tirto.id - Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Harry Widianto mengatakan fosil manusia purba Homo Erectus yang ditemukan di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah diperkirakan merupakan yang tertua di Indonesia.
Fosil Homo Erectus berupa bonggol tulang paha, pecahan rahang dan akar gigi itu diperkirakan berusia 1,8 juta tahun.
Artinya, usia fosil itu jauh lebih tua dari manusia purba yang sebelumnya ditemukan di Sangiran. Fosil manusia purba di Sangiran hanya berusia sekitar 1,5 juta tahun.
"[Fosil di] Bumiayu lebih tua daripada Sangiran. Lebih tua sekitar 300 ribu tahun [...] Penemuan [fosil homo erectus berusia] 1,8 juta tahun di Bumiayu membuat Out of Africa itu dicoret," kata Harry saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (11/7/2019).
Yang ia maksud adalah teori "Out of Africa" yang selama ini menyebut bahwa Homo Erectus berasal dari Afrika pada 1,8 juta tahun lalu, kemudian menyebar ke Eropa, Asia, hingga Sangiran.
Menurut Harry, temuan di Bumiayu membuat teori "Out of Africa" berpotensi dikoreksi. Sebab, fosil Homo Erectus di Bumiayu usianya sama dengan yang ditemukan di Afrika.
Temuan fosil Homo erectus atau manusia berjalan tegap di kawasan Kali Bodas Bumiayu ini telah dicek. Tim peneliti arkeologi yang dipimpin oleh Harry telah melakukan riset lapangan pada 17 Juni hingga 4 Juli 2019 untuk mengetahui usia fosil tersebut.
Hasil penelitian lapangan itu mengonfirmasi bahwa fosil tersebut berasal dari endapan paling bawah formasi Kali Glagah. Hal itu diketahui karena terdapat napal karbonat yang berasal dari endapan Kali Glagah dan menempel pada fosil.
"Dari situ kita tahu, asalnya satu-satunya dari napal karbonatal yang ada di Kali Bodas atau bagian dari formasi Kali Glagah, bagian bawah tengah. Ini usianya minimal 1,8 juta tahun," kata dia.
Meskipun dari pertanggalan berdasarkan lapisan bumi menunjukkan usianya 1,8 juta tahun, tetapi Harry akan mengonfirmasinya dengan penanggalan absolut untuk memastikan usia fosil tersebut.
Guna mendapatkan penanggalan absolut, kata Harry, akan dilakukan uji sampel terhadap temuan fosil di Bumiayu ke Perancis untuk penanggalan argon-argon dan ke Cina untuk vision track.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Addi M Idhom