Menuju konten utama

Gig Economy, Antara Solusi Resesi dan Potret Pekerja Masa Depan

Gig Economy diprediksi bakal menjadi pekerjaan masa depan. Saat ini pekerja lepas di Indonesia sudah mencapai 46,47 juta orang.

Gig Economy, Antara Solusi Resesi dan Potret Pekerja Masa Depan
Perempuan pekerja menggunakan laptop di pantai. FOTO/Istock

tirto.id - Kecenderungan perusahaan merekrut pekerja bebas atau mandiri (freelance) yang kini dikenal dengan istilah gig economy, menunjukkan tren peningkatan.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pekerja lepas di Indonesia sudah mencapai 46,47 juta orang atau sekitar 32% dari total angkatan kerja yang mencapai 146,62 juta jiwa pada Februari 2023.

Gig Economy adalah istilah yang digunakan dalam dunia kerja freelance dimana karyawan bekerja dengan sistem kontrak jangka pendek. Para pekerja mandiri ini, diantaranya penulis, developer web, data analyst, digital marketer, konten kreator, pekerja di Gojek atau Grab, hingga influencer.

Keberadaan pekerja mandiri ini tidak dimungkiri menjadi penopang perekonomian di saat pertumbuhan ekonomi sedang melambat. Banyak korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang tertolong bisa tetap berpenghasilan dengan menjadi pekerja mandiri di beberapa perusahaan berbasis teknologi, seperti Gojek, Grab, hingga pemasar digital di toko online.

Dalam situasi perekonomian yang sulit, banyak perusahaan demi efisiensi biaya dan memenangkan persaingan justru senang mempekerjakan pekerja mandiri. Alasannya, perusahaan tidak terbebani dengan biaya tetap untuk gaji karyawan atau cukup membayar berdasarkan pekerjaan yang diselesaikan.

Banyak pengusaha menghemat pengeluaran, karena gambaran ekonomi makro di tahun 2023 masih suram. Analis Grup Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan perekonomian global akan mengalami perlambatan tajam di tahun ini. Bahkan pertumbuhan ekonomi negara adidaya, Amerika Serikat, di tahun 2023 diperkirakan hanya dikisaran 0,5%.

Menurut analisis Grup Bank Dunia, setiap perkembangan yang merugikan berisiko untuk mendorong perekonomian global ke dalam jurang resesi. Dalam situasi ketidakpastian perekonomian ini, freelancer menjadi alternatif pekerjaan yang menarik untuk pengusaha maupun pencari kerja.

Suka tidak suka, Gig Economy diprediksi bakal menjadi pekerjaan masa depan.

Infografik Pekerja Lepas

Infografik Pekerja Lepas. tirto.id/Ecun

Para milenial hingga Gen Z menunjukkan minat besar menjadi pekerja mandiri. Tak hanya di Indonesia, meningkatnya Gig Economy itu juga terjadi di banyak negara.

Survei peluang kerja di Amerika yang dilakukan oleh McKinsey menemukan fakta jumlah pekerja mandiri di Amerika menunjukkan tren meningkat, dari 27% di tahun 2016 menjadi 36% di tahun 2022. Sedangkan Bank Dunia menyebutkan sebanyak 1,57 miliar atau 46,4% dari tenaga kerja global saat ini berstatus sebagai freelancer.

Seiring perkembangan teknologi yang memungkinkan orang bekerja di mana saja dan kapan saja selama ada sinyal Internet, freelance menjadi pekerjaan pilihan di masa depan. Banyak anak muda saat ini yang memilih bekerja mandiri karena tidak terikat waktu bekerja, bisa bekerja dimana saja dan kebebasan penghasilan.

Mereka enggan bekerja sebagai karyawan konvensional, yang harus berangkat kerja subuh dan pulang larut malam untuk sekedar mendapatkan penghasilan UMR (Upah Minimum Regional).

Selain itu, bekerja freelance juga memudahkan setiap orang untuk meraih keseimbangan hidup (work-life balance), karena lebih mudah untuk mengatur waktu antara bekerja dengan kehidupan pribadi.

