tirto.id - Perempuan berkerudung tosca itu terlihat sibuk saat kami datang berkunjung. Ia tampak melayani pelanggan yang sedang makan di restorannya. Selang beberapa menit kemudian, kami dipersilakan masuk ke dalam ruangan berukuran sekitar 3x6 meter tersebut.
Di dalam restoran yang cukup mungil itu, terdapat dua meja makan besar dan satu meja makan kecil. Dindingnya terdapat beberapa foto yang dipajang serta sejumlah bendera negara di Asia, termasuk Indonesia. Sementara di dinding dekat pintu masuk ke dapur terdapat tulisan yang cukup mencolok: Halalo Pickles.
Nama pemilik restoran ini adalah Fatimah. Perempuan kelahiran 1972 itu berasal dari Myanmar. Restoran halal milik Fatimah ini berada di wilayah yang dikenal dengan Kampung Tentara, di Kota Taoyuan, Taiwan.
Fatimah tentu tak ujug-ujug bisa punya restoran halal di wilayah yang menjadi destinasi wisata multietnik dan kultur tersebut. Awalnya ia hanya membuat makanan asinan yang dimasukkan dalam toples. Usaha yang ia dan suaminya rintis ini cukup maju hingga suatu ketika diundang pemerintah setempat untuk ikut lomba.
“Akhirnya menang lomba sebanyak dua kali. Selain itu, ikut lomba kecil-kecilan juga antar komplek,” kata Fatimah saat ditemui di restonya, Selasa (11/2/2025).
Fatimah bercerita, setelah ikut beberapa lomba dan menjadi juara, pemerintah setempat mengadakan bazar dan ia diundang untuk ikut berjualan. Hal ini menjadi momentum bagus bagi Fatimah. Ia mendapat masukan bagus dari para koleganya “kenapa enggak buka resto sendiri?”
“Jadi dari asalnya buat masakan asinan, berubah menjadi restoran,” kata Fatimah.
Menurut Fatimah, dulu restorannya cukup besar, bisa menampung sekitar 50 sampai 60 orang pelanggan. Namun, kata dia, pemilik tanah mengambil setengahnya. Akibatnya, restoran dia saat ini, hanya sekitar tiga meteran lebarnya.
Dalam waktu dekat ini, rencana restoran dia akan pindah ke tempat yang lebih luas, tapi tetap di lingkungan Kampung Tentara, di Kota Taoyuan.
Melayani Acara Kawinan hingga Tumpengan
Rice noodle atau mi beras adalah makanan favorit di Kampung Tentara ini. Sebab, dalam sejarahnya para veteran tentara perangtriangle dari kelompok Partai Nasionalis, yang akhirnya bermukim di Taoyuan, rerata berasal dari Yunnan. Makanan khas lokal Yunnan adalah rice noodle.
Meski demikian, tidak semua rice noodle yang dijual di restoran di wilayah Kampung Tentara tersebut halal. Inilah yang membedakan restoran Fatimah dengan sejumlah resto lain yang juga berjualan rice noodle.
“Kalau rice noddle yang paling terkenal di sini adalah rice noddle yang rasa seafood. Karena di daerah sini, hanya satu-satunya yang pakai seafood,” kata Fatimah saat ditanya soal menu andalannya.
Di sisi lain, Fatimah hanya buka restoran dari pukul 07.00 hingga 14.00 waktu setempat. “Sore hari sudah istirahat,” kata Fatimah bercerita.
Selain makanan utama, Fatimah juga menerima pesanan tumpeng, dan roti-rotian seperti canai, juga snack-snack lainnya. Apalagi, Fatimah juga sering menerima orderan dari restoran-restoran lain. Ia juga sebagai supplier.
“Ini samosa makanan khas India, kami buat dan suplai ke restoran-restoran lainnya,” kata dia sambil menunjukkan stoknya.
Ia menambahkan, “Bubur ketan juga jual. Ketan hitam dibuat seperti kayak mochi.”
Selain itu, Fatimah juga sering membantu orang Indonesia mengadakan acara perkawinan di daerah tersebut. Misalnya membuat tumpeng dan sejenisnya. Siang itu, kami berkesempatan mencicipi tumpeng buatan Fatimah. Rasanya sangat nikmat.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Andrian Pratama Taher