tirto.id - Kehamilan merupakan saat yang ditunggu oleh pasangan baru, tak terkecuali Dorothea Andra Dhesna. Beberapa bulan setelah menikah, ia senang ketika mengetahui dirinya hamil. Namun, Dhesna galau ketika mendengar bahaya kosmetik untuk perempuan hamil.
“Tetap pengin jaga penampilan aja. Terutama kalau ada acara kondangan,” cerita Dhesna.
Biasanya, wanita berusia 27 tahun ini menggunakan kosmetik asal Korea yang ia sendiri tak paham komposisinya, tapi demi kesehatan janinnya, Dhesna berkonsultasi dengan dokter di klinik kecantikan. Dhesna juga mencari informasi di internet tentang kandungan kosmetik yang berbahaya bagi perempuan hamil.
Setelah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, pilihan Dhesna jatuh pada salah satu klinik kecantikan yang mengklaim menggunakan bahan alami dan aman untuk janin. Walau dinyatakan aman, rasa takut tetap menghantui Dhesna. Ia pun membatasi penggunaan skincare.
“Aku soalnya pakai seminggu sekali, untuk ke gereja atau kondangan aja. Maklum, hamil anak pertama. Jadi masih hati-hati banget,” tutur Dhesna.
Dhesna juga menceritakan bahwa ia baru menggunakan kosmetik kala usia kandungan memasuki trimester kedua. Empat bulan pertama kehamilan adalah waktu janin terbentuk, sehingga ia sangat menjaga tubuhnya.
Cerita lain disampaikan Aditya Miranti. Bekerja sebagai auditor sebuah Badan Sertifikasi untuk ISO mengharuskan perempuan berusia 31 tahun ini untuk memoles wajahnya dengan makeup setiap hari. Saat mengetahui kehamilannya, ia langsung berkonsultasi dengan dokter kandungan.
“Konsultasi dulu. Kata dokter kalau sehari gitu enggak terlalu berlebihan makeup-nya enggak apa-apa, tipis-tipis saja. Cuma kalau malam, mukanya diistirahatkan,” kata perempuan yang akrab disapa Dita.
Dita juga berkonsultasi dengan dokter di klinik tempat ia biasa melakukan perawatan wajah. “Terus dikasih krim yang cocok untuk ibu hamil,” ujar Dita.
Meski tak mengetahui kandungan dalam kosmetik yang ia gunakan, Dita tak merasa waswas. Selain sudah berkonsultasi dengan dokter kandungan, Dita mempercaya klinik kecantikan langganannya itu.
Dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, dr. Kathleen Juanita Gunawan Soenario, Sp.OG menjelaskan bahwa tak ada masalah bagi wanita hamil untuk menggunakan kosmetik, dengan catatan produk yang digunakan harus memiliki surat izin dari BPOM.
“Produk seperti sunblock [dan] pelembab itu nggak ada masalah, apalagi untuk sunblock. Ibu hamil tentu harus melindungi diri juga dari paparan sinar matahari. Sunblock aman,” tutur Kathleen.
Kathleen menerangkan bahwa kosmetik yang patut diwaspadai untuk perempuan hamil adalah obat jerawat. Pasalnya, tak semua obat jerawat memiliki kandungan aman. Terlebih faktor hormon pada ibu hamil dapat membuat jerawat bertambah parah. Ia menyarankan kepada perempuan hamil untuk berkonsultasi dengan dokter jika mereka berjerawat.
Hal itu dilakukan Yunika Dwi Muzdalifah. Kehamilan membuat wajahnya penuh jerawat berukuran besar. Sebelum hamil, ia biasa menggunakan kosmetik dari klinik kecantikan, tetapi saat hamil ia memilih menggunakan produk yang dijual bebas di pasaran.
“Kalau perawatan kulit, aku pakai produk yang dijual bebas di pasaran. Tapi konsultasi dulu ke dokter kulitku. Itu pun awalnya takut memakainya,” ungkap Yunika.
Meski begitu, Yunika tak menggunakan produk itu setiap hari. Sebab, mood perempuan hamil sering berubah-ubah, termasuk keinginan untuk memoles wajah. Kekhawatiran Yunika berkurang setelah mendengar penjelasan dokter. “Intinya, kalau hamil jangan asal pakai makeup dan skincare, karena nanti efeknya bisa ke janin,” kata Yunika.
Bahan Kosmetik dan Perawatan yang Dilarang bagi Ibu Hamil
Dalam studi “A Review of the Safety of Cosmetic Procedures During Pregnancy and Lactation”, Trivedi, dkk. menulis bahwa ibu hamil wajib mengkonsultasikan prosedur penggunaan kosmetik yang mereka gunakan kepada dokter berkompeten agar mengetahui risiko penggunaannya.
Dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, dr. Kathleen Juanita Gunawan Soenario, Sp.OG pun menjelaskan ada beberapa zat kimia yang tak dianjurkan untuk ibu hamil, yakni tembaga, merkuri, dan turunan vitamin A seperti retinoid (asam retinoat).
“Kandungan tersebut sudah terbukti menyebabkan kecacatan di janin, sehingga dalam penggunaannya kita batasi,” kata Kathleen.
Pernyataan Kathleen senada dengan penelitian “Safety of Skin Care Products During Pregnancy” yang dilakukan oleh Pina Bozzo, dkk. bahwa hidrokuinon dan asam retinoat topikal merupakan komponen dalam kosmetik yang berbahaya bagi ibu hamil. Zat-zat ini bisa menimbulkan dampak sistemik saat terserap oleh tubuh, bahkan bagi pengguna secara umum.
Menilik penelitian Eric Selorm Agorku, dkk. (pdf) di Ghana, hidrokuinon memiliki efek toksisitas yang bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan hati, keracunan, muntah darah, kejang, hingga koma. Hidrokuinon biasanya akan terserap oleh tubuh sebesar 35-45 persen pemakaian.
Asam retinoat topikal juga berbahaya jika digunakan oleh perempuan yang sedang hamil. Meski porsi komponen ini yang terserap tubuh tak sebesar hidrokuinon, Pina Bozzo, dkk. mencatat 4 kejadian bayi lahir cacat akibat adanya kandungan zat ini. Hidrokuinon biasanya ada dalam pemutih kulit atau untuk produk yang mengatasi flek hitam, sedangkan asam retinoat biasanya ada dalam produk obat jerawat oles.
Meski ada beberapa bahan yang sama sekali tak boleh dipakai, ibu hamil tak perlu risau jika produk perawatan dan kosmetiknya tak mengandung zat-zat berbahaya itu. “Semua [produk kecantikan] berdasar penelitian. Kan enggak mungkin dokter memberi yang enggak aman,” tutur dr. Kathleen.
Kathleen pun menyarankan kepada wanita yang sedang merencanakan kehamilan untuk menginformasikan kepada dokter kecantikannya. Sebab, biasanya, perempuan hamil tak langsung menyadari kehamilannya.
“Kalau mau 100 persen aman, sebenarnya tidak usah menggunakan kosmetik saat hamil. Terutama sebenarnya yang masih hamil muda, di bawah trimester 1, di bawah 3-4 bulan itu hati-hati saja, karena janin baru membentuk organ penting, tentu akan lebih mudah terpengaruh apapun zat yang masuk ke ibunya,” kata dr. Kathleen.
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani