Menuju konten utama

Fakta Menarik Penemuan Fosil Manusia Berusia 7200 Tahun di Sulawesi

Sejumlah fakta menarik dari hasil analisis DNA kerangka manusia berusia 7.200 tahun yang terkubur di Gua Leang Panninge, Sulawesi Selatan.

Fakta Menarik Penemuan Fosil Manusia Berusia 7200 Tahun di Sulawesi
(Ilustrasi) Wisatawan memegang peninggalan peradaban purba saat mengunjungi situs cagar budaya Loyang Mendale di Takengon, Aceh Tengah, Minggu, (11/3). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

tirto.id - Laporan hasil analisis terhadap DNA kerangka manusia homo sapiens berusia sekitar 7.200 tahun yang ditemukan di Sulawesi, baru-baru ini menarik perhatian. Ada sejumlah fakta unik di laporan tersebut.

Fosil itu ditemukan di Gua Leang Panninge, situs arkeologi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Eskavasinya merupakan kolaborasi arkeolog dari Griffith University dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS) yang bekerja sejak 2015.

Salah satu fakta menarik dari temuan mereka adalah bahwa fosil yang dijuluki Besse itu memiliki kemiripan karakter morfologis dengan bangsa Australo-Melanesian. Ia juga bisa dibilang kerabat jauh penduduk asli Australia (Aborigin) dan Papua.

Penamaan Besse kepada fosil ini disesuaikan dengan budaya Bugis, merujuk kepada sebutan bagi putri kerajaan sebelum diberi nama. Sebab, fosil itu diindentifikasi sebagai perempuan berusia 17-18 tahun saat penguburannya.

Hasil identifikasi terhadap DNA dari fosil itu juga menandai sejarah penemuan jejak manusia masa berburu-meramu dari kelompok Toalean di wilayah Wallace, istilah untuk gugusan pulau di antara Kalimantan dan Papua Nugini. Toalean merupakan kelompok manusia pemburu-pengumpul yang pernah hidup di hutan-hutan Sulawesi Selatan sejak 8.000 tahun lalu.

Berdasar identifikasi pada genome fosil Besse, ditemukan bahwa manusia purba itu punya sejarah keturunan unik karena tidak sama dengan manusia mana pun, baik purba maupun modern.

Identifikasi genome Besse dilakukan dengan melakukan komparasi terhadap manusia modern dari Asia Timur, Asia Tenggara, dan Oceania. Fosil Besse secara genetik punya kemiripan dengan orang-orang penghuni asli Australia dan Papua Nugini. Kemiripan pun ditemukan dengan karakter genetik manusia dari Asia Timur.

Mengutip publikasi Griffith University, para arkeolog kampus tersebut menyimpulkan bahwa nenek moyang manusia Besse kemungkinan menjadi bagian dari migrasi manusia purba dari Asia menuju Sahul yang melewati Wallacea. Namun, kelompok Toalean tidak melanjutkan perjalanan ke Sahul dan menetap di Sulawesi sekitar 8.000 hingga 1.500 tahun silam.

Fakta menarik lainnya, ada indikasi kuat bahwa manusia di Gua Leang Panninge pada 7.200 tahun lalu sudah mengenal kepercayaan. Sebab, manusia Besse ditemukan seperti dalam posisi terkubur secara sengaja. Kerangkanya ditemukan dalam posisi miring dan di sekelilingnya diletakkan batu.

Ini merupakan tanda masyarakat Toleans sudah mengenal budaya penguburan. Tradisi penguburan biasanya hidup dalam masyarakat yang sudah memiliki kepercayaan.

Selain itu, fosil Besse ditemukan bersama kumpulan batu yang identik dengan masa neolitik. Jenis bebatuan mikrolit, batuan kecil, red-arche, dan tulang binatang buas turut ditemukan pada tahap ekskavasinya. Hal ini memperkuat kesimpulan bahwa manusia Besse bagian dari Toalean.

Berdasar penelitian, lapisan budaya kedua di situs Panninge identik dengan tradisi Toalean. Artefak budaya Toalean juga ditemukan selama ekskavasi situs Panninge. Alhasil, penemuan fosil Besse di situs Panninge memberi titik terang terhadap perdebatan arkeolog mengenai asal-usul Toalean.

Baca juga artikel terkait MANUSIA PURBA atau tulisan lainnya dari Salsabella Adista Trisnu Pramesti

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Salsabella Adista Trisnu Pramesti
Penulis: Salsabella Adista Trisnu Pramesti
Editor: Addi M Idhom