tirto.id - Gagasan untuk berdiet ala manusia zaman Paleotikum alias manusia purba muncul sejak tahun 1975. Gaestroentologis Walter Voegtlin mencetuskan gagasan itu dalam bukunya Diet Cult. Pada 2002, Loren Cordain, seorang doktor nutrisi dari Universitas Utah kemudian mempopulerkan gagasan ini dalam bukunya berjudul The Paleo Diet.
Sebagaimana namanya, diet ini terinspirasi dari pola hidup manusia zaman Paleotikum. Cordain dalam bukunya menegaskan bahwa diet ini bisa berhasil jika mengikuti apa yang disebutnya Gaya Hidup Paleolitikum: pola hidup, terutama gaya makan (bahan-bahan makanan) yang dikonsumsi para manusia purba.
Cordain mendefinisikan kadar makanan tersebut menjadi: 55 persen kalori sehari-hari dari makanan laut dan daging tanpa lemak dibagi seimbang, 15 persen kalori sehari-hari dari buah-buahan, sayur-mayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Tanpa susu, gandum, garam, apalagi gula.
Mengapa tanpa susu, gandum, garam, dan gula? Jawabannya berkait-kelindan dengan cara manusia Paleolitikum bertahan hidup. Pada era prasejarah yang terjadi 26 juta tahun lalu itu, manusia belum mengenal cara bertani. Mereka cenderung hidup mengandalkan lingkungan sekitarnya, termasuk makanan yang mereka konsumsi.
Teknologi masih terbatas, sehingga buah-buahan, sayur mayur, ikan, dan daging hewan darat jadi pilihan menu mereka. Keterbatasan pengetahuan juga menjauhkan manusia purba dari konsumsi susu, gandum, garam, apalagi gula. Diet Paleo bukan menolak fakta nutrisi yang terkandung dari bahan-bahan tersebut, tapi membatasinya, sebab makanan-makanan itu tak dikonsumsi manusia zaman Paleolitikum.
Para pendukung teori diet ini juga meyakini bahwa pola makan manusia purba jauh lebih sehat karena diperoleh secara alami, tanpa olahan khusus seperti yang dikonsumsi manusia modern zaman ini. Bahan-bahan alami serta cara-cara manusia purba mengonsumsi makanannya dianggap lebih cocok bagi metabolisme manusia sehingga berkhasiat menjauhkan dari ragam penyakit kompleks dan kronis yang ada hari ini.
Sarah Elton dari Universitas Durham, salah satu pendukung teori ini mengungkapkan, salah satu penyebab penyakit-penyakit itu muncul adalah ketagihan pada susu dan gandum yang tercipta dari revolusi cara bercocok tanam. Menurut Elton, gaya hidup modern benar-benar menguji daya tahan tubuh manusia—yang nyatanya berlawan secara alamiah—sehingga menimbulkan penyakit-penyakit yang tak dirasakan manusia zaman dulu.
Matt McMillen, penulis dari situs kesehatahn WebMD, mengungkap bahwa mengeliminasi gandum, susu, makanan olahan, dan gula memang terbukti sebagai alat ampuh meluruhkan berat badan, meski tidak dalam waktu yang relatif singkat. Kenapa tak singkat? Sebab kebiasaan manusia zaman ini untuk benar-benar jauh dari makanan-makanan tersebut memang sudah benar-benar lekat. Cordain, dalam bukunya, bahkan memperbolehkan para pengguna diet ini untuk “cheating” alias mencurangi pola makan Diet Paleo di awal-awal minggu pertama kali mencoba. “Anda bisa makan apa saja tiga kali dalam seminggu.” Tapi, harus perlahan menguranginya ketika sudah semakin terbiasa. Kecurangan ini disebutnya sebagai “open meal”.
McMillen menambahkan, sejumlah riset pada aspek tertentu dalam Diet Paleo juga membuktikan bahwa diet ketat hanya dengan memakan daging tanpa lemak dan makanan lain berbasis tumbuhan memang bikin lebih sehat: level gula darah terkontrol, dan membantu mengurangi berat badan.
Salah satunya yang mencoba diet ini dan berhasil adalah Adam Takacs, seorang atlet lari. “Dulu aku butuh 1.400 sampai 1.600 kalori dari gula agar tetap kuat (berlari),” ungkap Takacs. Bahkan angka itu kadang tak cukup membuatnya tetap benergi sampai garis finis. Namun, setelah melakukan sejumlah riset dan mengganti pola makannya sesuai anjuran Diet Paleo, ia merasa lebih sehat dan bertenaga. Gula itu digantinya dengan daging bacon.
Karena kemasyhurannya, Diet Paleo pernah jadi diet paling sering dicari di Google pada 2013.
Tapi Diet Paleo yang dipopulerkan Cordain ini juga punya banyak kontradiksi. Di antaranya adalah ihwal tentang tidak cocoknya diet ini untuk para vegetarian—orang-orang yang hanya memakan tumbuhan. Studi-studi lain bahkan mencoba membuktikan bahwa Diet Paleo sejatinya tidak terlalu sehat, karena menjadikan nutrisi dalam susu dan gandum sebagai pantangan.
Ferris Jabr di Scientific American bahkan meragukan kesahihan Diet Paleo yang sesungguhnya. Menurut Jabr, beberapa makanan yang dianjurkan Cordain mustahil dikonsumsi oleh manusia purba. Seperti kacang almon, brokoli, dan kol.
Almon sendiri sulit dibedakan dari jenis almon liar yang beracun, sehingga pasti ditolak sebagai makanan oleh manusia purba yang memiliki keterbatasan pengetahuan tentang nutrisi. Sementara brokoli dan kol adalah jenis tanaman yang baru dikembangkan setelah kelahiran teknik bertani di zaman Neolitikum.
Tapi dalam Diet Paleo yang dipopulerkan Cordain, Open Meals membolehkan pengguna diet ini untuk menyantap kudapan pantangan, termasuk minuman beralkohol. Intinya, tidak melanggar aturan 85 banding 15 yang dituliskan Cordain dalam bukunya.
Tertarik mencoba?
Penulis: Aulia Adam
Editor: Maulida Sri Handayani