tirto.id - Selama ini, rokok elektrik atau vape diklaim lebih aman dari rokok bakar. Risiko kesehatan akibat mengonsumsi rokok elektrik diyakini lebih kecil. Namun, konsumen vape tidak bebas sama sekali dari risiko penyakit berbahaya.
Di Indonesia, vape mulai marak dikonsumsi pada 2015. Sebelumnya, rokok elektrik ini baru memiliki pengguna dalam skala kecil.
Aroma asap vape yang tidak semenyengat rokok konvensional menjadikan tingkat toleransi terhadap produk ini cukup tinggi. Terlebih lagi, harga yang relatif murah dan klaim risiko kesehatan rendah membuat vape diminati banyak kalangan.
Akan tetapi, pada Agustus 2019, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengidentifikasi penyakit baru berkenaan dengan infeksi paru-paru disebabkan oleh konsumsi vape. CDC memberi nama penyakit ini Evali atau E-cigarette or Vaping-Product-Use Associated Lung Injury.
CDC merumuskan jenis penyakit baru ini berkenaan dengan merebaknya kasus infeksi paru-paru berbahaya dan fatal di beberapa wilayah di Amerika Serikat.
Peneliti dan dokter di sana menemukan kesamaan pola di antara para pasien yakni, mereka mengonsumsi rokok elektrik beberapa lama sebelum mengalami infeksi paru-paru.
Dikutip dari Yale Medicine, penyebab utama Evali bisa jadi vitamin E Asetat dan Tetrahidrocanabinol (THC) yang masuk ke tubuh saat penggunaan vape. Tetapi, para peneliti belum bisa menyimpulkan sebab tunggal infeksi paru-paru yang menyerang penghisap rokok elektrik ini.
Diagnosa penyakit Evali dianggap cukup pelik karena gejala-gejalanya menyerupai gangguan pernapasan lainnya, seperti pneumonia dan infeksi virus flu. Sebagaimana dilansir CDC, gejala Evali umumnya ialah:
- Nafas pendek-pendek
- Batuk-batuk
- Sakit dada
- Demam dan flu
- Diare, mual, dan muntah-muntah
- Jantung berdebar-debar
- Nafas dangkal dan cepat
Ketua Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P. (K) juga pernah menjelaskan alasan rokok elektrik bisa membawa efek berbahaya. Sifat iritatif dan oksidatif dari asap vape adalah salah satu sebab utamanya, di luar sebab substantif lain.
"Uap yang dihasilkan oleh rokok elektrik mengandung partikel halus seperti halnya asap yang dibakar oleh rokok konvensional yang dikenal sebagai particulate matter (PM). Partikel halus itu bersifat toksik merusak jaringan atau bersifat iritatif," kata Agus seperti dilansir Antara.
Sementara berdasarkan riset yang dipublikasikan American Journal of Preventive Medicine pada pertengahan 2019 lalu, penggunaan rokok elektrik dapat meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 30 persen dibandingkan orang yang tidak mengonsumsi vape sama sekali.
Jika seseorang mengonsumsi vape dan rokok bakar pada saat bersamaan, risiko penyakitnya pun lebih tinggi lagi. Infeksi paru-paru seperti bronkitis kronis, emfisema, asma, atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah jenis penyakit akut yang mengintai konsumen dua jenis rokok ini, selain Evali.
Bahkan, studi lain menemukan bahwa konsumsi vape dan rokok bakar secara bersamaan bisa menaikkan risiko penyakit stroke.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom