Menuju konten utama

Gangguan Kecemasan Sosial: Gejala dan Cara Mengatasinya

Cara mengatasi dan gejala gangguan kecemasan sosial.

Gangguan Kecemasan Sosial: Gejala dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi cemas. foto/istockphoto

tirto.id - Gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder) merupakan gejala yang bisa dialami setiap orang berupa perasaan takut akan penilaian orang, dipermalukan, dan dianggap tak sebanding dengan standar sosial.

Dilansir Help Guide, pikiran dan perasaan takut tersebut perlu segera diatasi. Tanda-tanda gangguan kecemasan bisa dilihat dari secara emosional, fisik, dan perilaku seseorang.

Tanda emosional dan gejala kecemasan sosial meliputi:

1. Merasa sadar bahwa dirinya cemas menghadapi situasi sosial.

2. Kekhawatiran yang dialami berhari-hari, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan.

3.Merasa takut ada yang menghakimi, selain itu takut diawasi oleh orang yang tidak dikenal.

4. Takut bertindak salah yang justru bisa memperlakukan diri sendiri, selain itu juga takut dipermalukan orang lain.

5. Takut terlihat gugup

Tanda dan gejala fisik gangguan kecemasan sosial meliputi:

1. Wajah merah atau memerah.

2. Sesak napas.

3. Perut mual.

4. Gemetar atau termasuk suara gemetar.

5. Jantung berdetak kencang atau sesak di dada.

6. Berkeringat.

7.Merasa pusing atau ingin pingsan.

Perilaku yang terlihat pada orang yang mengalami gangguan kecemasan sosial adalah:

1. Menghindari aktivias sosial yang melibatkan banyak orang.

2. Cenderung berdiam diri dan bersembunyi karena malu.

3. Tidak berani keluar sendiri, selalu bergantung pada teman dan ingin selalu ditemani kemana pun pergi.

4. Selalu minum sebelum menghadapi situasi sosial untuk menenangkan saraf.

Bagaimana cara mengatasi kecemasan sosial?

Gangguan kecemasan yang berlarut-larut harus mendapat penanganan tepat. Dilansir National Institute of Mental Health, sebelum menentukan perawatan yang tepat sebaiknya konsultasikan kepada dokter mengenai riwayat penyakit dan kondisi fisik untuk mendapatkan diagnosa yang tepat. Biasanya kecemasan sosial diatasi dengan psikoterapi maupun obat-obatan.

1. Psikoterapi

Jenis psikoterapi yang digunakan untuk menangani gangguan kecemasan biasanya terapi perilaku kognitif. Terapi mengajarkan berbagai cara berpikir, berperilaku, dan bereaksi terhadap situasi sosial yang membantu mengurangi kecemasan dan rasa takut. Terapi ini juga melatih keterampilan sosial dan disampaikan dalam format grup.

2. Supports group

Membentuk kelompok pendukung sangat membantu mengurangi rasa kecemasan. Dalam sekelompok orang yang semuanya memiliki gangguan kecemasan sosial, mereka akan saling menerima feedback yang jujur tanpa ada keberpihakan dan penilaian yang menakutkan.

Dengan cara ini, Anda dapat belajar, pikiran Anda tentang penghakiman dan penolakan tidak benar. Anda juga dapat mempelajari bagaimana orang lain dengan pendekatan gangguan kecemasan sosial dan mengatasi ketakutan akan situasi sosial.

3. Pengobatan

Ada tiga jenis obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gangguan ini, di antaranya anti-anxiety medications, antidepressants, beta-blockers.

Obat anti-anxiety berfungsi mengurangi kecemasan. Obat ini biasanya tidak diminum dalam jangka waktu yang lama. Karena jika digunakan terlalu lama maka dosis yang digunakan semakin tinggi dan menimbulkan ketergantungan. Dokter biasanya akan meresepkan jangka pendek untuk menghindari ketergantungan.

Obat antidepresan digunakan untuk mengobati depresi, tetapi juga membantu untuk gejala gangguan kecemasan sosial. Berbeda dengan obat anti-anxiety, antidepresan memerlukan waktu beberapa minggu untuk mulai bereaksi.

Namun, beberapa efek samping yang ditimbulkan seperti sakit kepala, mual, atau sulit tidur. Sebaiknya tetap berkonsultasi agar mendapat dosis yang sesuai.

Beta-blocker adalah obat-obatan yang dapat membantu memblokir beberapa gejala fisik kecemasan pada tubuh, seperti peningkatan detak jantung, berkeringat, atau tremor.

Baca juga artikel terkait KECEMASAN SOSIAL atau tulisan lainnya dari Meigitaria Sanita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Meigitaria Sanita
Penulis: Meigitaria Sanita
Editor: Dipna Videlia Putsanra