tirto.id - Pemerintah tidak akan memperpanjang program insentif impor untuk kendaraan listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) yang berakhir pada tahun ini. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mendorong percepatan produksi kendaraan listrik di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Rachmat Kaimuddin, mengatakan bahwa program fasilitas bebas bea masuk dan PPnBM untuk BEV impor akan ditutup sesuai jadwal.
“Hari ini kita belum ada rencana untuk memperpanjang (impor). By definition tahun ini, karena kalau enggak nanti diperpanjang terus sampai kapan? Nanti minta lagi, minta lagi,” kata Rachmat di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta, Kamis (10/9/2025).
Penegasan ini sekaligus menjadi sinyal kuat bagi para perakit kendaraan yang selama ini mengandalkan skema impor Completely Built-Up (CBU) untuk segera merealisasikan investasi pabrik di Indonesia.
Dia menjelaskan, latar belakang lahirnya insentif impor ini adalah agar para produsen mobil listrik di mau membangun fasilitas produksi di dalam negeri.
“Jadi memang tadi kita masih impor nih. Tapi kan yang kita kasih impor, orang yang janji mau bikin pabrik. Untuk memproduksi di Indonesia. Akhir tahun ini, program impor itu akan berakhir,” ujarnya.
Dengan berakhirnya era impor mudah ini, pemerintah menargetkan produksi kendaraan listrik dalam negeri dapat melesat signifikan pada 2026. Pemerintah menargetkan 100.000 unit dapat diproduksi dari pabrikan lokal.
“Jadi harapan kita di 2026, angka tadi yang 100 ribu tadi. Kalau bisa itu semuanya atau majority buatan Indonesia,” tutur Rachmat.
Untuk mewujudkan target tersebut, pemerintah menyoroti kesiapan sejumlah produsen otomotif global yang telah menanamkan investasi dan membuka pabrik di Indonesia, seperti BYD, VinFast, dan Geely.
Pabrik-pabrik mereka yang sedang dalam tahap pembangunan diharapkan dapat segera beroperasi dan menambah kapasitas produksi nasional.
“Mereka kan seperti yang kita ketahui sudah sedang membangun ya. Mereka yang ikut program... itu berarti adalah yang sudah janji untuk bikin pabrik atau berproduksi di Indonesia,” tambahnya.
Meski mengakui bahwa realisasi produksi dalam negeri pada tahun ini masih berkisar 35.000 unit, sementara 65.000 unit lainnya masih dipenuhi melalui impor (CBU), ia yakin kapasitas produksi dapat ditingkatkan secara drastis tahun depan.
“Harusnya bisa. Karena hari ini kan tadi kalau kita lihat estimasi kita 35 ribu di dalam negeri. 65 ribu yang CBU ya. Ya mungkin bisa cek sendiri aja kapasitas produksi yang ingin dibangun teman-teman itu,” ucapnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































