perjuangin hingga hari ini,” kata Glenn.
Karier Musik
Karier bernyanyi Glenn diawali melalui album penuh perdananya bertajuk "Glenn" yang rilis pada 1998. Melalui album itu, lagu-lagu seperti "Kau" dan "Cukup Sudah" seakan menjadi angin segar bagi penikmat musik Indonesia.
Glenn lalu melebarkan sayapnya di dunia musik Tanah Air dengan kembali merilis album penuh keduanya, "Kembali" (2000) dengan lagu-lagu populer seperti "Kasih Putih" dan "Rame-Rame".
Melalui album ini, Glenn meraih dua penghargaan bergensi di Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) 2001, yakni Karya Produksi Urban Terbaik dan Artis Solo Pria R&B Terbaik, demikian dikutip Antara.
Glenn kembali mendapatkan sejumlah penghargaan dari ajang musik terbesar di Indonesia itu selama tiga tahun berturut-turut mulai tahun 2004-2006. Pada 2004, melalui lagu "Dibalas dengan Dusta" yang dipopulerkan Audy Item, ia ikut mendapatkan kredit di penghargaan Lagu Pop Terbaik AMI Awards.
Ia lalu menjadi Artis Solo Pria Pop Terbaik AMI Awards pada tahun 2005. Dan di tahun 2006 meraih titel Karya Produksi Jazz Terbaik melalui "Tega", serta Karya Produksi Lagu Berbahasa Asing Terbaik dan Tim Produksi Suara Terbaik untuk karya "When I Fall in Love".
Glenn meraih penghargaan lainnya dari AMI Award 2019 untuk Karya Produksi Kolaborasi Terbaik dan Karya Produksi Terbaik untuk lagu kolaborasinya bersama Yovie Widianto dan Tulus, "Adu Rayu".
Glenn juga meraih Piala Maya untuk Lagu Tema Terpilih di dua tahun, yakni 2014 melalui "Kembali Ke Awal" dan 2020 dengan "Cahaya dari Timur". Dari luar negeri, ia juga meraih penghargaan Anugerah Industri Musik Malaysia untuk Kategori Album Indonesia Terbaik tahun 2000 dan Lagu Terbaik Pilihan Pendengar di Planet Musik Award, Singapura, pada tahun yang sama.
Glenn Fredly Deviano Latuihamallo meninggal dunia pada Rabu petang dalam usia 44 tahun, di sebuah rumah sakit di Jakarta Selatan. Dunia musik tentu amat sangat kehilangan. Selamat jalan Kaka Glenn!
Editor: Agung DH