tirto.id - Bagi sebagian orang, menjadi tua adalah hal menakutkan karena akan diperhadapkan dengan kulit yang mulai mengerut. Saat pantulan wajah di cermin memperlihatkan sedikit kerutan di wajah, mereka merasa gelisah. Banyak upaya dilakukan untuk menghindari kerutan datang, misalnya rajin berolahraga atau mengatur pola makan
Namun, ada juga yang menenggak obat untuk menghambat penuaan, menggunakan krim anti-penuaan, hingga cara cepat dan instan dengan suntik botox. Cara yang terakhir banyak dipilih jika ingin cara cepat.
Botox merupakan salah satu prosedur awet muda yang resmi dan sudah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Peresmian dan surat izin botox sudah diterbitkan sejak 1991. Botox pun menjadi pilihan bagi 6,7 juta perempuan di AS untuk menghilangkan kerutan pada 2015 menurut laporan American Society of Aesthetic Plactic Surgeons.
Suntik botox lazimnya dilakukan oleh perempuan yang berusia di atas 40 tahun. Namun, para perempuan muda kini banyak yang mulai khawatir akan penuaan dini sehingga mereka pun memilih ikut melakukan suntik botox.
American Academy of Facial Plastic and Reconstructive surgery (AAFPRS) mengungkapkan bahwa botox yang dilakukan oleh perempuan muda berusia 20 hingga 29 tahun di AS mencapai 100 ribu orang. Laporan tahun 2016 menunjukkan perempuan muda yang melakukan botox meningkat 64 persen.
Fenomena botox juga dapat dijumpai di Indonesia. Menurut dokter kecantikan Olivia Ong, “Pasien saya ada 3.300 dan pasien botox usia remaja dari 16 sampai 20 tahun meningkat sekitar 30 persen,” katanya, seperti dilaporkan CNN.
Jika dilihat dari segi biaya, botox tergolong dalam perawatan wajah berbiaya mahal. Menurut data Statista, biaya untuk melakukan suntik botox di Jakarta pada 2015 berada di atas angka $355. Untuk kawasan Asia, suntik botox termahal ada di Shanghai yakni $1.293.
Kaum Adam juga Suka Botox
Suntik botox tak hanya menggoda kaum Hawa, tetapi juga kepada kaum Adam. Menurut American Society of Plastic Surgeon, antara rentang 2000-2010, pria-pria yang menjalani prosedur botox meningkat hingga 25,8 persen. Menurut AAFPRS, sepanjang 2014-2015 terdapat 411 ribu prosedur botox yang dilakukan pada pria di AS. Alasannya beragam, demi meningkatkan penampilan hingga untuk meningkatkan kepercayaan diri di lingkungan pekerjaan dan asmara.
Suntik botox pada pria tidak hanya mengurangi kerutan pada wajah, tetapi juga berpengaruh pada hal lain seperti mengatasi keringat berlebihan di daerah ketiak. Secara umum, kelenjar keringat pria lebih aktif dibandingkan perempuan. Dari segi prosedur, dosis botox yang diberikan kepada pria lebih tinggi dibandingkan perempuan karena umumnya memiliki otot yang lebih banyak, terutama di bagian dahi.
Dailymail yang melaporkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 1000 pasien di klinik kecantikan Inggris pada 2015, rata-rata pria yang melakukan suntik botox berusia 35 hingga 45 tahun. Mereka umumnya baru bercerai atau yang ingin lebih baik dalam kehidupan cintanya. Tak hanya itu, satu dari sembilan pria melakukan suntik botox saat jam makan siang dan membayarnya tunai—bukan dengan kartu kredit—agar tidak diketahui orang lain.
Sejumlah pria di Inggris ini melakukan suntik botox tanpa memberitahu istri atau pun kekasihnya sebab jenis perawatan ini dianggap khusus perempuan. Di sisi lain, pria di Inggris tergila-gila dengan penampilan “English look” yang cenderung menampilkan wajah muda, segar, dengan mata yang berbinar. Sehingga salah satu cara untuk mendapatkan penampilan itu adalah dengan botox.
Selama lima tahun terakhir, minat pria di Inggris untuk botox tak menunjukkan angka penurunan malah meningkat. Sudah lebih dari satu juta prosedur botox yang dilakukan oleh pria di Inggris.
Kontroversi Botox
Botox berasal dari kata botulinum toxin A yakni protein murni yang diekstraksi dari bakteri Clostridium botulinum. Suntikan botox ini akan melemahkan atau menghalangi otot-otot berkontraksi. Hasilnya, ketika otot tidak berkontraksi, kulit akan mengencang dan terlihat halus. Berbagai kerutan di wajah pun hilang. Memiliki kulit yang bebas dari kerutan adalah dambaan setiap perempuan termasuk pria metroseksual.
Namun, botox hanya akan memberi Anda kecantikan atau ketampanan sesaat, hanya empat hingga enam bulan. Setelah itu, otot-otot wajah akan kembali mengerut. Jika Anda ingin selalu memiliki kulit wajah yang kencang dan selalu terlihat muda, bersiap-siaplah untuk mengalokasikan dana lebih. Sebab, Anda harus menyuntik botox secara rutin setiap enam bulan sekali.
Selain itu, dalam Aesthetic Nursing, kaum muda berusia di bawah 25 tahun diingatkan bahwa suntik botox bisa membikin orang berhenti mengekspresikan emosi secara lepas. Menurut perawat Helen Collier yang melakukan riset tersebut, kemampuan manusia untuk menunjukkan berbagai emosi sangat tergantung pada ekspresi wajahnya.
"Emosi seperti empati dan simpati membantu kita untuk bertahan dan tumbuh sebagai manusia dewasa yang percaya diri dan komunikatif. Ketika Anda menghapus semua ekspresi, ini akan membatasi perkembangan emosi dan sosial mereka," kata Collier, seperti dikutip BBC.
Hal senada juga diungkapkan artis cantik Nicole Kidman yang pernah melakukan suntik botox. Usianya yang tak muda lagi mendorongnya melakukan suntik botox agar mengembalikan kecantikan dirinya serta menghilangkan kerutan di wajahnya. Namun, itu tak bertahan lama. Dia merasa ada yang aneh dengan wajahnya. Dia merasa wajahnya kaku, lalu dia pun memutuskan untuk berhenti menyuntik botox.
“Saya menyesal menggunakan botox. Saya terlihat seperti tanpa ekspresi,” ujar Kidman seperti dikutip Genius Beauty.
Untuk penggunaan jangka panjang, suntik botox juga dikhawatirkan malah bisa membuat kulit kehilangan kekenyalannya. Lama-lama, pengguna suntik botox bisa terlihat lebih tua karena massa ototnya berkurang.
Sebuah studi dari para peneliti di Fakultas Kinesiology, University of Calgary menunjukkan efek buruk suntikan botulinum toksin A yang diujicobakan pada hewan. Botox, menurut penelitian mereka, menyebabkan kelemahan otot di seluruh tubuh, termasuk otot yang jauh dari lokasi suntikan.
"Kami terkejut dengan tingkat kehilangan otot dan atrofi pada organ yang tidak disuntik dengan Botulinum toxin," kata Rafael Fortuna, penulis penelitian tersebut. "Paper [kami] memunculkan beberapa pertanyaan penting soal penggunaan terapi jangka panjang botox, terutama pada anak-anak dan remaja."
Penulis: Yantina Debora
Editor: Maulida Sri Handayani