Bukan Outsourcing

Gig Economy ini berbeda dengan tenaga kerja outsourcing (alih daya). Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, karyawan outsourcing adalah karyawan kontrak yang dipasok oleh perusahaan penyedia jasa tenaga outsourcing. Pekerjaan outsourcing biasanya tidak berhubungan langsung dengan bisnis inti perusahaan. Misalnya, sopir, satpam, pekerja kebersihan, dan lainnya.

Jika pekerja mandiri memiliki fleksibilitas waktu dan capaian penghasilan, pekerja outsourcing justru terikat dengan aturan upah hingga waktu kerja dari perusahaan tempatnya bekerja. Kesamaan keduanya adalah baik pekerja mandiri maupun pekerja outsourcing tidak memiliki jenjang karir.

Meski tidak ada karir, banyak yang senang menjadi freelancer. Terbukti, menurut survei kepuasan pekerja Gig Economy AS di tahun 2021, sebanyak 77% menyatakan sangat puas dan hanya satu persen yang mengaku tidak puas dengan pekerjaannya.

Potensi pasar kerja freelancer juga semakin besar. Tahun 2023, volume pekerjaan untuk gig economy dalam skala global diperkirakan bakal menembus angka USD455,2 miliar atau mencapai kisaran di atas 6.500 triliun rupiah (asumsi kurs Rp14.500/USD).

Tips Cari Klien

Sebagaimana pekerja konvensional, gig economy juga bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Para freelancer harus kreatif untuk mendapatkan klien atau pekerjaan baru jika ingin terus mendapatkan penghasilan.

Jenis pekerjaan yang umumnya membutuhkan layanan para gig workers seperti guru les privat, pekerja konstruksi, jasa administrasi dan keuangan profesional, jasa transportasi, serta industri horeka (hotel, restoran, dan kafe).

Berikut ini beberapa tips mendapatkan pekerjaan baru yang bisa dilakukan oleh freelancer;

Pertama, membangun jaringan dan referensi dari klien, atau rekan sejawat profesional

Dengan referensi dari orang yang dikenal, freelancer akan lebih mudah mendapatkan klien baru. Sebab itu, pekerja mandiri jangan segan-segan menawarkan diri kepada orang-orang di sekitarnya.

Kedua, perbarui portofolio dan jaringan profesional

Buatlah portofolio dalam berbagai format, seperti situs web, video dan PDF. Freelancer juga bisa menyertakan surat lamaran dan biodata ringkas tentang dirinya untuk menyakinkan calon klien.

Jaringan professional juga dapat dibangun salah satunya melalui LinkedIn. Tidak hanya itu, para freelancer juga bisa mengoptimasi profil LinkedIn dengan meletakkan tautan ke situs web portofolionya, menambahkan foto profil profesional, ringkasan ketrampilan yang dimiliki dan pencapaiannya.

Selanjutnya, Freelancer bisa menambahkan proyek yang sudah selesai dikerjakan agar calon klien punya gambaran tentang hasil kerjanya.

Ketiga, promosikan skill atau hasil kerja

Untuk dapat menarik perhatian klien, tentu promosi menjadi sangat penting. Untuk memasarkan keahlian, freelancer bisa memanfaatkan media sosial seperti Twitter, Instagram atau TikTok.

Cara lainnya bisa juga dengan membuat blog. Memiliki blog sangat membantu untuk mendapatkan klien. Dari blog tersebut, calon klien bisa memiliki gambaran tentang freelancer yang ingin dikontrak. Blog menjadi media paling hemat untuk mengenalkan diri kepada calon klien.

Keempat, bergabung dalam platform freelancer

Saat ini terdapat banyak platform yang menyediakan informasi terkait kebutuhan jasa freelancer, bahkan lintas negara. Namun, saat menerima pekerjaan dari platform, perlu memperhatikan dengan seksama kontrak kerjasama dan sistem pembayaran untuk menghindari penipuan.

Kelima, jangan lupa mengembangkan keahlian

Penting untuk mempertimbangkan bagaimana keahlian yang dimiliki dapat diterapkan di berbagai jenis pekerjaan. Atau menambah keahlian baru yang diperlukan sesuai jenis pekerjaan yang diinginkan. Dengan begini, maka peluang untuk mendapat pekerjaan juga akan lebih besar.

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Suli Murwani

tirto.id - Ekonomi
Kontributor: Suli Murwani
Penulis: Suli Murwani
Editor: Dwi Ayuningtyas