tirto.id - Jargon "love and hate" bisa jadi tepat untuk menggambarkan hubungan freckles dan ranah kecantikan. Ada momen saat freckles --bintik-bintik cokelat pada wajah dan bagian tubuh lain-- dianggap sebagai hal buruk yang membuat wanita tidak cantik. Pada tahun 1929, The New York Timespernah memuat pengumuman pemenang kontes kecantikan yang diraih seorang wanita dengan freckles pada wajah.
“A girl with freckles is no longer considered an ugly duckling. Freckles once were considered an affilcon almost in the same class with crossed eyes and buck teeth. But today a Chicago girl with a crop of freckcles on her face is a beauty contest winner,” demikian isi pengumuman di koran tersebut.
Pemenang kontes ini adalah Louis Wallis, gadis berusia 18 tahun yang mewakili Chicago di kontes kecantikan Miss America. Penerimaan juri di Amerika Serikat terhadap freckles tak serta merta mengubah persepsi masyarakat tentang kesan buruk freckles wajah.
The Independent pernah menulis laporan yang menyebut masyarakat Inggris tidak menganggap freckles sebagai hal baik. Freckles memang bisa berubah jadi hal buruk bila bintik-bintik pada tubuh semakin banyak dan terbukti berpotensi berubah jadi sel kanker.
Kenyataannya freckles pada wajah dinilai buruk karena tidak sesuai dalam standar kecantikan wanita yang mensyaratkan kulit mulus tanpa noda. Lewat artikel "Freckles in Vogue? Never" itu, The Independent juga menyebut beberapa literatur yang menggambarkan tokoh dengan freckles sebagai sosok yang tidak menarik.
Dampak besarnya? Sejumlah orang dengan freckles mengalami pelecehan verbal. Refinery 29 pernah mewawancara enam wanita dengan freckles di wajah. Nikia Phoenix, model dan bloger bilang kepada jurnalis Refinery 29 bahwa dirinya baru merasa "normal" saat seseorang yang tak sengaja ia temui saat berlibur memuji kecantikannya. Pada artikel yang sama, Andrea Claire, seorang penata rias, bercerita bahwa, “Ejekan dari orang lain sempat membuat saya terganggu. Ini pernah terjadi ketika saya masih sekolah di Taman Kanak Kanak. Gangguan dari mereka bikin saya menangis sepanjang perjalanan menuju rumah.”
Stephanie Vendetti, pendiri situs How To Be A Redhead berkata kepada Refinery 29 bahwa dirinya menganggap freckles itu baik setelah sang tante memberi buku berjudul Freckle Juice. “Hal tersulit dari memiliki freckles adalah Anda tampak berbeda dari kebanyakan orang. Sebagai remaja, kita pasti ingin tampil sama dengan yang lain. Ketika sudah dewasa, saya ingin freckles dilihat sebagai aksesori yang sebenarnya. Saya pun jadi terobsesi dengan freckles. Tunangan saya selalu bilang ‘Kamu tidak akan jadi Stephanie jika freckles itu hilang.”
Lambat laun, kabar tentang produk-produk dan teknik perawatan penghilang freckles berganti dengan kisah-kisah selebritas yang menunjukkan bintik-bintik di wajah. Pada tahun 2014, majalah Porter menampilkan potret wajah close up Emma Watson pada sampul majalah. Di foto itu freckles di wajah Watson terlihat jelas. Foto didukung dengan konten cerita sampul, menceritakan Watson sebagai wanita yang berupaya tampil nyaman apa adanya dengan tidak mengikuti omongan orang lain.
Beberapa bulan setelah majalah itu terbit, British Vogue menampilkan Taylor Swift sebagai sampul majalah. Val Garland, penata rias Swift untuk pemotretan tersebut melukis freckles buatan untuk Swift. Menurutnya, teknik tersebut adalah trik modern agar wajah terkesan muda. Garland menggambar freckles dengan pensil alis. Ia merasa tindakan tersebut bisa mewujudkan keinginan fotografer Mario Testino untuk menunjukkan karakter Swift yang terkesan spontan.
Pada tahun yang sama, Garland juga membuat freckles palsu atau yang biasa disebut faux freckles pada wajah sejumlah model yang berjalan di ajang London Fashion Week.
Freckles ternyata jadi hal yang diminati di ranah kecantikan era kiwari. Terutama bagi kaum muda. Bintik-bintik pada wajah jadi cara mengeksplorasi gaya riasan. Artikel "This Bizzare New Trend Is Suprisingly Pretty" menampilkan ragam potret wajah model dan influencer dengan lukisan bintik-bintik pada wajah. Freckles berubah jadi bintik-bintik berwarna biru, emas, merah, cokelat, dan ungu yang dilukis dengan berbagai bentuk.
Di Indonesia, gaya rias wajah yang menunjukkan faux freckles dipraktikkan oleh beberapa penata rias dan influencer kecantikan. Vinna Gracia ialah salah satu penata rias yang mempraktekkan teknik ini. Lewat akun Instagram, ia mengaplikasikan gaya natural freckles pada selebgram Tasya Farasya dan penyanyi Ashanti. Teknik Vina kemudian diikuti dan dipraktikkan ke wajah selebritas lain misalnya Titi Kamal. Gaya riasan ini pun seketika menjadi viral.
Tiap selebgram dan makeup artist punya cara sendiri dalam membentuk freckles. Benda-benda yang digunakan di antaranya ialah ujung jepit biting, bagian bundar dari jarum pentul, dan ikat rambut berbahan busa. Material untuk melukis freckles ialah produk cat wajah atau gel guna membentuk eyeliner.
Bagi orang yang ingin punya freckles tahan lama, bisa melakukan praktik tato freckles. New Beautymenyebut bahwa harga tato freckles dimulai dari 250 dolar dan bisa bertahan selama tiga tahun. Teknik ini belum populer di Indonesia. Namun bila kegemaran terhadap freckles berlangsung lama, bisa jadi tato freckles muncul sebagai layanan baru di klinik kecantikan.
Editor: Nuran Wibisono